1. Awal Bertemu

358 33 11
                                    

Rumah sederhana dengan lapangan depan yang cukup luas ini terlihat cukup berbeda malam hari ini. Seorang laki - laki paruh baya bernama Myungdae yang menjadi pemilik rumah yang sudah bertahun - tahun difungsikan sebagai panti asuhan ini menatap pada satu - satunya anak panti asuhan yang masih tersisa. Seorang anak dengan mata bulat yang menyimpan banyak harapan dan juga mimpi. Sorot mata yang membuat Myungdae terasa berat untuk mengatakan bahwa dia telah menjual panti asuhan ini dan harus dirawat intensif di rumah sakit karena kankernya yang semakin parah. Myungdae bisa saja membawa anak laki - laki dihadapannya ini, tetapi...

"Myungdae - ssi, apa semuanya sudah kau bawa?" tanya si anak laki - laki bermata bulat, "Pasta gigi, sikat gigi, handuk..."

"Haechan.." panggil Myungdae lirih.

"A... sepertinya novel kesukaanmu belum masuk, kau pasti bosan jadi aku ambil dulu," kata anak laki - laki bernama Lee Haechan yang hendak melangkah pergi namun langkah kakinya tertahan karena Myungdae memegangi tangannya. Haechan menatap kearah Myungdae.

"Aku tidak bisa membawamu ke rumah sakit," kata Myungdae, "Kau harus tetap sekolah."

"Tidak mau, aku mau bersama denganmu saja," kata Haechan.

"Menurutlah padaku, aku sudah menyisihkan uang hasil menjual rumah ini untuk biaya sekolah dan hidupmu," kata Myungdae.

"Tidak mau, kesehatanmu lebih penting," kata Haechan.

"Aku ini sudah tua, masa depanmu jauh lebih penting," balas Myungdae dengan senyuman lebar, ia merasakan aneh pada kepalanya. Terasa begitu menyakitkan, berat dan ngilu dalam waktu bersamaan hingga menimbulkan efek kejut dan membuat tubuhnya limbung hingga akhirnya terjatuh.

"Myungdae - ssi!!!" jerit Haechan panik.

Haechan menatap kesekeliling, telepon rumah sudah dicabut beberapa hari lalu, dia tidak memiliki handphone begitu pula dengan Myungdae. Haechan menatap pada Myungdae yang masih merintih kesakitan. Haechan memutuskan untuk keluar dari rumah dan mencari bantuan. Ia berlari begitu saja kearah jalanan sepi didepan panti asuhan tempat ia dibesarkan.

Entah memang Tuhan mendengarkan doanya atau sebuah kebetulan saja, karena Haechan melihat sebuah mobil melaju menuju kearahnya. Ia merentangkan tangannya hingga mobil berhenti.

"Ya!!! Kau sudah gila!!!" teriak si supir setelah menurunkan kaca jendela.

Haechan mendekat pada si supir, "Tolong aku... tolong... aku mohon..."

Suara Haechan tercekat, dia sudah tidak sanggup berkata - kata karena pada akhirnya yang keluar adalah isak tangisnya. Begitu kacaunya Haechan, dia sampai tidak menyadari jika pintu mobil belakang terbuka dan dua sosok laki - laki keluar.

@@@@@

Bang Chulyong, laki - laki berusia 32 tahun dan 'istri' tercintanya Yuta Nakamoto yang berusia 27 tahun menatap pada Haechan yang tertidur didepan peti mati milik Myungdae.

"Bagaimana ini?" tanya Yuta.

"Bagaimana apanya?"

Pertanyaan balik dari Chulyong, nyaris membuat Yuta emosi dan memukul suaminya ini.

"Masa kita tinggalkan anak ini begitu saja," kata Yuta.

"Yang mau meninggalkan juga siapa?" Chulyong menatap kearah Yuta, "Kalau kau sudah siap menjadi ibu, aku akan urus semuanya."

Yuta membuka mulutnya tetapi tidak berkata apapun, sepertinya suaminya ini lupa kalau dia sudah mengasuh 4 anak yang semuanya sama seperti keadaan Haechan malam ini - diselamatkan, kepalanya menoleh kembali kearah Haechan yang menggeliat dari tidurnya. Ia bangkit berdiri, mendekat pada Haechan dan membenarkan selimut agar menjaga Haechan tetap hangat.

Siapa yang mengira jika pertemuan tidak terduga malam ini akan membawa babak baru kehidupan untuk sepasang kekasih yang bahkan dahulunya takut dengan komitmen.

Siapa yang mengira jika pertemuan tidak terduga malam ini, akan membawa harapan dan penghidupan baru untuk seorang anak laki - laki yang bahkan dahulunya takut untuk bermimpi.

Siapa yang mengira jika pertemuan tidak terduga malam ini, akan menciptakan sebuah keluarga baru yang tidak terikat dengan darah.

Mark-Haechan Love Story (Bang's Family Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang