Gulf membuka mata perlahan saat sinar matahari samar menerpa wajahnya. Namun ada sesuatu yang lebih hangat, pelukan Mew padanya.
"Melihat apa?" tanya Mew yang masih menutup matanya rapat-rapat pada Gulf yang mengulum senyum.
"Lepaskan pelukannya, aku perlu mandi." keluh Gulf seraya tersenyum manja.
Bukannya melonggar, pelukan itu justru semakin erat. "Bagaimana jika tidak ku lakukan? Jangan mandi, disini saja agar aku bisa memelukmu."
"Emh, kau lupa bahwa tadi malam ... kita harus membersihkan diri, kotor." ejek Gulf.
Mew yang menahan tawa akhirnya membuka mata, perlahan Mew mengusap wajah Gulf dengan ibu jarinya. Sisa kehidupan yang hangat benar-benar akan Mew jalani bersama Gulf, hanya bersama keluarga kecilnya bahagia. Anugerah untuknya yang nyata.
"Untuk apa mandi, nanti akan kotor lagi." bisik Mew.
Mendengar kalimat itu Gulf lantas membuka matanya lebar, jangan lupakan alis tebalnya yang menukik tajam.
"Kenapa menatapku begitu?" tanya Mew seraya mengecup pipi Gulf.
"Bangun, Mew!" keluh Gulf. Ia tau suaminya itu mungkin sedang menggodanya, lagi?
"Aku sudah bangun," ucap Mew yang semakin mengeratkan pelukannya serta mendekatkan wajahnya pada Gulf. "Juga ... ada yang lain, yang ikut bangun."
"Mew! Lepaskan aku, aku harus mandi."
"Em, tidak bisakah membantuku kembali tidur?" pinta Mew yang kemudian mencium pipi dan dahi Gulf.
"Tidak, kau sudah cukup tidur tadi malam."
"Gulf, aku baru saja sehat. Aku perlu banyak olahraga, hahaha."
"Olahraga? Waw, sangat sehat." ejek Gulf.
"Ayolah," ajak Mew seraya membelai wajah hingga tengkuk Gulf.
Setelah mendapatkan izin dari Gulf yang sudah tak dapat membentengi diri, Mew langsung mengambil posisi untuk dapat berada diatas Gulf.
Dengan senyumnya yang hangat Mew memulia lumatan romantis dan dibalas dengan harmonis oleh Gulf.
"Bisakah aku?" tanya Mew setelah ciuman mereka berakhir.
Dengan senyuman manisnya Gulf kemudian mengangguk pelan.
Mata indah Gulf tertutup rapat saat tangan kekar Mew mengunci jemarinya, bibir yang merah ranum itu digigit oleh pemiliknya saat Mew menggunakan bahunya untuk menopang betis Gulf. Tangan putih mulus itu akhirnya berpegangan pada dada bidang, tak ada yang berubah. Kehangatan akan selalu menyelimuti keluarga kecil yang kokoh itu.
"Ahhhh, Gulf. Bagaimana bisa kau tetap sempit, hmh?"
"Ngh, kau saja yang besar ahhhh."
Desahan serta lenguhan meluncur tipis, keduanya tak berani untuk terlalu lepas sebab mereka memiliki putra kecil yang terlalu aktif.
"Ahhhh... bisakah aku masuk lebih dalam, hmh?" Mew yang membuka mata sayunya dan menatap Gulf yang terpejam nikmat.
"Ngh, Iyah.. ahhh, lak- lakukan sajah." balas Gulf seraya mencengkram lengan Mew.
"AH! Mew ... ngh, bagaiman ... ahhhh ...."
"Sebentar lagi, ahk."
Kini Gulf tengah berbaring dengan lengan Mew sebagai bantalnya, keduanya terpejam dengan nafas mereka yang masih belum teratur.
"Jangan lakukan di pagi hari Mew, kau tau Alex terkadang suka masuk kedalam kamar kita tiba-tiba dan kau sering lupa mengunci pintu." keluh Gulf.
"Maaf," ucap Mew setelah mengecup kening Gulf. "Aku tidak bisa menahan diri, hahaha." sambung Mew.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI3
Fiksi PenggemarKita hanya terluka, itu tak terlalu parah jika harus dijadikan alasan berpisah. Senyummu yang kembali merekah mengehidupkan tawa kita yang renyah, kehangatan yang indah menjanjikan hilangnya luka tak berdarah. ini adalah bagian ketiga dari IGNITI...