Gulf yang muntah-muntah sejak siang membuat seisi rumah panik, sekarang Mew yakin kalau asam lambung Gulf benar-benar naik sebab ia tak mengkonsumsi apapun sejak kemarin. Mew juga sudah kehabisan upaya untuk membujuk Gulf agar makan, Alex bahkan ditolaknya.
Bukan masalah mereka tak membiarkan Gulf bebas dengan keinginannya, tapi jika Gulf terus begini Gulf bisa membahayakan dirinya sendiri.
Mulut Gulf terus bungkam hingga dirinya kembali tertidur pulas dalam keadaan meringkuk, Alex semakin cemas dengan keadaan sang papa. Sekalipun Mew menghiburnya, Alex hanya bisa berpura-pura percaya dan menuruti perkataan Mew untuk segera pergi tidur karena hari sudah larut.
Alex yang tak bisa mengusir kegelisahannya lantas memilih untuk membuka laci yang ada disamping tempat tidurnya, mengambil smartwatch pemberian Mew dan berniat menghubungi Hulk nya.
"Hm?" suara yang terdengar parau menyapa Alex. Bagus, artinya Ghina menjawabnya.
"Ghina belum tidur?" tanya Alex basa-basi.
"Tadi sudah, tapi terbangun karena jamnya bergetar." keluh Ghina. Gadis itu tak melepaskan smartwatch miliknya, itulah sebabnya ia merasakan getaran dari panggilan Alex.
"Maaf karena membuat Ghina terbangun."
"Alex kenapa tidak tidur? Apa karena besok libur?" tanya Ghina. "Meskipun libur tetap harus tidur, jika tidak nanti Alex akan sakit."
"Alex tidak bisa tidur, Alex khawatir pada papa Alex." adu Alex yang kini meletakkan smartwatch miliknya diatas bantal tepat disamping telinganya. Mata bocah itu menatap kearah langit-langit dengan tangan yang terus memainkan ujung dari boneka roket miliknya.
"Ghina tau, papa Ghina juga pernah sakit. Ghina juga khawatir. Tapi, daddy bilang anak-anak harus tetap sehat dan bahagia, kalau tidak nanti orangtua yang sakit akan merasa semakin sakit." jelas si gadis.
"Kenapa begitu?"
"Karena kalau Alex sakit saat papa Alex sakit, papa Alex pasti akan tetap berusaha merawat Alex. Nanti papa Alex bisa tambah sakit karena harus menjaga Alex yang sakit."
Alex mengangguk, penjelasan Ghina masuk akal meskipun terlalu berbelit. Gulf adalah orang yang selalu khawatir tentang hal-hal kecil menyangkut diri Alex, jika Alex tidak menuruti perkataan Mew maka Alex akan memperburuk keadaan.
"Alex, boleh temani Ghina ke dapur mengambil air?"
"Pergi saja, Alex juga jauh dirumah tidak bisa menemani."
"Maksud Ghina jangan matikan ini dulu, tunggu sampai Ghina selesai minum." protes gadis yang asik bicara dengan benda di pergelangan tangannya.
"Oke," sahut Alex malas. Entah ini berlaku untuk semua wanita atau memang hanya Ghina satu-satunya makhluk bumi yang bersikap aneh.
"Waw, gelap." gumam Ghina ketika dirinya membuka pintu kamar dan mendapati seisi rumahnya yang gelap gulita.
"Nyalakan dulu lampunya!" ketus Alex pada sahabatnya yang terdengar mengeluhkan hal-hal kecil.
"Dapur Ghina jauh sekali, malas turun tangga tapi Ghina haus." keluhnya saat memulai langkah pertama sejak melewati pintu kamar. Gadis itu terus berjalan hingga sampai didepan kulkas, tangannya meraih sebuah gelas lalu menuangkan air dingin agar dapat segera ditenggak dan kembali ke kamar.
"Alex terimakasih sudah menemani Ghina," ucap Ghina yang kembali menghempaskan tubuhnya ke kasur.
"Hm," balas Alex. Terimakasih untuk apa? Alex bahkan hanya berbaring dikamarnya, tidak menemani Ghina sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI3
FanfictionKita hanya terluka, itu tak terlalu parah jika harus dijadikan alasan berpisah. Senyummu yang kembali merekah mengehidupkan tawa kita yang renyah, kehangatan yang indah menjanjikan hilangnya luka tak berdarah. ini adalah bagian ketiga dari IGNITI...