Chapter 10

275 47 0
                                    

Present day

"Kamu punya alkohol di pesawat ini?"

"Apa saja yang kamu butuhkan temanku!"

"Bagaimana dengan rum dan coke?"

"Segera, bu!"

Aku duduk di bar pesawat jet Kingo, menatap pelayan Kingo, seorang manusia bernama Karun, mulai membuat minumanku di hadapan kami. Itu terasa seperti mimpi, berada di sekitar 40.000 kaki di udara di dalam pesawat jet untuk menuju ke Australia untuk mencari Thena dan Gilgamesh. Langitnya terlihat bersih dan biru. Aku memutar kursiku untuk melihat dua Eternal Lain yang baru saja kutemui lagi.

Kingo dan Sprite.

Sprite masih terlihat sama dengan tubuhnya yang muda. Rambut merahnya yang pendek ditata ke samping, memakai sweater nyaman berwarna toska dan sudah terlihat kesal. Aku senang melihatnya dan memeluknya lagi, mengingat situasi yang kami alami sebelumnya. Dia tinggal bersama Sersi di London selama beberapa waktu, memberitahuku kalau Ajak ingin dia mengecek Sersi dan dia tinggal bersamanya sejak itu.

Dan Kingo, dia masih sama sekaligus berbeda. Dia adalah bintang besar di Bollywood, bergerak kesana kemari selama 150 tahun. Dia suka berada di pusat perhatian dan menggunakan pesonanya untuk mendapatkan kepopuleran. Itu cocok dengannya, aku masih mengenalinya sebagai Kingo yang sama yang kukenal di masa lalu. Itu menjadi masuk akal dengan bagaimana dia mendapatkan pesawat ini, sebagian dari kami akhirnya berkumpul setelah sekian lama. Karun tahu bahwa kami adalah Eternals, dia sekarang mengikuti kami dan merekam sesuatu seperti film dokumenter. Aku melihatnya sebagai orang yang lembut, mendengarkan setiap pekerjaan Kingo dan masih sempat mengagumi kami.

Karun menyerahkan koktailku, membuatku memberikan senyum kecil dan anggukan.

"Terima kasih" kataku padanya, melihatnya sedikit terkejut dengan kata-kata yang kuberikan.

"Sama-sama, bu" dia membalas, dan aku mendengar Kingo tertawa di belakangku dan menatap ke arah Karun. Dia mengenakan jaket bomber berwarna ungu terang, rambutnya tertata rapi dan senyum di bibirnya. Dia terlihat berbeda tapi tetap Kingo yang sama bagiku.

"Karun temanku, dihadapanmu ini adalah Soteri yang agung!" dia berkata dengan ribut, membuatku melihat Sprite yang menyeringai dan hampir memutar matanya melihat akting Kingo, "dewi keselamatan dan perlindungan! Dia adalah perwujudan dari kecepatan dan keanggunan!" aku mengangkat alisku kepadanya, melihatnya menatapku dengan ramah.

"Benarkah? Yang terakhir itu aku baru mendengarnya" aku berkomentar. Dia tertawa dan mengangkat bahu.

"Aku memang mengarang yang bagian akhir, tapi itu memang benar!" dia beralasan ketika aku menyeringai dan meminum koktailku, "tapi dewi keselamatan dan perlindungan kamu dapatkan di Yunani"

"Menambahkan A ke namanya membuat itu terdengar apa sebutannya?" Sprite bertanya dari kursinya, melihatku dengan penasaran. Aku memikirkannya sejenak.

"Sombong?" aku bertanya, mendapat pandangan tidak setuju dari Sprite.

"Aku akan mengatakan kuat, tapi baiklah" dia membalas, membuatku tertawa ketika aku minum lagi dan Kingo menyentuh bahuku.

"Soteria terdengar sangat bagus" dia bergumam sambil duduk di kursi di sampingku, "mereka membuat namamu terdengar luar biasa"

"Dan kamu adalah superstar di Bollywood. Bagaimana aku bisa mengalahkannya?" aku bertanya sambil main-main. Aku melihat beberapa poster yang digantung di dinding, melihat wajah Kingo yang terlihat mengagumkan dan kuat.

"Itu hidup yang menyenangkan" Kingo berkata sambil mengangkat bahu, berusaha terdengar cuek kemudian mengambil ponsel dari saku jaketnya. Dia mengetuknya beberapa kali dan menunjukkan layarnya kepadaku dan berbicara lagi, "aku melihatnya di feeds ku beberapa minggu yang lalu! Mereka menemukannya di sebuah situs penggalian di India. Ingat ini?"

Aku melihat layar itu, butuh beberapa saat sebelum aku tahu apa itu. Aku tersenyum kecil sebelum mengambil ponsel itu dengan pelan dan melihatnya lebih dekat. Itu adalah koin yang pernah diberikan kepadaku, berabad-abad yang lalu. Itu terlihat buram sekarang, waktu membuatnya menjadi penyok dan terbakar. Tapi aku mengenalnya dengan baik.

Koinku.

"Mereka menanggalkan penemuannya pada tahun 483" Kingo menjelaskan, "tampaknya itu adalah koin terakhir yang tersisa. Mereka sudah mencoba mencari yang lain, tapi itu adalah satu-satunya"

"Aku belum melihat koin ini lagi selama beratus-ratus tahun" aku bergumam, menyentuh layarnya dan separuh berharap aku bisa menyentuhnya secara langsung, tersenyum kecil karena bisa melihatnya lagi.

"Apa yang terjadi dengan yang mereka berikan kepadamu?" Sprite bertanya, berjalan mendekat untuk melihat juga. Aku mengangkat bahu.

"Aku tidak tahu" balasku,melihat mereka berdua terlihat bingung, "aku menyimpannya, tapi sepertinya aku kehilangannya sebelum kita berpisah"

Mereka tidak mengatakan apapun, memikirkan hal yang sama. Itu memberikan hawa getir ketika aku mengembalikan ponsel Kingo ke pemiliknya. Dia memberiku senyuman kecil, menunjukkan bahwa dia mengerti dan mengganti topik pembicaraan.

"Kapan terakhir kali kamu bertemu Ajak?" dia bertanya, terdengar lebih lembut daripada sebelumnya. Aku berpikir kembali sebelum menjawab.

"1985" jawabku, sudah terasa sangat lama. "Aku berkunjung ke peternakannya, saat itu aku tinggal di New York dan menjadi perawat"

"Dan sekarang bagaimana dengan guru taman kanak-kanak!" Sprite berkata ke Kingo kemudian tersenyum lebar ke arahku.

"Taman kanak-kanak? Benarkah?" dia bertanya, membuatku menyeringai dan mengangguk, "kamu selalu punya tempat untuk anak-anak"

"Aku suka anak-anak" aku bergumam, merasa lebih ringan dengan topik pembicaraan ini, setiap pekerjaan yang kudapatkan selalu melibatkan anak-anak. "Mereka sangat polos dibandingkan dengan manusia lain. Aku adalah perawat anak selama beberapa waktu, aku bekerja di dinas sosial untuk waktu yang lama, dan sekarang aku mengajar"

"Seorang samaria yang baik" Sprite berkomentar, kemudian dia berhenti sebelum berbicara lagi, "aneh bukan?"

"Kenapa?" tanya Kingo, tidak mengerti.

"Karena kita berkumpul lagi. Iya kan?" dia bertanya, membuat kami semua tidak mengatakan apapun. Aku tahu dia benar, Ikaris dan Sersi juga berpikiran seperti itu. Mereka tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi dengan Ajak, mereka berdua melihat tubuhnya. Ini sulit untuk menerimanya, ini semua terjadi dan memaksa kami berkumpul kembali hanya untuk bertarung lagi. Aku tidak tahu pertempuran macam apa yang akan terjadi, mungkin itu akan baik-baik saja karena kami akan bersama-sama, seperti sebelumnya.

Namun sekarang tanpa Ajak bersama kami.

Light My Love [Druig]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang