16. Refuse To Love

2.8K 540 124
                                    

Klik bintangnya jangan lupa ya ibu, bapak, kakak, adik semua hihiSelamat membaca<3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Klik bintangnya jangan lupa ya ibu, bapak, kakak, adik semua hihi
Selamat membaca<3

Jam tujuh tepat. Seperti yang mereka berdua janjikan sebelumnya, Saga sudah tiba di depan rumah Ruby. Cowok itu melihat gadis itu sedang menutup pintu gerbang lalu menghampirinya. Penampilan Ruby terlihat cukup mengesankan. Rambut bergelombangnya dibiarkan tergerai. Menggunakan kaus putih dan cardigan hitam yang dipadukan dengan celana jeans biru muda. Jangan lupakan tas bermerk chanel yang gadis itu pakai. Lalu keduanya saling melempar senyum.

"Hai, Ga!" sapa Ruby setelah ia memasuki mobil Saga. Cowok itu tersenyum simpul.

"Hai, By. You look so beautiful."

Ruby terkekeh mendengar pujian Saga barusan. "Lo baru sadar?" ucapnya. Mereka tertawa singkat. Sifat Ruby yang percaya diri itu memang sudah mendarah daging, jadi maklumi saja. "By the way, lo mau gue traktir dimana?" tanya Ruby. "Jangan yang mahal-mahal ya! Nanti bangkrut gue."

"Gak percaya gue orang kaya lo bisa bangkrut." Dengan melihat rumah dan penampilan gadis itu saja semua orang akan tahu jika Ruby berada di kelas atas. "Tenang aja, ini bukan restoran bintang lima kok." ucapnya. Setelahnya Saga melajukan mobilnya membelah jalanan malam ini bersama Ruby.

***

Saga mengajak Ruby ke restoran yang berada di sebuah rooftop gedung tinggi sehingga mereka bisa melihat pemandangan kota dari atas sana.

"Lo suka?"

"Suka banget!" jawabnya sambil mengangguk cepat. "Gue suka lihat pemandangan kaya gini." ucap Ruby yang masih terpana dengan suasana di restoran tersebut.

"Duduk, By." Saga menarik kursi untuk Ruby. Cowok itu memperlakukan Ruby dengan romantis. "Lo mau pesan apa?"

"Em... gue gatau menu disini. Jadi samain aja kaya punya lo." jawab Ruby. Setelahnya Saga memesan beberapa menu untuk dirinya dan Ruby.

Ruby jadi berpikir, seandainya saja Arsen itu Saga, ia pasti akan sangat bahagia. Seandainya saja ia tidak menaruh perasaannya pada Arsen tapi kepada Saga, pasti dirinya tak harus merasakan banyak rasa sakit karenanya.

Arsen... sedang apa ya, sekarang?

"Ruby, lo kok bengong?" tanya Saga membuat Ruby dengan cepat menatapnya lalu menggeleng pelan.

"Enggak, gue cuma lagi nikmatin pemandangan disini." Ruby tersenyum. "Gue mau tanya boleh gak, Ga?"

"Boleh, mau tanya apa?"

"Arsen emang sedeket itu ya sama Tamara?"

"Iya, mereka kan sering jadi partner buat lomba. Udah pasti sering bareng dan ketemu." jawab Saga.

Ruby mengangguk mendengarnya. "Keren ya, mereka. Cocok."

Saga hanya bisa tersenyum melihat binar kesedihan di mata Ruby. Cowok itu bisa merasakan ada keterpaksaan saat Ruby mengucap kata 'cocok' tadi.

[✔️] Favorite CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang