5. Serang - Balik

192 23 16
                                    

Haechan berfikir kehidupan SMA - nya akan baik - baik saja, mengingat masa SD nya sudah ditindas karena tidak memiliki ayah dan ibu dan juga seorang penghuni panti asuhan. Haechan bahkan merasa jika kesialannya sudah habis ketika ia juga ditindas oleh sesama penghuni panti asuhan yang kebetulan di adopsi oleh seorang kaya raya sementara di hingga akhir tidak ada yang menginginkannya. Haechan berfikir, masa - masa mengerikannya itu sudah berakhir.

Ternyata dia salah.

Sangat salah.

Tubuh Haechan berdiri kaku didepan meja miliknya di kelas yang dipenuhi tulisan - tulisan makian, hinaan, kata - kata kotor. Haechan menghela nafas panjang, ia menatap kearah sekeliling kelas dan melihat teman - teman sekelasnya menghindari memandang matanya.

Haechan menatap pilu pada mejanya yang tidak salah apa - apa dan harus mendapat coret - coretan. Ia mengangkat meja miliknya itu dan berniat hendak membersihkannya. Jelas tidak mungkin dia belajar sembari menatap pada kata 'anjing' dan 'anak pelacur' yang ada diatas meja bukan.

@@@@@

Renjun hanya bisa menatap tanpa berkata apapun ketika Haechan menggotong meja keluar dari kelas. Begitu Haechan pergi, dengan begitu kompak meski tanpa komando para penghuni kelas mulai membicarakan keberanian dan kenekatan Haechan.

Renjun menolehkan kepala dengan cepat ketika melihat Jeno bangkit berdiri dari duduknya. Renjun yang khawatir jika Jeno akan membantu Haechan dengan refleks memegangi tangan Jeno.

"Ada apa?" tanya Jeno.

"Jangan berfikir untuk membantu Haechan, kau nanti akan kena getahnya juga," jawab Renjun.

"Aku mau kekamar mandi," kata Jeno yang melepaskan pegangan Renjun.

Renjun terus menatap kearah Jeno yang benar - benar melangkah keluar dari dalam kelas. Ia akan bersikap masa bodoh, dia tidak ingin terkena masalah.

@@@@@

Haechan sudah mengeluarkan semua tenaga nya untuk membersihkan meja miliknya ini, tetapi sama sekali tidak bersih.  Menyebalkan sekali, dia sudah kecapean, tubuhnya bahkan sudah basah karena dia membersihkan dengan air dan sabun. Tetapi segala usaha yang ia coba tetap saja tidak bisa membuat tulisan - tulisan yang ada hilang.

Haechan menjatuhkan dirinya sendiri diatas tanah, menyandar pada wastafel dari batu yang ada di bagian belakang gedung sekolah dan tepat didepan gedung olahraga.

Haechan menarik nafasnya dalam - dalam. Ia akan melanjutkan bersih - bersihnya ketika tenaganya sudah kembali. Tetapi kenapa rasanya mengantuk sekali. Haechan memejamkan matanya sejenak. Ia berjanji benar - benar hanya akan sejenak.

@@@@@

Mark melangkah keluar dari gedung olahraga dengan pakaian olahraga berupa celana pendek dan kaos oblong yang sengaja ia buat kebesaran. Ia benci ketika keringatnya menempel langsung pada pakaiannya dan membuat pakaiannya basah ketika bergerak dan berolahraga. Mark melangkah menuju keran air yang ada di depan gedung olahraga untuk mencuci muka. Tetapi yang ia lihat justru sebuah meja penuh dengna tulisan - tulisan yang begitu indah dan seorang anak laki - laki menyebalkan yang sedari kemarin membuat gara - gara dnegannya dan dengan dua temannya.

Mark mendengus kesal, ia berjongkok didepan Haechan yang masih memejamkan mata terlelap tidur. Mark menoyor kesal pada kepala Haechan dan anak laki - laki didepannya ini masih saja terlelap.

Melihat Haechan yang tidak bereaksi bahkan ketika ditoyor, Mark memiliki ide untuk mengusili anak laki - laki dihadapannya ini. Tapi...

Tapi...

Kenapa matanya malah fokus menatap pada seragam berwarna putih yang basah dan mencetak tubuh Haechan dengan sempurna. Memamerkan perut rata milik Haechan didepan Mark. Menyuguhkan dada rata yang memiliki puting berwarna cokelat tua yang mencuat menggoda Mark.

Tatap mata Mark tidak bisa lepas dari sosok Haechan yang ada dihadapannya ini. Ia mencoba mengalihkan perhatiannya dari tubuh Haechan dan menatap kearah wajah Haechan. Berharap dengan menatap wajah menyebalkan Haechan rasa bencinya akan semakin membesar.

Tapi...

Bibir tipis merah muda alami milik Haechan yang menggoda Mark.
Pipi tembem yang sepertinya enak di usel - usel dan diciumi, jelas sekali menggoda Mark.

Tanpa sadar atau mungkin sebenarnya sadar tapi Mark pura - pura tidak sadar, Mark semakin mendekat dan semakin mendekat pada Haechan.

Bagi Mark saat ini, Haechan seperti memiliki magnet yang menarik tubuhnya agar semakin mendekat dan semakin mendekat. Hingga akhirnya ketika ia sudah begitu dekat dengan Haechan dan hanya tinggal satu langkah lagi untuk mengecup bibir menggoda milik Haechan, mata Haechan malah terbuka dengan sangat tidak elitnya.

@@@@@

Begitu mata Haechan terbuka dan melihat wajah Mark ada dihadapannya, ia terkejut luar biasa. Tangannya secara refleks mendorong tubuh Mark hingga kakak kelasnya itu terjatuh.

"Mau apa kau??? Mesum!!!" teriak Haechan.

"Ya!!! Jangan sembarangan ya!!" Mark balas berteriak.

"Buktinya tadi kau mendekatiku seperti itu," kata Haechan, "Kau mau menciumku!!"

"Sialan!!! Mana sudi aku menciummu!!" Mark bangkit berdiri.

Begitu juga dengan Haechan yang ikut bangkit berdiri.

"Siapa memangnya yang sudi bersama denganmu bahkan ada didekatmu..."

Haechan bahkan belum membalas ucapan Mark sebelumnya ketika kakak kelasnya itu dengan mata melotot melanjutkan berbicara dengan suara keras kearahnya.

"Kau pikir aku tidak tahu tentang latar belakangmu," ucap Mark yang mendekat pada Haechan dan mencengkeram kerah baju Haechan, "Anak yatim piatu.. besar di panti asuhan. Bagaimana kau bisa masuk kesini, miskin??"

Haechan terdiam dengan kemarahan yang mulai muncul didalam hatinya.

"Apa kau tidur dengan om - om jelek yang kemudian membiayai hidupmu di kota besar ini?" lanjut Mark yang kemudian menatap kearah tubuh Haechan, "Pantas saja.. kau tidak ragu memperlihatkan tubuhmu."

Kemarahan dan kesedihan yang kini berdesakan didalam diri dan hati Haechan, membuat mulut Haechan kelu untuk sekedar membalas ucapan pedas dari Mark. Ia hanya berusaha mendorong tubuh Mark menjauh darinya, tetapi Mark malah menarik tubuhnya dengan kasar hingga tubuh mereka semakin mendekat.

"Katakan... kau menjual dirimu dengan harga berapa?" Mark menyeringai lebar. Dia tahu, ia sudah melebihi batas dan seharusnya dia segera berhenti. Tetapi beberapa orang yang melihat pertengkarannya dengan Haechan akan menyebarkan info jika Mark melemah dan kalah dengan anak kampung ini jika berhenti sekarang.

Haechan terus menatap kearah Mark, ia benar - benar benci dengan kakak kelas dihadapannya ini, tetapi dia tidak mau kalah. Dia harus melawan dan dia tahu bagaimana cara melawan yang paling tepat saat ini.

"Kalaupun kusebutkan hargaku, kau tidak akan mampu membayarnya," ucap Haechan.

Pernyataan Haechan membuat serangan Mark bertubi - tubi tadi langsung hancur.

"Kalaupun kau sanggup membayarku," Haechan menggerakkan tangannya, mengelus lembut pada wajah Mark yang jelas terkejut dengan ucapannya. Ia masih memiliki senjata ampuh, "Kau tidak akan mampu memuaskanku."

Haechan tersenyum lebar melihat wajah Mark yang begitu terkejut. Ia sepertinya sudah menang. Haechan melepaskan genggaman tangan Mark pada kerah bajunya dan dengan senyuman penuh kemenangan, Haechan mengambil tasnya, melangkah pergi dari hadapan Mark.

Dan senyuman Haechan semakin melebar ketika mendengar teriakan kesal Mark dibelakang tubuhnya.

Mark-Haechan Love Story (Bang's Family Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang