Waktu menunjukkan pukul dua siang, baik Alex maupun Mew hanya diam di ruang keluarga pun dengan para pelayang yang berdiri disekitar mereka. Mereka semua tak melakukan apapun, hanya diam dan memperhatikan Gulf yang duduk dengan wajah tertekuk. Jari Gulf tak henti-hentinya menekan tombol pada remote televisi, suasana hatinya masih sangat rusak akibat pemandangan di garasi. Bahkan untuk duduk didalam rumah saja sebenarnya Gulf sangat malas, warna-warna biru yang berhamburan didalam rumah membuatnya pusing. Tapi bagaimana lagi? Tidak mungkin ia meminta para pelayang untuk mencabut seluruh gorden dan mengecat ulang beberapa dinding. Itulah sebabnya Gulf tetap menggunakan kacamata hitam.
Mew mulai gelisah sebab salesman tak kunjung datang ataupun menghubunginya, hari sudah semakin sore dan mereka harus segera kerumah sakit. Rasa frustasi itu membuat Mew merasa bahwa dirinya harus memanggil dokter Ma kerumah, tak apa jika dirinya harus membeli alat medis yang diperlukan. Tapi Mew tidak mungkin melakukan itu sebab emosi Gulf yang tidak stabil, bukannya menjadi jalan keluar dari masalah, itu mungkin malah akan menjadi jalan keluar Mew setelah diusir lagi oleh Gulf.
"Permisi," sapa salesman yang tadi sempat terduduk tanpa daya.
"Dia datang," gumam Mew penuh syukur seraya mengusap dadanya.
"Siapa?" tanya Alex. Sedari tadi suasana begitu mencekam, kenapa Mew terlihat sangat lega saat kedatangan seorang tamu?
"Kendaraan papa," sahut Mew seraya mengusap kepala Alex sebelum akhirnya mengajak Gulf juga Alex keluar untuk melihat mobil yang Gulf inginkan.
"Seperti ini, pak?" tanya salesman itu dengan ragu. Jika sampai ini masih salah, ia tak tau harus bagaimana lagi. Mungkin ia akan memilih untuk mengundurkan diri saja dari pekerjaannya.
Seulas senyum terukir diwajah Gulf, matanya berbinar menatap kendaraan dihalaman mereka. Melihat itu, Mew mengangguk kearah salesman dan segera menandatangani apa yang salesman itu berikan.
"Terimakasih banyak," bisik Mew pada salesman seraya menjabat tangan orang itu. Akhirnya, darah salesman itu kembali mengalir lancar tanpa sumbatan yang menekan.
"Alex, ayo ikut papa dan daddy." ajak Gulf yang kemudian menuntun lengan putranya agar mereka dapat memasuki mobil yang sangat menenangkan jiwa juga raga Gulf.
"Tinggalkan nomor rekening mu pada pelayan, pengawal ku akan mengantarmu selamat sampai tujuan. Terimakasih banyak atas modifikasinya," jelas Mew yang tak henti-hentinya menjabat tangan salesman itu. Mew benar-benar lega sekarang, mood Gulf membaik dan semua itu sudah lebih dari cukup.
Ditengah perjalanan, Gulf yang duduk di kursi belakang bersama Alex tiba menggumamkan kebahagiaannya. Meskipun itu justru membuat Alex pusing sebab mereka seperti sedang berada dimana semuanya kuning, benar-benar tak ada warna lain selain kuning. "Huft, seandainya semua warna biru musnah dan digantikan oleh warna kuning seperti ini." gumam Gulf seraya melepaskan kacamata hitamnya. Gulf merasa bahwa dirinya sudah menaklukan dunia bersama warna kuning ini, benar-benar melegakan.
Mew memutuskan untuk langsung mengirim pesan kepada Siri setelah mereka parkir di depan rumah sakit, ucapan Gulf terdengar seperti perintah. Jadi Mew meminta Siri dan semua orang yang ada dirumah untuk menyingkirkan warna biru dan menggantikannya dengan warna kuning pastel, tak terkecuali dinding-dinding dan pernak-pernik kecil beserta pakaian diseluruh lemari dan seragam para pelayan tentunya.
Siri tak keberatan dengan itu, masalahnya adalah Mew meminta agar permintaannya diselesaikan sebelum mereka kembali kerumah, artinya itu harus selesai dalam waktu selambat-lambatnya lima jam dari sekarang. Menerima pesan itu saja sudah cukup membuat Siri hampir pingsan, tak ingin menyia-nyiakan lebih banyak waktu, Siri segera membagi tugas agar para penjaga lainnya segera merombak dekorasi ruangan, pun dengan para pelayan yang harus bergegas pergi membeli barang-barang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI3
FanfictionKita hanya terluka, itu tak terlalu parah jika harus dijadikan alasan berpisah. Senyummu yang kembali merekah mengehidupkan tawa kita yang renyah, kehangatan yang indah menjanjikan hilangnya luka tak berdarah. ini adalah bagian ketiga dari IGNITI...