Chapter 31

299 50 5
                                    

Jadi, ini chapter tabungan terakhir dan aku harus mulai persiapan UAS. banyak yang harus disiapin jadi sama sekali gak bisa disambi translate, jadi mungkin gak akan update cukup lama.

aku bakal update lagi sekitar bulan Februari, dan kemungkinan bakal tamat di bulan itu😉. jadi dimohon kesediaannya untuk menunggu, dan aku menyampaikan permohonan maaf karena harus nunggu lumayan lama🙏🏻.

akhir kata selama membaca.
.
.
.
.
.
.
Aku berhenti berpikir, otakku tidak lagi berdengung. Yang aku lakukan hanyalah bertarung.

Ikaris dan aku saling melawan, mencoba menghindari pukulan dan melompat kesana kemari. Satu orang maju, yang lain mundur. Aku akan menghindari sinarnya dan dia menghindari pukulan perisaiku. Aku tahu bagaimana cara dia bertarung, tidak pernah diam di satu tempat terlalu lama agar tidak terkena pukulan. Dia juga konsisten dengan serangannya, namun aku mencoba membalasnya sebisaku.

Dia berada di posisi yang lebih tinggi dengan melayang sedikit di atas tanah, itu adalah sebuah keuntungan baginya dan dia terus mencoba menyerangku dengan sinar matanya. Aku masih bisa memblokir serangan itu dengan perisaiku, tapi dia lebih cepat sedikit dariku ketika aku memberikan serangan balasan. Aku tahu aku tidak akan sebanding dengannya dalam hal pertarungan, dia tahu persis bagaimana caranya bertarung. Dia adalah seorang prajurit, atau setidaknya dia bertindak seperti seorang prajurit.

Energiku masih belum pulih sepenuhnya, dengan setiap perisai yang kulemparkan energiku terkuras. Aku tahu aku harus mengulur waktu selama mungkin untuk Sersi, dan aku tidak akan membiarkannya terbunuh. Tapi dengan bagaimana pertarungan ini berjalan, dan aku semakin melambat, itu tidak menguntungkan bagiku. Jika aku terus menjaga ritme pertarungan, aku bisa menjauhkan Ikaris dari Sersi cukup lama, aku akan sangat kelelahan. Tapi suara di dalam kepalaku memberitahuku untuk terus berusaha, memberitahuku untuk tetap maju dan untuk mencari satu saja kelemahan Ikaris.

Satu ledakan besar mengenai bahuku, membuatku berlutut ketika dia menembakkan lagi sinari dari matanya. Aku mengacungkan tanganku, meletakkan perisai di sekelilingku dan merasakan Ikaris mengeborku ke tanah, seperti sedang memukulku dan energiku. Setiap ledakan yang dia tembakkan ke perisaiku, tubuhku terkubur semakin dalam dan perisaiku semakin menipis. Itu hampir mengingatkanku pada saat ketika Thena mencoba menghancurkanku 500 tahun yang lalu. Tapi sekarang, Ikaris lah yang mencoba menghancurkanku.

Ketika aku merasakan tubuhku terdorong semakin dalam dan dan energiku hampir habis, Ikaris terbang rendah untuk mendekat ketika dia masih menembakkan sinar dari matanya tanpa menahan diri. Mungkin dia sudah percaya diri akan memenangkan ini, bahwa dia sudah dekat untuk membunuhku di pantai itu. Tapi masih berusaha dengan setiap sisa energiku untuk menjaga perisaiku dan tidak menyerah. Kepalaku menjadi ringan dan mulai kosong, napas meninggalkan diriku dan tekanan dari sinar Ikaris masih sangat kuat.

"Pasti sangat menyedihkan" Ikaris berkata padaku, suaranya tenang dan kaku, ketika dia melayang tepat di atasku dan menjaga sinar kosmiknya ke arah perisaiku, menyerang kesana kemari untuk mencari retakan, "berpikir kalau kau bisa menang melawanku. Aku tidak pernah melihat seseorang yang sangat lemah...sangat rapuh...sangat menyedihkan. Aku bahkan ragu Druig menginginkanmu"

Menyedihkan...menyedihkan

Aku membuka mataku, perasaan penuh amarah merayap di balik kulitku dan di dalam pikiranku ketika dia mengatakan kata terakhir itu kepadaku. Itu adalah sebuah pemicu, sebuah saklar di dalam diriku yang membuatku mengingat peristiwa ketika perang salib. Aku tahu nilai diriku dan bagaimana menumbuhkannya selama ini, tapi ketika seseorang mencoba menghancurkanku dengan kata-kata mereka, itu mengubah segalanya. Aku merasakan insting lama itu bergejolak di dadaku, mengambil alih diriku yang biasanya dan membuat insting lama itu berevolusi dan bertumbuh.

Light My Love [Druig]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang