Chapter 29

259 44 0
                                    

Merasakan seragamku mengalir di kulitku membuatku mengingat saat-saat ketika aku melakukan ini sebelumnya. Tapi aku tahu kali ini, mungkin bisa menjadi kali terakhir.

Warna oranye seragamku berkilau di antara cahaya redup ruang pertemuan, kami semua berganti dengan seragam kami dengan tambahan aksesoris di pergelangan tangan kami. Phastos menyelesaikan gelangnya tepat waktu. Itu adalah gelang yang halus dan rumit, indah dilihat dan kuat untuk digunakan. Kami memiliki rencana yang akan dilaksanakan, menjalankannya bersama dengan sedikit waktu yang tersisa. Ini tidak sama seperti ketika kami hanya melawan Deviants.

Ini adalah pertarungan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia.

Makkari memberikan koordinat Tiamut kepada Phastos, membuatnya menavigasi pesawat dan mengikuti koordinat itu. Ketika kami menuju ke Tiamut, kami memakai seragam kami dan Phastos menjelaskan pada kami bagaimana cara menggunakan gelang itu ketika kami akan menghubungkan energi kami. Phastos memberi kami masing-masing satu gelang, kami semua memakainya di pergelangan tangan. Gelang ini akan membantu untuk mengalirkan energi kami kepada Druig, memberinya cukup energi dari kami untuk bisa membuat Tiamut tertidur. Druig akan memiliki kekuatan yang cukup dari kami untuk melakukan itu.

Masalah lain yang harus kami tangani adalah Ikaris.

Aku mencoba menjaga pikiranku tetap lurus, memfokuskan diriku kepada apa yang akan kami lakukan. Kami tidak hanya sedang berusaha membuat seorang Celestial tertidur agar tidak menghancurkan bumi, kami juga harus menghentikan rekan kami yang berubah menjadi musuh, Ikaris. Aku masih merasakan sedikit keraguan untuk melawan Ikaris, dan itu masih akan tetap terjadi. Ikaris adalah seorang Eternal, tapi aku tahu dia juga memiliki kelemahan sama seperti kami semua.

Ada sebuah jarak di antara Ikaris dan aku, dan itu menjadi semakin besar karena aku menyerangnya dulu sekali karena dia membuatku marah. Dia tahu apa yang dia lakukan, berpikir bahwa dia lebih tinggi derajatnya dari kami semua karena kesetiaannya pada Arishem, bahkan ketika Ajak masih hidup. Ikaris selalu berpikir bahwa dia lebih baik, walaupun dia tidak pernah mengatakannya keras-kera kepada kami, aku tahu itu ada di dalam hatinya.

Dan berpikir bahwa dia bersumpah akan membunuh kami semua agar Emergence bisa terjadi. Ikaris bersedia membunuh untuk mengikuti perintah, menunjukkan sisi gelapnya dan bagaimana dia mempermainkan kami semua dan berpikir bahwa itu membantu kami. Pikirannya sudah memiliki tujuan yang salah, aku tahu itu. Kami kehilangan Ajak dan Gilgamesh karena itu. Tapi pertarungan ini akan menjadi pertarungan hidup mati.

Thena akan tinggal di Domo dengan Phastos dan sisanya akan keluar dan memulai Uni-Mind bersama. Itu terdengar seperti solusi yang logis karena Ikaris akan berasumsi kalau kami akan tetap berada di Domo ketika Uni-Mind terjadi. Thena memberiku pandangan serbatahu, melihat bahwa aku hampir mendebatnya karena harus meninggalkannya sendirian dengan Ikaris di Domo. Aku merasa bahwa aku harus selalu menjaga Thena setelah kami kehilangan Gilgamesh, tapi Thena masih tetap tenang dan masih terlihat seperti biasa, tapi kami tahu dia masih rapuh.

"Aku akan memberi kalian sedikit waktu" Thena meyakinkanku ketika kami semakin dekat dengan tujuan kami. Thena dan aku berjalan bersama dalam seragam kami di dalam ruang pertemuan. Aku masih memberinya pandangan tidak nyaman, tidak percaya padanya ketika aku memainkan gelang di pergelangan tanganku, "Ikaris akan mencari kalian semua disini, itu akan memberimu sedikit waktu untuk memulai Uni-Mind"

"Aku bisa tinggal denganmu" Aku memaksanya, melihatnya menggelengkan kepala

"Tempatmu bersama mereka" Thena memotongku, membuatku menatapnya kemudian menatap yang lainnya yang sedang mengobrol di sisi lain ruangan, sedang membicarakan rencana kami. Aku melihat wajah mereka masing-masing, sedang membahas rencana tambahan. Sangat menenangkan mereka bersedia untuk tetap tinggal dan bertarung untuk planet ini, untuk bertarung bagi para manusia yang cintai dan sayangi. Itu membuatku bertanya-tanya apakah Ajak akan bangga dengan yang kami lakukan ini. Walaupun dia tahu apa yang akan terjadi dia masih mengikuti petunjuk dari Arishem, aku tahu hatinya ada bersama manusia. Dan juga kami semua, hampir untuk menghormati Ajak.

Bahkan jika kami akan matim setidaknya kami melakukannya untuk Ajak.

Mataku bergerak ke setiap orang. Mereka adalah keluargaku, mereka memiliki tempat masing-masing di hatiku dan aku juga tahu bahwa mereka adalah seorang pejuang. Kami ditakdirkan untuk bersama sebagai keluarga. Dan karena itu, keinginan untuk melindungi mereka tumbuh lebih kuat di dalam diriku. Kekuatan yang aku tahu ada disana tumbuh menjadi lebih intens dan meledak-ledak.

Mataku kemudian berhenti di Druig, yang sedang bicara mendalam dengan Makkari dan menatapnya menggerakkan tangan. Aku memikirkan lagi saat ketika kami bersama di lorong dan Druig mencoba meyakinkanku agar tidak mempertaruhkan nyawaku untuk dia. Yang kupikirkan hanyalah misi kami saat ini, mencoba mengakhiri sesuatu yang akan menghancurkan dunia. Druig juga memikirkan hal yang sama, tapi ada hal lain yang membuatnya cemas. Dia ingin menjagaku, tidak ingin aku berada di garis api. Kami selalu saling menjaga di masa lalu, sedikit rasa khawatir untuk masing-masing dari kami. Tapi saat itu kami selalu berhasil melawan Deviants, misi ini adalah sebuah pertarungan baru.

Tubuhku masih sedikit bergetar karena ciuman tadi. Itu terasa lembut dan tercampur dengan perasaan terpendam yang hampir putus asa. Mungkin itu karena kami terpisah selama 500 tahun, atau itu mungkin karena kami selalu bersama sejak kami bertemu 7000 tahun yang lalu. Tahun-tahun itu tidak ada apa-apanya bagi kami, tapi tahun-tahun itu menjadi penting ketika menyangkut hal ini. Aku merasakan waktu-waktu yang sudah hilang ketika kami saling berpegangan, dalam setiap tekanan bibirnya di bibirku, dan bagaimana kami saling berpelukan pada momen kecil itu. Dia tahu lebih banyak tentang diriku daripada aku sendiri, dan itu semua tidak berasal dari kekuatannya.

Jika saja kami berada di situasi yang berbeda, atau mungkin Emergence adalah takdir kami agar kami harus berkumpul lagi. Jika tidak terjadi Emergence, apakah kami akan bertemu lagi? Apakah kami akan memiliki ciuman itu bersama? Aku harus berpikir bahwa itu mungkin terjadi, perasaan di dalam diriku tentang Druig masih ada sebelum seluruh situasi ini terjadi.

"Tempatmu bersama dia" Aku mengalihkan pandanganku dari Druig ke arah Thena, menyadari kalau Thena mengawasiku yang sedang menatap Druig. Senyum kecil berada di wajahnya, pandangan serba tahunya berada di wajahnya. Mungkin Thena tahu apa yang terjadi di antara Druig dan aku ketika kami berpikir kami sendirian. Aku harus memuji Thena untuk intuisinya. Tapi, perlu waktu lama bagiku dan Druig untuk akhirnya saling mengakui perasaan. Aku tersenyum lagi kepada Thena, dia meremas lenganku sebelum berjalan menjauh.

Aku bergerak di kakiku, melihat ke arah Druig lagi untuk akhirnya melihat dia menatapku. Setelah kami berciuman, pandanganku terhadapnya menjadi ringan. Dia menatap tepat ke arahku, memberiku senyuman yang halus dan lembut yang aku tahu hanya untukku. Thena tahu tentang kami berdua, tapi aku tidak peduli. Yang aku pedulikan hanyalah dia mendukung kami.

Light My Love [Druig]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang