Chapter 12

328 53 0
                                    

Bonus! 😉
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
1103

Kingdom of Jerusalem

Aku tidak pernah berpikir kalau aku akan berkonflik dengan Eternal lain. Tapi itu terjadi, dan itu menyakitkan.

Kami menemukan diri kami terpisah jauh dari perang salib, perang manusia dimana kami tidak akan pernah terlibat. Perang itu melibatkan agama, sebagaimana sebagian besar perang yang kami saksikan. Itu membingungkan, memperdebatkan kepercayaan di saat mereka bisa hidup dalam damai.

Tapi sekali lagi, evolusi membawa kedamaian sekaligus rasa sakit di saat bersamaan. Sebagian dari kami merindukan saat-saat damai dimana tidak ada satupun konflik yang memecah belah manusia. Bagian yang terburuk adalah kami tidak bisa melakukan untuk menghentikannya. Tahun demi tahun berlalu, watak tenang manusia mulai menghilang. Mereka ingin menjadi dominan di antara yang lain, desa mulai berubah menjadi negara, senjata berubah menjadi tombak dan pedang besi yang mematikan.

Mereka menjadi lebih kejam terhadap sesamanya, tapi kami malah bersembunyi dari mereka.

Kami sudah tidak bisa lagi berada di antara manusia. Agama dan politik menjadi prioritas bersamaan dengan semakin terbukanya pikiran mereka. Mereka menjadi takut kepada hal-hal yang asing, bergantung kepada logika dan sains lebih banyak daripada kepada keajaiban dan imajinasi. Itu datang bersamaan dengan evolusi mereka, kami semua tahu itu, dan itu membuat kami menjadi lebih hati-hati berada di antara mereka sambil terus membasmi Deviants. Membasmi musuh kami sangatlah penting dan kami juga masih harus melindungi manusia, walaupun kami bisa terekspos ke dunia luar kapan saja.

Pukulan besar mengenai kami ketika kami menyaksikan perang salib.

Itu adalah salah satu hal yang menyakitkan untuk dilihat, melihat dari sebuah tebing dekat pantai yang bergolak di kejauhan. Anggota kelompok yang lain tersembunyi di dalam Domo, mencari informasi tentang Deviants yang berada di kaki gunung, jauh dari peperangan. Mereka sedang merencanakan serangan, sedangkan aku masih terpaku pada pertempuran manusia beberapa meter di sana.

Tidak menyadari apa yang sudah mereka lakukan kepada perasaanku.

Aku tidak pernah berpikir akan menyaksikan, sesuatu yang tampak sangat sepele. Aku hanya berharap andai saja ada cara untuk menghentikan mereka. Konflik dalam diriku memanusiakanku lebih dari pada yang lain, padahal aku sama sekali bukan manusia. Aku adalah seorang Eternal, tidak berasal dari planet ini dan tidak bisa menyebut planet ini rumah.

Jadi kenapa aku merasa bahwa di sinilah rumahku?

"Soteri" seseorang memanggil namaku, membuat air mataku akhirnya mengalir jatuh dan melihat bahwa itu adalah Ajak dan Druig. Ajak menatapku dengan serius, di dalam seragamnya dan menatapku dengan hati-hati. Tapi Druig, berdiri di belakangnya dan juga memakai seragamnya, terlihat seperti ingin mematahkan sebuah pohon jadi dua dengan tangan kosong. Aku melihat kemarahan di mata birunya, di dalam gesturnya yang kaku, dan bagaimana dia melipat tangan di depannya agar bisa menahan diri untuk tidak melakukan apapun.

Aku tahu ekspresi itu, dan aku tidak menyukainya.

"Ini waktunya untuk mencari para Deviants," Ajak berkata padaku dengan tenang, membuatku mengangguk sekali sebelum aku mendengar sebuah teriakan dari peperangan. Aku menoleh ke belakang, tidak tahan ketika aku melihat orang-orang terjatuh di sana-sini. Itu menyakitkan, rasanya seperti akulah yang terjatuh dan ditusuk di bawah sana. Kalau saja aku bisa melindungi mereka, menjaga mereka tetap aman...

"Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mereka Soteri" Ajak mengingatkanku, hampir menegurku. Aku menggelengkan kepalaku, masih tidak mengerti.

"Ini terlalu berlebihan" aku bergumam, seperti sedang bicara kepada diri sendiri dan merasakan rasa sakitnya, setidaknya itulah yang kurasakan, "kenapa aku tidak bisa-"

Light My Love [Druig]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang