•13

1.7K 193 41
                                    

"Kana," sapa suara yang terdengar familiar.

Pria yang merasa bahwa namanya dipanggil itu lantas membuka mata, menatap pemilik suara yang sedari tadi memanggilnya.

Badan Gulf terasa kaku, ia sama sekali tak bisa bergerak dan cahaya yang sangat terang tiba-tiba muncul bersama wajah seorang wanita yang sangat Gulf kenal.

"Sayang..." sapa wanita yang tersenyum itu dengan tangannya yang membelai pipi Gulf, dan satu-satunya yang bisa Gulf lakukan hanyalah menatapnya tanpa berkedip.

"Gulf."

"Gulf."

"Hah?" Gulf terbangun dengan keringat yang hampir menetes.

"Sudah cukup pagi, kau tidak akan sarapan?" tawar Mew pada tubuh yang meringkuk di sudut kasur itu.

Gulf merasa bahwa kepalanya sangat sakit dan ia sangat malas untuk menjawab pertanyaan dari Mew, ia bahkan semakin meringkuk dan tak menanggapi sentuhan Mew pada pundaknya.

"Ingin Siri membawakan makanan kesini?" tanya Mew kemudian. Ia paham jika Gulf tak suka dirinya terlalu dimanja, itulah sebabnya Mew menawarkan apapun yang ia pikirkan sebab takut Gulf akan merasa risih.

Gulf menggeleng dengan jari telunjuk yang diarahkan ke bibir, menandakan bahwa ia tak ingin apapun selain Mew yang berhenti bicara.

Melihat sikap Gulf membuat Mew merasa gemas, Mew akhirnya merapikan anak rambut yang menutupi wajah Gulf. Seketika itu wajah Mew berubah menjadi sedikit panik, badan Gulf hangat?

"Gulf, kau sakit?" tanya Mew khawatir. Apa semalam terlalu berlebihan hingga membuat Gulf benar-benar sakit? Seharusnya Mew berhenti saja dan membiarkan Gulf marah daripada harus membuat Gulf sakit.

"Emmm," keluh Gulf yang masih memejamkan mata rapat-rapat dan menggeleng. "Hanya lelah," sambungnya yang kemudian menarik selimut agar menutupi sekujur tubuhnya hingga tak ada sehelai rambutnya yang terlihat.

"Wajar jika lelah, kau bahkan tidak mengizinkan aku untuk istirahat kemarin." goda Mew. Namun Gulf sama sekali tak menghiraukan ocehannya.

"Aku akan mengantar Alex kesekolah, aku juga akan pergi ke kantor. Jika sesuatu terjadi langsung hubungi aku, janji?" tanya Mew yang masih setia mengusap punggung Gulf dari balik selimut dan Gulf tetap tak menanggapi hal itu.

Gulf merasa bahwa kepalanya benar-benar pusing dan ia juga tak memiliki segelintir semangat pun, ia tak ingin Mew pergi tapi ia begitu malas untuk melarang Mew. Bahkan untuk sekedar menahan jas Mew, ia sangat malas.

"Aku pergi sekarang," pamit Mew lagi.

"Emh," keluh Gulf dan seketika itu melunturkan niat Mew yang akan bangkit dari sisi Gulf.

"Kenapa sayang?" tanya Mew pada Gulf yang terdengar mengeluhkan sesuatu. Gulf kemudian menyibak selimutnya tanpa membuka mata, ia segera merentangkan tangannya tanpa bicara apapun. Mew yang melihat itu hanya menaikan sebelah alisnya karena tak paham dengan maksud Gulf.

"Emmm!" protes Gulf yang kemudian menggerakkan kedua tangannya, saat itulah Mew mengertilah bahwa Gulf menginginkan pelukan, mungkin?

"Hiks...." Mew terdiam saat Gulf tiba-tiba terisak dalam pelukannya. Gulf sama sekali tak membuka matanya, apa Gulf hanya mengigau?

"Gulf?" ujar Mew yang mengusap kepala Gulf untuk menenangkan Gulf dari hal yang mungkin membuat moodnya buruk.

Gulf merasa frustasi, entah kenapa ia begitu yakin bahwa dirinya kosong. Ia begitu ingin mengeluh tapi tak tau apa yang perlu dikeluhkan karena semuanya baik-baik saja tapi terasa sangat kacau untuk Gulf, ia bahkan tak mengerti harus menggunakan mulutnya untuk apa.

IGNITI3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang