Chapter 8

282 48 0
                                    

Portland International Airport

Present day

"Aku sangat meragukan akan ada penerbangan selarut ini dari PDX Ikaris" aku mengingatkan Ikaris ketika kami bertiga turun dari Uber yang mengantar kami ke dekat salah satu runaway di PDX. Sersi memberinya alamat pasti kemana kami harus datang, yang untungnya hanya 15 menit perjalanan dari bandara. Saat itu sudah sangat larut, hampir tengah malam dan masih turun hujan.

Runaway sudah terlihat hitam dan gelap, di kejauhan terlihat sebuah pesawat jet privat menunggu di pinggir runaway. Kami melangkah menuju gerbang yang terkunci, Sersi meletakkan tangannya di atas besi dan gerbang di depan kami berubah menjadi daun seketika. Aku sudah lama tidak melihatnya menggunakan kemampuannya, ketika aku akhirnya melihatnya sekarang, itu masih membuatku kehilangan napas. Ketika dedaunan itu jatuh ke tanah dan membuka jalan, kami berjalan melewatinya menuju ke pesawat jet.

Aku sudah mengganti pakaianku, celana jeans berwarna biru tua dan sepatu sneakers, t-shirt katun oranye, dan jaket oranye yang berwarna lebih tua di bawah jaket denim dengan kerah bulu domba dan beanie merah tua di kepalaku. Malam ini terasa dingin membuatku menggigil di dalam jaketku ketika aku mengikuti Ikaris dan Sersi ke arah pesawat jet yang menunggu kami bertiga.

"Kita pergi dengan ini?" aku bertanya, tidak melihat Ikaris atau Sersi menunjukkan sedikit tanda-tanda rasa senang, "aku akan jujur. Jet privat tidak terdengar seperti yang akan kalian gunakan..Ikaris apalagi Sersi"

"Benarkah?" Ikaris bertanya, terlihat sedikit terluka karena aku berpikir dia seperti itu. Aku mengangkat bahuku.

"Aku tidak akan berbohong kepadamu" kataku beralasan.

"Itu bukan milik kami" jawab Sersi, membuatku melihat Ikaris dan Sersi berhenti beberapa meter dari pesawat jet dan aku masih memperhatikannya. Aku baru akan mengatakan sesuatu kepadanya dan bertanya milik siapa pesawat jet itu. Tapi seseorang tiba-tiba berbicara, dia berdiri di depan pesawat jet, berdiri di kegelapan dan terdengar sama cerianya seperti dulu.

"Halo Soteria! Dewi keselamatan dan perlindungan!" aku terhenti seketika, sangat terkejut dan melihat ke arah seorang Eternal yang baru saja bicara. Tangga menuju pesawat jet terbuka, rambut lain pun muncul di kegelapan, berwarna merah pendek dengan seringai di wajahnya. Aku tahu wajah muda itu, terlihat sarkastik dan senang.

Sprite.

Aku terkejut melihat wajah yang sama yang aku ingat dengan kegembiraannya dari pesta di saat-saat kami bersama. Dia berjalan ke arahku, lengannya terentang seperti dia sedang menunggu tepuk tangan dan pelukan dariku. Aku mengingat senyumannya, kegembiraan di matanya, dan bagaimana dia selalu melontarkan candaan. Aku harus tersenyum kagum dan menatap si Eternal.

"Halo Soteri" dia berkata kepadaku, suaranya hangat dan senyumnya cerah ketika menatapku.

"Hai Kingo"

Light My Love [Druig]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang