"Kavi!" Panggil Naraya sambil tersenyum lebar lalu berlari menghampiri Kavi dengan semangat. Gadis itu memang sengaja menghampiri Kavi. Selain karena rumah sakit-tempat Kavi Koas- sangat dekat dengan tempat perusahaan magangnya. Dia pun juga sengaja memasak banyak makanan pagi tadi dan emang diperuntukkan khusus untuk Kavi."Lunch, yuk! Gue masak banyak banget dan itu semua makanan kesukaan lo!" Naraya memamerkan rantang box makanan yang sedari tadi ia pegang ke arah Kavi membuat Kavi terkekeh.
"Lo yang masak?"
"Yoi!" Ujarnya bangga, "Eh, btw, Hema mana? Ajak sekalian biar makan bareng."
"Dia sama bininya! Gak usah diganggu!" Kavi merangkul Naraya ke arah kantin, "Yuk, ah!"
"Sama Kak Freya maksud lo?" Tanya Naraya mengikuti langkah kaki Kavi yang di balas anggukan kepala oleh lelaki itu.
"Hema tuh sosoan engga ya padahal mah bucin abis!" Seru Naraya membuat Kavi terkekeh sebagai jawaban dan membelokkan tubuh Naraya ke arah kantin.
Setibanya di kantin, Naraya langsung menghidangkan rantang kotak bekal itu di atas meja membuat Kavi terperangah takjub.
"Ini serius lo yang bikin semuanya?"
Naraya tersenyum sombong sambil menyerahkan sendok dan garpu kepada Kavi, "Yoi! Keren ya gue?"
"Kalo keren sih udah dari dulu. Cuma ini lo kesambet apaan dah? Tiba-tiba banget?" Tanya Kavi sambil menyendok nasi goreng yang kelihatan sangat lezat itu. "Mau cosplay jadi calon istri gue apa gimana?"
Naraya tertawa lebar, "Yakali najis!" Naraya pun ikut menikmati masakannya lalu menatap Kavi yang di hadapannya, "Gara-gara Papa."
Kavi berhenti mengunyah dan seketika selera makannya menjadi berkurang entah karena alasan apa, "Oh, ya?"
Naraya mengangguk, semangat, "Lo tau sendiri kan Kav beberapa bulan belakangan ini Papa bener-bener berubah banget. Dia jadi lebih seneng di rumah. Dia gak pernah bawa cewe lagi. Bahkan dia selalu nanyain gue kalo gue pulang kemaleman. Gue kayak mikir Papa beneran udah tobat gitu Kav dan yaudah gue juga bakal ngelakuin hal yang sama untuk ngebales kebaikan Papa."
Kavi mengangkat tangannya guna untuk mengusap sudut bibir Naraya yang belepotan oleh minyak nasi goreng. Kemudian ia kembali menarik tangannya dan kembali fokus kepada Naraya yang sedikit salah tingkah akibat pergerakan Kavi yang tiba-tiba.
"Ngelakuin hal yang sama seperti?"
Naraya mengerjap, "Ya seperti jadi anak perempuan yang baik. Kayak gue gak bakal pulang malem ataupun main cowo lagi. Terus beresin rumah. Masakin Papa makanan. Terus belajar yang bener biar bisa bahagiain Papa di masa tua. Gitu-gitu deh. Typical cewe 'good girl' kesukaan cowo-cowo."
Kavi menghela nafas panjang lalu mulai kembali menikmati makanan yang ada di meja, "Lo selama ini juga udah baik, Nar. Papa lo aja yang buta jadi gak bisa ngeliat itu semua!"
"Papa bukannya gak ngeliat, Kav. Gue aja yang gak berusaha buat ngertiin Papa. Maksudnya gue selama ini juga udah keterlaluan jadi wajar aja Papa muak sama sikap gue."
"Lo sekarang lagi nyalahin diri lo sendiri?"
Naraya tersenyum pendek, "Terus gue harus nyalahin siapa? Papa?"
"Nar,"
"Gue gak bisa nyalahin Papa terus, Kav. Lo gak inget beberapa tahun ini gue selalu nyalahin Papa sama luka yang gue punya tapi setelah itu apa gue pernah ngerasain bahagia? Enggak juga, kan? Jadi yaudah gue pikir lebih baik nyalahin diri sendiri daripada lempar kesalahan ke orang lain." Naraya mengaduk nasi gorengnya, "Ya, paling gak kalo gue nyalahin diri sendiri gue bisa lebih intropeksi diri, bener, gak?"
![](https://img.wattpad.com/cover/292901983-288-k571071.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I OWE YOU
Romance[[[[[SELESAI]]]]]] Tentang, Kamu dan aku yang saling melawan masa lalu. Masa lalu yang membawa kamu padaku sebagai penyembuh. Masa lalu yang memberikan arti bahwa cuma kamu yang selalu ingin aku tuju. @nct