"Karina! Jalannya baik-baik kamu kelihatan bungkuk!"Karina yang baru saja turun dari lantai atas sedikit kaget saat menemukan Mamanya-Vivian sedang duduk di kursi meja makan.
"What are you wearing, sayang? Berapa kali Mama bilang kalo kamu itu harus selalu memakai rok ataupun dress! Ini kamu dapet celana jeans gembel darimana? Kamu terlihat kayak cewe yang gak berkelas tau, gak? Mending ganti deh!"
Selalu begitu. Alih-alih mengucapkan selamat pagi ataupun bertanya kabar, Mamanya lebih peduli dengan penampilannya yang harus selalu terlihat sempurna di manapun dan kapanpun.
"Aku ada kelas lapangan, Ma. Takutnya gak nyaman kalo pake dress ataupun rok. Lagian di tas aku bawa dress kok, aku bakal ganti kalo kelas aku udah selesai."
Karina menjawab dengan senyuman tipis dan tangannya pun terangkat untuk menyendok nasi goreng ke piringnya tetapi Vivian langsung memukul tangan Karina dengan sendok di tangannya.
"Kamu kelihatan chubby banget darisini." Vivian menyodorkan mangkuk salad ke arah Karina, "Berat badan kamu pasti naik banget deh sekarang! Kamu mending makan salad aja jangan makan nasi dulu."
Lagi? Lama-lama gue bisa jadi kambing kalo makannya salad mulu!
"...Oke, Mama." Karina pun memakan salad nya dengan tenang.
"Jadwal pemotretan kamu selama Mama di New York gak pernah di skip kan, sayang? Terus juga pastiin kamu olahraga lebih teratur biar pipi kamu kembali tirusan. Duh, kulit kamu juga sekarang kusam deh terus agak gelap juga, kamu sering banget ikut kuliah lapangan? Kalo misalnya emang sering mending kamu gak usah kuliah lagi kamu fokus di dunia modelling aja, udah berapa kali sih Mama bilang? Dan kamu masih aja ngeyel!" Seketika mata Vivian melebar menatap wajah Karina, "Astaga Karina! Itu jidat kamu kenapa ada jerawatnya gini? Abis kuliah kamu harus ke klinik Dokter Tristan ya buat perawatan! Kamu ada pemotretan lusa, kan? Syukur deh! Semoga aja tuh jerawat bisa kempes dan kulit kam-"
"Ma," Panggil Karina lalu meletakkan alat makannya membuat Vivian berhenti berbicara, "Aku udah telat. Ntar Mama line aku aja apa yang harus aku lakuin hari ini." Karina berdiri lalu mengecup pipi Vivian pelan, "I love you, Mama. Makasih udah pulang ke Indo dengan keadaan sehat."
Vivian tersenyum lebar, "I love you too, sayang! Hati-hati di jalan. Jangan lupain apa yang selalu Mama bilang ke kamu, oke?"
"Menjadi nomor satu, menjadi paling tinggi, dan harus sempurna agar menjadi pusat di setiap perhatian. Right? Aku gak mungkin lupa. Mama selalu ngomong gitu hampir tiap hari."
"Great! Kamu emang putri cantik kesayangan Mama."
Karina tersenyum tipis lalu berjalan dengan langkah angkuh dan penuh kesombongan menuju mobilnya.
Karina Aradella-gadis yang selalu di dambakan atas kesempurnaannya. Ia cantik bak dewi, mempunyai proposional badan yang sangat indah, terkenal dimana-mana dan terlahir dari keluarga yang sangat kaya raya. Gadis itu benar-benar sudah terlatih menjadi sempurna dari kecil dan semakin ia dewasa ia semakin bahagia dengan kesempurnaan yang ia punya.
Namun, kadang kala, ia selalu bertanya kepada dirinya sendiri tentang apa arti sebuah kesempurnaan yang bahkan sampai sekarang ia masih belum menemukan jawaban untuk itu.
Maksudnya, ia tidak sebahagia itu.
Maksudnya, kata-kata bahagia yang selalu ia lontarkan selama ini tak lain hanya untuk mendapatkan sebuah kepuasan dari Mamanya.
Mungkin sebagian orang tidak mengerti, tapi Karina yang sesungguhnya tak lebih dari sebuah boneka yang di tuntut untuk menjadi sempurna oleh tuannya. Ia hanya di gerakkan sampai ia terbiasa untuk bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I OWE YOU
Romance[[[[[SELESAI]]]]]] Tentang, Kamu dan aku yang saling melawan masa lalu. Masa lalu yang membawa kamu padaku sebagai penyembuh. Masa lalu yang memberikan arti bahwa cuma kamu yang selalu ingin aku tuju. @nct