21. Geochang-2-(NoJun Couple)

129 6 5
                                    

Nafas Jeno sudah ngos - ngosan, menaiki perbukitan milik keluarga Bang ini ternyata melelahkan juga. Ia pikir hanya bukit kecil saja yang tidak akan terlalu melelahkan. Lagipula, kenapa pula Renjun ingin mengambil jamur di hutan, zaman sudah modern tinggal beli saja kan sebenarnya sudah ada.

"Ayo Jeno... disini ada banyak jamurnya..."

Tapi demi cinta Jeno menghempaskan semua rasa capeknya. Ia melangkahkan kembali kakinya dan melihat pada Renjun yang sedang asyik mengambil jamur.

"Yakin tidak beracun jamurnya?" tanya Jeno.

"Tenang saja, sudah aku pastikan tidak beracun," kata Renjun dengan senyuman lebar, "Habis ini naik dikit lagi ya, sepertinya diatas sana masih ada."

"Istirahat dulu," Jeno duduk bersandar di batang pohon, menatap pada Renjun yang memang begitu manis dan sudah menarik hatinya semenjak hari pertama sekolah. Tetapi tetap saja ada kekhawatiran, "Renjun..."

Renjun menatap kearah Jeno, "Iya.."

"Kau tahu kan kalau aku begitu mencintaimu," kata Jeno.

Renjun menganggukkan kepala, jantungnya mulai berdebar - debar tidak karuan. Dia tidak tahu mau kemana arah pembicaraan kali ini, sehingga membuatnya merasa khawatir dan bimbang.

"Dan kau tahu jika aku tidak memiliki banyak harta untuk membahagiakanmu," kata Jeno.

Renjun tersenyum lebar, ia mendekat pada Jeno, menatap dengan jarak begitu dekat pada sosok dihadapannya ini, "Memangnya kalau memiliki banyak harta, kau yakin bisa membahagiakanku?"

Jeno menggelengkan kepala, "Lalu dengan apa aku bisa membahagiakanmu?"

"Denganmu ada di sampingku, itu sudah membuatku bahagia," Jawab Renjun dengan senyuman lebar.

Jeno mendekatkan wajahnya, mencium kilat pada bibir Renjun, "Ayo kita cari jamur lagi."

"Siap..." Renjun bangkit berdiri dengan dibantu oleh Jeno, tetapi bukan Jeno namanya kalau tidak usil, kekasihnya ini menarik tubuhnya hingga akhirnya ia terjatuh didalam pelukan Jeno.

"Aku masih menunggu hadiah darimu," kata Jeno.

"Iya, tenang saja, jangan disini... nanti kita malah gancet," kata Renjun yang mendorong pelan tubuh Jeno.

Jeno melepaskan pelukannya dan mulai mengikuti langkah kaki Renjun yang kembali membelah perbukitan milik keluarga Bang ini.

"Ngomong - ngomong, aku tidak sangka kalau salah satu anak angkat Chulyong - nim ternyata adalah petani," kata Jeno.

Renjun menatap kearah Jeno dengan dahi mengkerut, "Memang kenapa?"

"Kau tidak pernah dengar rumor tentang keluarga Bang memangnya?" kata Renjun.

"Tidak..."

"Banyak rumor yang beredar kalau keluarga Bang ini sebenarnya adalah mafia, perusahaan milik keluarga Mark, Felix dan Changbin hyung itu hanya untuk menutupi usaha mafia mereka," kata Renjun.

Jeno tertawa kencang, "Mana mu..."

Jeno berhenti berbicara dengan cepat, matanya menatap pada hamparan ladang hijau didepan matanya. Sebuah perkebunan yang tersembunyi di dalam perbukitan. Renjun yang pintar nyaris dalam segala hal, kali ini menatap kebingungan pada daun yang ada dihadapannya.

"Daun apa ini? Bentuknya kok seperti daun ketela," kata Renjun.

"Chagi, kita pulang saja yuk, jamurnya sudah banyak kan," kata Jeno yang membalikkan tubuh Renjun.

"Eh... daun ketela juga enak kan dimasak," kata Renjun.

"Kita masak yang lain saja," balas Jeno yang benar - benar menarik tubuh Renjun menjauh dari perkebunan.

"Tapi... itu banyak lho, kita ambi sedikit tidak akan ketahuan," kata Renjun.

"Tidak... tidak... kita makan jamurnya saja..."

Mark-Haechan Love Story (Bang's Family Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang