17. Afraid Of

523 85 23
                                    



"Gue cabut, ya! Kalian jangan lupa baikan! Udahan njir diem-diem nya kesel banget gue liatnya!" Teriakan Hema melalui jendela mobil setelah menurunkan Naraya dan Kavi di depan perumahan mereka sebelum kembali melanjutkan perjalanannya.

Tentang liburan di Yogjakarta mereka sepakat untuk tidak melanjutkan liburan tersebut dan memilih untuk balik ke Ibu Kota secepat mungkin. Alasannya, selain karena mengkhawatirkan kondisi Karina, beberapa dari mereka juga tidak memiliki mood untuk melanjutkan liburan itu termasuk Kavi dan Naraya.

"Nar!" Kavi memblokir jalan Naraya saat gadis itu tak membuka suara dan memilih untuk langsung menuju rumahnya.

"Minggir!"

"Lo beneran belum maafin gue?"

"Gue udah bilang kalo lo gak mau jawab pertanyaan gue, gue gak bakal maafin lo sampai kapanpun." Naraya berkata dengan nada datar membuat Kavi menghela nafas lelah, "Sekarang lo minggir."

"Lo kenapa jadi gini sih, Nar?" Kavi masih menghalangi jalan Naraya, "Bisa gak jangan jadi egois di saat seperti ini?"

"Egois lo bilang?" Naraya menatap Kavi tak percaya, "Kav! Gue gak egois! Gue cuma nanya dan gue butuh jawaban lo! Udah itu aj-"

"Naraya! Noah!" Teriak Kinan yang sudah sejak kapan turun dari mobil dan menghampiri mereka membuat mereka langsung mengubah ekspresi wajah masing-masing.

"Kalian udah balik liburan? Kok cepet? Bukannya kamu izin sama Mama sampe Minggu depan ya, No?"

Kavi tersenyum tipis, "Aku kangen Mama makanya pengen cepet-cepet pulang."

"Bisa aja kamu!" Kinan mencubit pinggang Kavi pelan membuat Kavi terkekeh yang semua dapat Naraya saksikan dengan dada berdesir.

"Mama abis darimana?" Tanya Kavi lagi.

"Ini Mama habis dari pasar." Kinan melirik Naraya dan Kavi bergantian, "Kebetulan banget kalian udah disini."

"Hah?"

Kinan tersenyum penuh arti lalu menyelipkan lengannya di antara lengan Naraya dan Kavi, "Hari ini kalian Mama rekrut jadi asisten Mama di dapur-"

"Eh, tapi Tante-"

"Gak ada tapi-tapian! Kalian harus mau! Nanti Mama gaji dengan makanan yang enak!" Kinan melirik Kavi, "Noah, kamu buka bagasi! Turunin semua yang ada disana terus bawa ke dapur, ya??"

Kavi terdiam beberapa saat sambil menatap Naraya dan Kinan bergantian sebelum tersenyum lebar dan membuat postur hormat, "Siap, Chef!"

Kinan terkekeh sementara Naraya mendengus dan membuang muka membuat Kavi mendekat dan mengacak rambut Naraya brutal.

"Apaan, sih?!" Teriak Naraya sambil memukul lengan Kavi keras.

"Kalo jadi asisten itu senyum gak boleh manyun-manyun kayak gitu ya, kan, Ma?"

"Noah kamu jangan suka iseng! Naraya manyun itu pasti juga gara-gara kamu bukan gara-gara orang lain."

"Bener banget tuh Tante! Marahin aja tuh si Ka-Hng-Noahnya." Naraya mengatup bibirnya karena hampir kecepolosan memanggil nama Kavi membuat lelaki itu menahan senyumnya.

"Iya aku tau gara-gara aku cuma aku udah minta maaf sama Naraya, Ma. Tapi Naraya nya bilang dia gak mau maafin aku sampai kapanpun. Parah, kan?" Adu Kavi membuat Naraya melotot tajam.

"Bener, Naraya?" Kinan menoleh membuat Naraya meringis sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, "Abis Noahnya bikin kesel sih, Tan."

"Aduh, kalian udah kayak bocah SD aja pake berantem-berantem segala! Ayo cepet maafan!" Omel Kinan membuat Noah tersenyum bangga menatap Naraya yang semakin kesal.

I OWE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang