14. Like a Dream

524 86 21
                                    



"Karina?"

Karina mendudukan dirinya dan melihat Mamanya berjalan mendekat ke arah hospital bed nya. "Ma, aku gak pa-pa kok-"

Plak!

Karina seketika terdiam saat Mamanya itu menamparnya. Ia bahkan mengabaikan perih di sekitar pipinya karena baginya perasaannya jauh lebih perih dari pada pipinya saat ini.

"Berapa kali Mama bilang untuk hati-hati, Karina? Kamu itu seorang model! Kamu juga baru tanda tangan kontrak di beberapa brand mahal! Terus sekarang gimana? Kaki kamu jadi jelek karena banyak memar kayak gini! Terus pemotretan kamu besok juga bakalan di tunda gara-gara ini dan yang lebih parahnya lagi kamu di cancel jadi cover Hero Magazine yang selalu kamu idam-idamkan itu hanya karena kecerobohan bodoh kamu ini! Kamu mikir sampe sana gak, sih?!"

Karina terpaku untuk beberapa saat sebelum mendongak menatap Mamanya dengan berkaca-kaca, "Yang aku idam-idamkan apa yang Mama idam-idamkan?"

"Karina!"

"Aku pikir Mama rela balik dari Singapore ke Indonesia malem-malem begini karena Mama khawatir sama keadaan aku. Ternyata engga, ya?" Air mata Karina menggenang di pelupuk matanya.

"Karina! Itu gak penting! Ini bukan waktunya untuk memikirkan hal itu dan kamu jangan cengeng seperti ini! Kamu tau sendiri kan Mama ngelakuin ini semua karena apa? Karena kamu, Karina! Untuk masa depan kamu nantinya! Kamu harusnya bisa mikir sampe sana jangan kerjaannya ngeluh terus!"

Karina terkekeh lalu mengusap wajahnya sebelum mengangguk, "Iya, Mama. Aku gak ngeluh. Aku janji bakalan cepet sembuh kok. Dan buat Mama makasih udah mikirin masa depan aku."

Vivian berdecak, "Yaudah. Kalo gitu kamu harus banyak istirahat! Mama re-schedule jadwal kamu dulu biar kamu gak kehilangan job. Dan satu lagi, keluar dari rumah sakit kamu harus melanjutkan program diet! Makanan rumah sakit bikin berat badan kamu naik secara drastis! Kalo bisa tetap jaga pola makan kamu disini! Lagian yang luka cuma kaki doang, kan? Jadi gak masalah kalo kamu harus menjalani program diet kamu di rumah sakit, Mama bakal bilang ke Dokter kamu nanti!"

Karina menghela nafas panjang, "Iya, Mama."

"Oke kalo gitu Mama ke agency kamu dulu, ya? Kamu sendiri gak pa-pa, kan?"

"Gak pa-pa kok. Lagian dari kecil aku selalu sendiri kalo lagi di rumah sakit."

"Yaudah kalo gitu. Inget ya Karina, Mama ngelakuin ini semua demi kamu!"

Karina mengangguk, "Iya, Mama. Hati-hati!"

Vivian mengangguk lalu berjalan keluar dari ruangan Karina membuat gadis itu menatap itu semua dengan pandangan nanar.

Tak lama, ia tertawa kecil bersamaan dengan air mata yang terjatuh luruh di kedua pipinya. Karina benar-benar begitu menyedihkan. Harusnya ia bisa menahan air matanya karena ia takut jika Mamanya kembali dan Mamanya itu mengatakannya gadis yang cengeng lagi saat melihat air matanya yang mengalir saat ini. Tetapi, semakin ia memikirkan ucapan Mamanya beberapa saat yang lalu isakannya semakin kencang dan dadanya terasa terhimpit membuatnya kesulitan untuk bernafas.

"Karina?"

Karina mendongak dengan sisa sesegukan di bibirnya. Matanya pun bertemu dengan sepasang mata milik Jeno di depan pintu ruangannya membuat Karina langsung memalingkan wajahnya dan menghapus air matanya itu dengan cepat.

"Lo nangis, ya?" Jeno pun mendekat ke arah hospital bed milik Karina. "Lo gak pa-pa? Ada yang sakit? Perlu gue panggilin Dokter?"

"Gak usah sok peduli!"

"Gue emang peduli." Jeno duduk di samping hospital bed Karina, "Kenapa? Lo nangis kenapa?"

Karina mempertemukan kembali matanya dengan mata teduh milik Jeno, "Sebelum masuk kesini lo ketemu sama seseorang?"

I OWE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang