"Alex Alex." sapa Mew yang baru sampai di kamar putranya. Alex melirik daddynya yang masuk dengan suasana hati yang terlihat begitu ceria, dari gerak-geriknya Mew pasti ingin meminta bantuan.
"Alex sedang sibuk?" tanya Mew yang kemudian duduk di sudut kasur putranya. Alex menggeleng, ia hanya duduk dan melamun sedari tadi.
"Tidak menelpon Ghina?" tanya Mew lagi.
"Kalau daddy bosan pergi saja peluk papa, jangan menggoda Alex." keluh bocah laki-laki itu. Mew langsung membeku menatap putranya yang terlihat begitu depresi. Dikamarnya sendiri Mew masih dikucilkan karena Gulf terus membahas Sasa yang bahkan Mew benar-benar tidak memiliki hubungan apapun dengannya, lalu dia harus kembali diasingkan di kamar putranya?
"Itu masalahnya, papa marah pada daddy. Daddy tidak akan dapat pelukan malam ini, daddy minta pada Alex saja," ujar Mew yang kemudian merebahkan diri.
"Marah kenapa?" tanya Alex. Kelihatannya Mew juga sama pusingnya.
"Salah paham sedikit. Bagaimana tangan Alex? Apakah sakit?" tanya Mew. "Kalau sakit jangan diam saja, oke?"
"Em," sahut Alex.
"Alex, ayo pergi jalan-jalan!" ajak Mew yang seketika bangkit.
"Kemana malam-malam?" tanya Alex.
"Pergi membeli cemilan untuk papa," sahut Mew.
"Ingin membujuk papa dengan cemilan? Apa itu akan berhasil? Papa suka cemilan buatan rumah kan? Lebih baik minta Siri membuatkan," elak Alex untuk menghindari ajakan Mew.
"Kalau tidak salah dengar, papa membahas nata de coco tadi. Mungkin adik bayi sedang ingin itu?"
"Daddy, bagaiman kalau daddy salah dengar? Memangnya adik bayi bisa memilih makanan kesukaannya?" tanya Alex.
"Bisa, itu namnya mengidam. Dulu saat Alex berada di dalam perut papa, papa juga selalu meminta sesuatu yang aneh." jelas Mew.
"Aneh bagaimana?" tanya Alex.
"Tidak akan daddy beritahu sebelum Alex setuju mengantar daddy berbelanja."
"Yasudah ayo berangkat, Alex sudah bosan juga berada di kamar."
"Let's go!" seru Mew. Alex kemudian bangkit, memasang alas kaki dan segera menuju ke arah pintu.
"Alex tidak pakai smartwatch?" tanya Mew.
"Biarkan saja, Alex sedang tidak ingin memakai itu. Lagipula Alex pergi dengan daddy, daddy tidak perlu menghubungi Alex atau apapun kan?"
"Daddy pikir mungkin Ghina ...."
"Daddy, please stop it."
***
"Alex mana yang lebih bagus? Ini atau ini?" tanya Mew pada putranya yang memegang keranjang belanjaan, bocah itu tampak berpikir keras. "Apa bedanya? Hanya merek saja, apa itu berpengaruh?"
"Tentu," sahut Mew.
"Merek sasa terlihat lebih berkualitas," ucap Alex sebab Mew terus memaksanya untuk mengajukan opini.
"Baiklah, merek sasa. Apa lagi yang perlu kita beli?" tanya Mew yang telah mengambil alih keranjang belanjaan.
"Alex boleh es krim vanilla?" tanya bocah itu.
"Boleh, ayo pergi dan cari es krim itu. Papa juga suka itu kan?" tanya Mew yang kemudian berjalan beriringan dengan putranya.
"Alex, tunggu. Sepertinya papa akan suka dengan ini? Papa pernah menanyakan madu? Apa papa suka madu?" monolog Mew.
![](https://img.wattpad.com/cover/294125095-288-k978795.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
IGNITI3
FanfictionKita hanya terluka, itu tak terlalu parah jika harus dijadikan alasan berpisah. Senyummu yang kembali merekah mengehidupkan tawa kita yang renyah, kehangatan yang indah menjanjikan hilangnya luka tak berdarah. ini adalah bagian ketiga dari IGNITI...