Chapter 13

247 44 0
                                    

Present day

Australia

"Maaf Gilga. Ajak sudah mati"

Kami menyaksikan dengan kesedihan dan penyesalan ketika kami memberitahu kabar itu kepada Gilgamesh. Sangat sulit untuk melihat ekspresinya yang berubah ketika mendengar kabar itu, menyakitkan melihatnya menunduk karena merasa kalah. Tangannya yang sedang memegang nampan besi yang berisi pai terjatuh ke samping tubuhnya, pai-nya jatuh ke tanah tanpa perlawanan.

"Itu benar kawan. Kita kehilangan dia" Sprite berkata dengan nada yang netral, terlihat sama berdukanya. Itu menambah ekspresi sedihnya. Dia berjalan untuk duduk di kursi, tangannya mencengkram nampan besi tadi. Dia menggeram dan membengkokkan besi itu seperti itu hanya tanah liat.

Aku tidak bisa diam lagi, berjalan perlahan untuk berlutut di depan Gilgamesh. Dia menangis dalam diam, membuatku meraih tangannya yang besar. Aku tahu Ajak sering melakukan ini ketika kami sedang jatuh atau ketika kami sedang ketakutan. Dia melakukan ini dulu ketika terjadi perang salib, setelah serangan panikku dan ledakan kekuatanku. Karena sekarang dia sudah tidak bersama kami, aku harus melakukannya pada teman pertamaku.

"Aku juga merindukannya Gilgamesh," aku berkata kepadanya dengan lembut, suaraku terbawa tiupan angin ketika aku merasakan dia mulai menjadi tenang. Aku mengambil nampan besi dari tangannya, membiarkannya jatuh ke tanah ketika aku merasakan dia mengambil napas, "tapi sekarang kita membutuhkan satu sama lain untuk mengakhiri para Deviants ini"

Itu memerlukan beberapa saat untuknya, mengumpulkan kekuatannya kembali dan menatapku. Aku sangat mengenali matanya, mereka terlihat baik dan lembut jika dibandingkan dengan tubuh besarnya dan ototnya. Dia menghela napas dengan keras, akhirnya memberikan pandangan tenang dan aku menyeringai kepadanya.

"Terima Kasih Soteri" katanya padaku, membuatku mengangguk sekali kepadanya sebelum kami berdua berdiri dari tempat kami. Aku baru akan mengatakan sesuatu ketika dia melihat ke kejauhan, tempat yang sama yang juga dilihat oleh Ikaris dan Sersi. Di sebuah bukit kecil, dalam jarak yang aman dari rumah, ada sebuah pohon yang gundul dengan seseorang yang duduk di bawahnya membelakangi kami. Butuh waktu beberapa saat bagiku untuk tahu siapa itu, aku melihat rambut pirang yang tertiup angin, baju putihnya juga tertiup angin. Pemandangan itu membuat hatiku mencelos.

Thena.

"Oh, Thena" kataku dalam erangan, tidak ingin memberitahunya kabar yang kami bawa. Tapi Sersi, Ikaris, dan Gilgamesh sudah berjalan menuju jalan setapak yang mengarah kepadanya. Kami yang lain mengikuti mereka, tetap menjaga jarak karena kami tidak tahu bagaimana dia akan bereaksi. Dia adalah pejuang yang tangguh, seseorang yang tahu bagaimana cara bertarung dengan mata tertutup. Dia diciptakan untuk bertarung dan akan selalu menang.

Tidak heran jika orang-orang Yunani memanggilnya Athena, dewi perang.

Mereka bertiga melangkah lebih dekat, hampir berada tepat di belakangnya. Kami melihatnya duduk bersila di bawah pohon, di ranting-rantingnya yang gundul tergantung ornamen-ornamen yang terbuat dari kayu dan tulang. Ada beberapa mural yang terlihat di sekeliling pohon, hampir semuanya terbuat dari ranting dan tulang. Dia menggumamkan sesuatu, menggambar dengan jarinya ketika Gilgamesh menghentikan Sersi sebelum dia mencapai Thena.

"Sersi, serangan tadi memicunya" dia menjelaskan kepada Sersi, "dia tidak menyenangkan untuk ditemui sekarang"

Gilgamesh kemudian berjalan sendirian ke arah Thena, yang masih membelakangi kami ketika dia masih berjalan dengan tenang dan hati-hati.

"Hei Thena. Lihat siapa yang datang" dia berkata dengan tenang, berhenti ketika dia mengawasi Thena dengan lembut, "Berikan tanganmu"

Tiba-tiba, Thena berputar, tidak lagi dalam posisi duduk. Dia melempar tombak kosmik dari tangannya dan membidik Gilgamesh, yang menahan serangannya dengan energi kosmiknya sendiri yang berasal dari tinjunya. Dia masih tetap tenang, ketika kami semua tersadar dari serangan tiba-tiba itu.

Aku melihat matanya, sikap kakunya terhadap Gilgamesh, dan bagaimana dia bukan dirinya sendiri. Matanya menunjukkanya, mereka seputih susu dan bukan lagi hijau yang biasanya. Aku kemudian ingat, di malam ketika kami berpisah.

Thena memiliki Mahd Wy-ry.

"Semua orang di Centuri 6 akan mati!" Thena berkata dengan suara keras. Suaranya, walaupun itu suara miliknya, suara itu terdengar gila.

"Berikan tanganmu" Gilgamesh mencoba lagi"

"Sudah terlambat" Thena menjawab dengan dingin, "kita tidak bisa menyelamatkan mereka"

Kami sudah pernah mendengar ini berabad-abad yang lalu ketika dia pertama kali menunjukkan gejalanya. Saat itu kami tidak mengerti, tapi kami tahu itu sama sekali bukan dirinya. Sekarang aku melihatnya lagi, itu masih sama mengganggunya dengan sebelumnya. Dia mengeluarkan senjata lain, hendak menyerang Gilgamesh lagi.

"Thena" Gilgamesh hampir menyerah, tapi aku melihat di sekitar kami mulai bertransformasi dan berubah. Satu menit yang lalu kami masih berada di padang pasir, sekarang kami sudah berada di dalam Domo di ruang pertemuan kami. Aku mencari dan menemukan Sprite, membuat ilusi di sekitar kami untuk menjebak Thena dan menenangkannya. Aku menatap ilusi itu, hampir percaya kalau kami sudah kembali ke Domo. Itu membuatku merindukan pesawat, kehangatan dindingnya, dan kenyamanannya yang terasa seperti rumah.

Aku pernah berada di sana.

"Thena, kita datang ke bumi bersama dengan pesawat ini" Sprite menjelaskan, melihat ilusi ini membuat Thena tenang dan menurunkan senjatanya. Sprite melanjutkan, membuat ilusi lain, memperlihatkan Thena dalam cahaya emas ketika dia bertarung dengan Deviants. Senjata Thena menghilang ketika dia melihat ilusi yang di putar di hadapannya. Aku juga melihat dengan kekaguman.

"Kamu adalah seorang Eternal, pejuang terhebat di Olympia. Pelindung legendaris Athena, dewi perang" Sprite mengingatkannya, kemudian memberikan satu tatapan tegas,

"Ingatlah siapa dirimu"

Gilgamesh kemudian meraihnya, jari-jarinya menyentuh jari Thena. Ketika telapak tangan mereka bersentuhan, dia berbisik kepadanya, "Ingatlah" kata itu membuatnya berhenti kesurupan. Dia mengedip beberapa kali, kemudian matanya yang seputih susu kembali normal dan dia sudah terlihat seperti dirinya yang biasa. Ilusi Sprite yang menggambarkan Domo melelah hilang, membawa kami kembali ke padang pasir.

Thena memberikan Gilgamesh senyumannya, senyum yang membuatku berpikir bahwa kami tidak boleh melihatnya. Mereka dekat, mereka berdua. Gilgamesh selalu menjaga Thena, terutama di awal ketika kami tahu Thena memiliki Mahd Wy-ry. Dia bersedia untuk tinggal dengan Thena dan membantunya, cinta seperti itu yang menjaga mereka tetap bersama.

Thena kemudian melihat kami semua, Ikaris mengangguk ke arahnya dan Kingo memberikan "Halo!" yang canggung.

"Halo" Thena membalas sambil memiringkan kepalanya.

Light My Love [Druig]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang