Dipagi yang tak dapat dikatakan cerah sebab diluar sedang hujan, Gulf tengah tersenyum saat mendapati suami dan putranya yang masih tertidur dalam keadaan saling memeluk dengan erat.
Waktu masih menunjukkan pukul lima pagi, masih ada cukup banyak waktu untuk membiarkan keduanya berpelukan. Hingga saat Mew tiba-tiba meregangkan otot lehernya dan mulai mengerjapkan mata, saat itulah ia sadar bahwa Alex tengah memeluknya.
Tak lama setelah Mew bangun, Alex menyusul dengan mengusap kelopak matanya perlahan.
"Hmh, kalian tidur berpelukan dan membiarkan papa kedinginan sendiri?" protes Gulf yang langsung membuat Alex bingung.
"Bagaimana?" tanya Mew pada Alex yang masih mengumpulkan nyawanya. "Apa papa boleh bergabung?" sambung Mew menahan senyum.
"Bergabung untuk apa?" ucap Alex balik bertanya. Sepertinya ia tak sadar bahwa dirinya memeluk Mew begitu erat.
"Hm, papa tidak perlu izin siapapun karena kalian milik papa." ucap Gulf yang segera memeluk Mew dan membuat Alex terhimpit ditengah.
Jujur saja, pelukan seperti ini jauh lebih hangat dibandingkan dengan tiga atau sepuluh lapis selimut. Dan sepertinya Alex juga menyayangi Mew sebesar ia menyayangi Gulf.
Alex buru-buru menghapus pikirannya saat ia hampir tersenyum karena kehangatan pagi ini, segera saja ia memberontak dan keluar dari dekapan kedua orangtuanya lalu berusaha untuk pergi dari kasur.
"Ingin kemana sayang?" tanya Gulf pada putranya yang tiba-tiba pergi tanpa sepatah katapun.
"Mandi, Alex harus sekolah." sahutnya cepat.
"Roket Alex tertinggal, nanti berisik lagi saat tidak bisa menemukannya." ujar Gulf mengingatkan bahwa boneka roket itu masih ada di kasur dan Alex mungkin melupakannya.
"Tinggalkan saja disini, daddy akan menjaganya." balas Mew.
"Tidak!" sela Alex yang kemudian kembali ke kasur dan merampas bonekanya dari tangan Mew secepat yang ia bisa. "Alex bisa jaga milik Alex sendiri," sambungnya sebelum pergi.
"Gulf," keluh Mew setelah kepergian Alex.
"Bersabarlah sedikit, Alex mungkin masih asing. Kalian lama tidak bertemu kan?" tanya Gulf yang mencoba menenangkan Mew agar tak perlu stress memikirkan hal itu.
"Dia juga tak pernah bertemu denganmu dulu, tapi dia langsung akrab saat melihatmu pertama kali. Dia sudah mengenalku dan bahkan tau bahwa aku daddynya, bagaiman dia asing denganku?" keluh Mew penuh kecewa seraya menyandarkan dahinya di bahu Gulf.
"Mew, mengobrol dengannya lebih sering. Kau harus mengikuti alur yang Alex buat agar kalian saling terbiasa," ucap Gulf seraya mengusap bahu Mew.
Mew mengehela nafas sejenak, betapa beruntungnya dia memiliki pasangannya seperti Gulf yang sangat perhatian juga pengertian. Mew kemudian memegang tangan Gulf dan mencium punggung tangan yang senantiasa memberikan kekuatan padanya, "terimakasih karena telah menjadi pendamping hidup ku Gulf. Aku bersumpah aku tidak akan menyakiti kalian." ucap Mew yang kemudian memeluk Gulf dengan sangat erat.
***
Alex memperhatikan Mew yang tengah berdiri didepan kompor dan berusaha memasak beberapa sosis untuknya, dari cara Mew memegang teplon saja Alex sudah mengerti bahwa Mew terlalu memaksakan diri dan Alex yakin bahwa Mew tidak bisa melakukan itu.
Gulf yang baru selesai mengaduk susu dan membuat sandwich lantas menghampiri Mew, mungkin suaminya itu butuh bantuan.
"Apa ini bagus?" tanya Mew pada Gulf. Mew memang berhasil memasak sosis untuk Alex, masalahnya adalah itu terlihat tidak layak konsumsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI3
FanfictionKita hanya terluka, itu tak terlalu parah jika harus dijadikan alasan berpisah. Senyummu yang kembali merekah mengehidupkan tawa kita yang renyah, kehangatan yang indah menjanjikan hilangnya luka tak berdarah. ini adalah bagian ketiga dari IGNITI...