"Naraya!" Teriak Kavi geram saat melihat Naraya bergoyang dengan heboh di dance floor club malam yang sering Naraya kunjungi."Kavi!" Naraya tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya menyuruh lelaki itu mendekat.
"Di bilang gak usah susulin gue tapi masih aja ngeyel!" Naraya pun mengalungkan lengannya di leher Kavi sambil bergoyang menikmati musik, "Kangen, ya?" Bisiknya.
Kavi berdecak menahan segala umpatannya saat melihat wajah Naraya yang sudah memerah itu, "Kita pulang."
"Ah, lo mah gitu mulu! Gak asik!"
Naraya pun memberengut lalu mencoba menjauh dari Kavi membuat Kavi dengan cepat menarik tangan gadis itu keluar dari club malam tersebut.
"Kav-Aduh!-Pelan-pelan, dong!" Naraya pun menyentak tangan Kavi saat mereka sudah berada di luar club, "Lo apa-apaan, sih?"
"Kita pulang, Naraya."
"Gue gak mau!"
"Naraya!"
"Gue bilang gue gak mau, Kavitalan! Stop jadi annoying dan ngatur-ngatur gue bisa, gak?" Sungut Naraya tajam sebelum berbalik memasuki club.
Kavi menggertakkan giginya emosi sebelum berlari dan memblokir jalan Naraya.
"Apa lagi sih, Kav?" Naraya mulai jengah.
"Gue gak bisa." Jawab Kavi dingin sambil menatap tepat di manik mata milik gadis itu, "Gue akan tetap jadi annoying dan bakalan selau ngatur-ngatur lo. Jadi, sekarang lo pulang sama gue sebelum lo gue seret secara paksa."
Naraya ikut menatap Kavi emosi, ia pun menghirup nafasnya dalam-dalam dan tak mengindahkan ucapan Kavi sama sekali. Gadis itu berjalan melewati Kavi dengan menyenggol pundak Kavi kasar lalu memasuki club tersebut lebih dalam membuat Kavi mengumpat kasar dan mengikuti Naraya dari belakang.
"Naraya!"
"Stop teriak-teriak Kavitalan jangan sampe gue budek gara-gara suara lo yang ngalahin semua musik yang ada disini!" Naraya duduk di salah satu sofa lalu meneguk salah satu vodka yang di atas meja sampai tandas membuat Kavi benar-benar melotot emosi menatap gadis itu.
Kavi pun menarik nafas secara rakus untuk mengontrol emosinya, sebelum duduk di sebelah Naraya dan merebut botol vodka yang masih di genggaman gadis itu.
"Berhenti minum, Naraya!"
Naraya merebut botol itu kembali lalu meneguknya dengan rakus sembari menatap Kavi dengan senyuman miring di sudut bibirnya membuat Kavi lagi-lagi menghela nafas lalu menyenderkan tubuhnya di sofa. Lelaki itu pun pasrah, ia tak lagi melarang, ia memilih menatap Naraya dengan lurus tak bereskpresi sama sekali.
"Mau, gak?" Tawar Naraya sambil menyodorkan botol vodka tersebut ke arah Kavi.
"Gak,"
"Cemen!" Ledek Naraya lalu kembali meneguk isian botol tersebut sampai tandas tak bersisa.
Naraya pun meletakkan botol vodka yang kosong itu di meja lalu memeluk botol tersebut dan menempelkan pipinya di ujungnya botol seakan menyangga bobot badannya sebelum menoleh ke arah Kavi.
"Gue di selingkuhin, Kav." Lirih Naraya sembari tersenyum hambar. "Terus gue juga di putusin." Naraya terkekeh.
"Gue tau. Lo udah bilang tadi."
"Lo mau tau ceritanya, gak?"
Kavi maju dan merapihkan rambut Naraya yang terjuntai di wajah gadis itu, "Kita pulang dulu gak, sih?"
Naraya menggeleng sembari menegakkan tubuhnya, "Jadi gini, ceritanya tuh si bajingan gak ada kabar sama sekali dari kemaren terus gue nekat nyamperin dia ke Apart nya, untungnya gue tau passcode Apart tuh bajingan. Terus yaudah gue masuk gitu aja karena udah kepalang kangen dan lo tau apa yang gue liat?" Naraya tertawa, "Dia sama selingkuhannya lagi naked di atas sofa HAHAHAHA iyuh banget gak, sih?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
I OWE YOU
Romance[[[[[SELESAI]]]]]] Tentang, Kamu dan aku yang saling melawan masa lalu. Masa lalu yang membawa kamu padaku sebagai penyembuh. Masa lalu yang memberikan arti bahwa cuma kamu yang selalu ingin aku tuju. @nct