33. Future

552 92 15
                                    

"LO SERIUS?!" Kavi sangat kaget hingga dirinya yang sedari tadi berbaring di sofa Apartemen milik Hema menegakkan tubuhnya menatap Jeno yang duduk di bawahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"LO SERIUS?!" Kavi sangat kaget hingga dirinya yang sedari tadi berbaring di sofa Apartemen milik Hema menegakkan tubuhnya menatap Jeno yang duduk di bawahnya.

"Nekat ya dia?" Hema yang baru saja dari arah dapur menyaut lalu duduk disebelah Kavi dan ikut menatap Jeno yang balas terkekeh tanpa terintimidasi sama tatapan teman-temannya. Kemudian Hema menghela nafas, "Awalnya gue juga kaget, Kav. Tapi setelah gue tau alesan dia gue jadi gak bisa ngelarang. Gue pernah jadi gila gara-gara terlalu bucin soalnya!"

"Emang alasan lo apa?" Tanya Kavi kepada Jeno. Ia pun menyipit curiga, "Jangan bilang-"

"Yes. It is her." Jeno tersenyum simpul."Gue gak akan pernah ngambil keputusan senekat ini kalau bukan karena dia alesannya."

Kavi benar-benar ternganga mendengar keputusan Jeno yang terlalu nekat tersebut. "Kenapa? Kenapa tiba-tiba dia?"

Jeno menghela napas panjang dan duduk dengan melipat lututnya. Kemudian ia tersenyum kecil seakan membayangkan gadis yang sudah hampir satu tahun ini berubah jauh lebih baik dari bertahun-tahun dia mengenal gadis itu.

"Karena dia pantes dapet versi terbaik gue, Kav. Dia harus dapet Jeno dengan versi yang sempurna biar ketika gue bareng dia dimasa depan gue bisa yakinin dia kalo gue gak akan pernah bikin dia malu."

"Tapi sekarang lo itu udah jadi yang terbaik Jen dimata dia!" Seru Hema tak habis pikir dan berusaha mengubah mindset di kepala Jeno, "Dia udah berubah jauh lebih baik dan nerima lo apa adanya! Kalian cuma tinggal nyatu doang dan abis itu udah! Kalian bakalan jadi couple terbaik tahun ini, tau, gak sih? Greget gue!"

Kavi ikut mengangguk setuju, "Bener! Lo mikir gak sih Jen kalo lo udah setahun ngegantungin dia? Dan dalam setahun ini dia pun bahkan berubah lebih baik demi lo-"

"No. Dia gak pernah berubah, Kav. Dia aslinya memang seperti itu. Selama ini dia cuma tertekan sama Mamanya dan sekarang dia jadi dirinya sendiri tanpa tekanan dari siapapun. Jadi aslinya dia emang kayak gitu."

Kavi dan Hema menghela nafas. Jeno ini sangat bucin dan itu membuat mereka bingung memberi petuah cinta yang bagaimana lagi untuk menyadarkan Jeno kali ini.

"Tapi masalahnya ini Milan, Jen! Lo bakal ninggalin dia dan-"

"Gue gak bakal ninggalin dia! Gue ke Milan untuk belajar, Kav. Gue pengen jadi cowo hebat biar gue bisa pantes bareng dia dimasa depan. Lagian gak lama kok-"

"Gak lama palalu!" Saut Hema emosi, "4 tahun, anjing! Lo ninggalin dia 4 tahun! Bukan dia aja tapi lo juga ninggalin kita selama 4 tahun! Lo pikir itu waktu yang gak lama, hah?! Lo bahkan gak bakal bisa hadir di wisuda kita! Sumpah jabatan gue sama Kavi juga mungkin aja lo gak bisa hadir! Lo nge-skip moment berharga kita pas udah jadi dewasa, Man! Dan lo malah bilang waktu 4 tahun itu gak lama?! Gila lu!"

Jeno langsung terdiam. Hema benar. Saat ia memutuskan dan diam-diam mengurus berkasnya untuk ke Milan dengan tujuan berkuliah bisnis di negara asing itu, tak pernah terpikirkan olehnya kalau dirinya bakalan melewatkan momen-momen berharga teman-temannya yang ada disini pada waktu 4 tahun itu. Namun, Jeno juga tak bisa goyah terhadap itu. Keputusannya bahkan sudah sangat bulat. Kurang dari satu minggu dia akan berangkat ke Milan dan meninggalkan semua temannya disini demi dirinya. Demi masa depannya. Dan demi wanita yang sangat ia cintai. Dan kalaupun ada yang bertanya ia menyesali keputusannya apa tidak, ia akan menjawab tidak. Karena ia pikir kesempatan ini tidak akan pernah datang dua kali untuk merubah hidupnya. Ya, meskipun resikonya ia harus meninggalkan lingkarannya dulu untuk sementara waktu.

I OWE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang