Kini Alex tengah berada dalam pelukan Gulf sementara beberapa dokter memeriksa Mew didalam ruangan. Rom, Joy juga Mild ada disana setelah Gulf meminta Rom untuk memberitahu mereka bahwa Mew telah sadar. Meskipun sebelumnya Alex sempat menutupi kabar baik itu, tapi perkembangan Mew benar-benar kabar yang begitu melegakan untuk semua orang.
"Papa, apa daddy benar-benar akan bangun?" tanya Alex yang kemudian melepaskan pelukan Gulf.
Gulf tersenyum dan mengangguk, "iya sayang. Berkat doa Alex dan semua orang yang menyayangi daddy."
"Tapi Alex tidak benar-benar berdoa agar daddy bangun," lirih bocah itu seraya tertunduk menatap lantai.
Rom, Joy dan Mild ikut serta menatap putra tunggal Mew, bagaimana bisa Alex mengatakan itu? Ia bahkan membuat Gulf bingung dengan ucapannya.
"Lebih baik daddy tidur lagi, Alex lebih suka daddy tidur. Alex tidak ingin daddy bangun dan memarahi papa ataupun Alex lagi." sambung bocah itu.
Joy mengerti sekarang, Alex pasti benar-benar takut dengan sisi lain Mew saat berada dibawah pengaruh obat dulu. Meskipun itu hanya sebagian kecil, tapi Alex sangat menyayangi Gulf dan akan terus melindungi papanya. Lalu Alex harus melihat pertengkaran kedua orangtuanya saat usianya masih begitu kecil, ia pasti sulit membedakan mana yang dapat dipertimbangkan dan tidak.
"Sayang, daddy adalah orangtua Alex. Tidak baik mengatakan hal seperti itu, Alex mengerti kan?" tanya Gulf seraya memegang pipi Alex dengan penuh kehangatan dan berharap Alex akan mengerti bahwa semuanya hanya kesalahpahaman.
"Maaf, papa." lirih Alex.
Dokter yang memeriksa Mew keluar dan memberitahukan bahwa Gulf sudah bisa menemui Mew, tapi mungkin akan sedikit sulit untuk mengajaknya berkomunikasi. Dokter juga mengatakan bahwa Mew memerlukan beberapa terapi setelah kondisinya lebih baik, otot-ototnya harus kembali dilatih agar mampu mengingat gerakan-gerakan yang telah lama tak ia lakukan selama tak sadarkan diri.
Dengan gerakan waspada, Alex memimpin langkah Gulf dan menahan Gulf agar tidak terlalu dekat dengan Mew.
"Mew, bagaimana keadaan mu? Apa kau merasa baikan?" tanya Gulf yang kini duduk disamping ranjang tempat Mew berbaring, sementara Alex hanya berdiri mematung di belakang Gulf.
Perlahan Mew melirik ke arah Gulf. Jika ini bukan mimpi, maka Mew berharap bahwa Gulf akan tetap menerimanya kembali, tak apa meskipun Gulf tak bisa melupakan betapa bejat sosok Mew sebelum ia tertidur lama.
"Tidak perlu banyak bergerak, buatlah dirimu nyaman." pinta Gulf.
"Papa," sergah Alex saat Gulf akan memegang lengan Mew.
Gulf tersenyum meyakinkan Alex berusaha memberi pengertian bahwa itu akan baik-baik saja untuk mereka. Alex hanya tidak terbiasa karena lama tak berinteraksi dengan Mew, Gulf rasa.
***
Hari-hari berlalu sejak kembalinya kesadaran Mew, baik itu Gulf ataupun Alex tetap setia menemani Mew mulai dari terapi, check up dan hal-hal lain yang membantu Mew pulih lebih cepat.
Setelah tiga bulan Mew akhirnya diperbolehkan untuk pulang, meskipun ia sudah mampu untuk bergerak sendiri tapi Gulf tetap belum mengizinkannya pergi kekantor ataupun berkendara sendirian. Bahkan hanya untuk mencari udara disekitar, Gulf meminta setidaknya harus ada yang menemani Mew meskipun bukan Gulf orangnya.
Bukan maksud Gulf untuk mengekang Mew, ia hanya tak ingin kemungkinan buruk sekecil apapun menjadi nyata. Sesehat apapun Mew, ia masih menjadi pasien untuk saat ini.
Di meja makan saat makan malam, kursi tempat Mew biasa duduk tak lagi kosong. Gulf tampak menikmati makanannya seperti biasa atau mungkin dengan lebih bahagia karena keluarga mereka lengkap sekarang, tapi tidak dengan Alex. Sebenarnya Alex senang karena Mew sembuh, lebih tepatnya karena Alex tak harus melihat Gulf kelelahan karena bolak balik ke rumah sakit lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI3
FanfictionKita hanya terluka, itu tak terlalu parah jika harus dijadikan alasan berpisah. Senyummu yang kembali merekah mengehidupkan tawa kita yang renyah, kehangatan yang indah menjanjikan hilangnya luka tak berdarah. ini adalah bagian ketiga dari IGNITI...