0. Kepingan Masa Lalu

2.9K 193 25
                                    



"Jadi kamu beneran mau jadi Dokter?" Tanya Kinan sambil meletakkan lauk ke piring anaknya.

"Mau banget, Ma! Aku bakalan jadi Dokter yang paling ganteng di masa depan!" Ucap Noah menggebu-gebu.

Kinan terkekeh bersama suaminya saat mendengar jawaban dari anak sulungnya itu. Setelah itu, tangannya mengacak rambut putranya sambil tersenyum penuh arti.

"Berarti banyak Dokter dong di rumah ini?" Timpal Ivan—Suami Kinan.

"Oiya, bener! Mama Dokter, Papa juga Dokter, nanti aku juga bakalan jadi Dokter! Widih seru!" Teriak Noah girang membuat dasi seragam putih donkernya kendor dan dengan sigap Kinan memperbaikinya.

Ivan terkekeh lagi, "Kalo kamu, Kav?" Tanya Ivan saat menatap anak bungsunya yang sedari tadi terlihat fokus menikmati makanannya. "Kamu mau jadi apa?"

Kavi mendongak menatap Papanya, "Aku mau jadi pelukis, Pa."

Kinan dan Ivan saling lirik, tak lama mereka tersenyum dan Ivan pun mengelus kepala putra bungsunya.

"It's good! Nanti kamu harus lukis wajah Papa sama Mama, ya?"

"Aku juga! Aku juga mau di lukis! Nanti lukis aku juga ya, Kav? Terus nanti aku janji bakal obatin kamu pas kamu jatuh dari sepeda." Ucap Noah sambil nyengir membuat Kavi mengangguk sambil terkekeh.

Lingkaran itu tertawa lagi karena ucapan dari Noah sebelum melanjutkan makanannya dengan sekali-sekali melempar obrolan.

Kavitalan Putra Gala dan Noah Putra Gala memiliki sifat yang berbeda meskipun terlahir di rahim yang sama. Dan semua orang tau akan hal itu.

Di saat Noah lebih sering melemparkan senyum ke semua orang, Kavi cenderung melemparkan senyum kepada orang yang ia kenal saja dan itupun cuma sekedar senyuman tipis bukan senyum lebar seperti yang Noah tunjukkan. Di saat Noah lebih membuka diri, Kavi cenderung menutup dirinya. Di saat Noah berbicara sangat banyak, Kavi cenderung memilah kata untuk ia ucapkan. Di saat Noah di banggakan dengan prestasinya yang menjuarai olimpiade, Kavi di agungkan dengan gambar-gambarnya yang indah di umurnya yang masih terbilang sangat muda itu.

Meskipun begitu, Kinan dan Ivan tak pernah membedakan anaknya sama sekali. Mereka membentuk keluarga yang saling harmonis dan mengapresiasi apapun yang di lakukan anaknya bahkan dalam hal sekecilpun. Tak heran, jika para tetangga di komplek perumahannya menjuluki keluarga Ivan tersebut sebagai keluarga yang patut untuk di contoh oleh keluarga-keluarga yang baru memulai rumah tangga.

***

"Nara!!!!" Teriak Noah girang saat baru saja keluar dari rumahnya dan matanya menemukan sosok Naraya—gadis seumuran adiknya yang tinggal di depan rumahnya.

Naraya yang terpanggil memutar kepalanya menuju sumber suara, lalu senyumnya terbit dan melambaikan tangannya girang sembari meloncat.

"Kak Noah!! Ciee seragamnya udah gak merah putih lagi!!" Teriak Naraya dengan ledekan bocah SD yang kental.

"Iya dong! Kasian deh kamu sekarang pulang sekolah gak bisa nebeng sepeda aku!"

"Kan bisa nebeng sepeda Kavi wle!" Naraya menjulurkan lidahnya membuat Noah tertawa.

Noah mendengus lalu menatap Papa, Mama serta adiknya yang baru saja keluar dari rumah.

"Kav, kamu pake sepeda aku aja buat bonceng Naraya."

Kavi mengangguk lalu menatap Naraya yang kini melambaikan tangan padanya, "Gak pa-pa? Bang Noah make gak tapi?"

"Ya enggak lah! Aku kan di anterin Mama sama Papa. Lagian SMP aku jauh bisa gede betis aku kalo kesana pake sepeda."

I OWE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang