translator notes: chapter ini memiliki sedikit adegan dewasa yang tidak cocok untuk pembaca yang merasa tidak nyaman dan yang masih di bawah umur. setelah menemukan tanda, harap segera pindah ke chapter berikutnya.
.
.
.
.
.
.
Aku menatap ke cermin, aku sudah melakukan itu berulang kali. Aku merasa seperti ingin muntah, bertanya-tanya apakah aku sudah membuat pilihan yang benar dengan apa yang kukenakan untuk makan malam yang Druig rencanakan. Dia memberitahuku kalau dia yang akan membuat makan malam, membuatku sedikit panik ketika memikirkan apa yang akan kukenakan. Setelah kami bicara di ruang belajar, aku bergegas kembali ke kamar dan mulai mondar-mandir dengan cepat. Makkari, merasakan getarannya dari kamarnya, bergegas ke kamarku dan menghentikanku. Aku melihatnya menatapku dengan penuh kasih.Ayo kenakan gaunmu, katanya padaku.
Jadi di sanalah aku mengenakan gaun surplice maxi sepanjang betis yang berwarna oranye cerah dan jatuh di sepanjang tubuhku. Rambutku terurai jatuh dengan gelombangnya yang biasa, setengahnya dijepit dan poniku membingkai wajahku, aku juga memakai riasan tipis yang sempat kubawa dari Portland. Aku sudah pernah berbagi makanan dengan Druig sebelumnya, sering kali makan bersama dan berbagi roti sebagai teman. Tapi ketika itu kami sedang bersama yang lainnya atau sedang berada dalam suasana yang biasa. Kali ini berbeda, Druig hanya ingin makan berdua denganku.
"Jadilah berani" aku berkata pada diriku sendiri, menguatkan diriku untuk menunjukkan diri pada Druig. Aku tahu dia tidak akan peduli walaupun aku mengenakan karung goni sekalipun, dia masih akan tetap mencintaiku. Tapi aku tidak pernah merasa se ragu ini soal penampilanku. Kenapa aku memikirkan kalau dia akan melihatku dengan berbeda setelah ini?
Aku berjalan ke luar kamarku, melangkah menuju dapur dan ruang tengah. Pintu-pintu lain tertutup, membuatku merasa sedikit kesepian ketika aku berjalan di lorong yang akan menuju Druig. Ketika aku semakin dekat, aku bisa mendengar alunan lembut musik yang dimainkan di ruang tengah. Setiap langkahku menuju dapur, aku menjadi semakin gugup. Kenapa aku harus gugup? Itu hanya Druig, Druig yang sama yang kukenal selama ratusan tahun. Kami mengenal satu sama lain dengan sangat baik, tidak ada apapun yang ingin kami sembunyikan satu sama lain.
Jadi kenapa ini berbeda?
Aku akhirnya sampai di ruangan terbuka, berhenti melangkah karena apa yang kulihat. Aku kehilangan napasku, mataku melihat semuanya dengan kekaguman. Ada banyak sekali lilin yang menyala di counter, memberikan kilauan di dapur yang sudah redup. Mataku kemudian bergerak ke ruang tengah, melihat sekumpulan lilin lain di atas meja ruang tengah dalam ukuran dan bentuk yang berbeda. Aku bisa mendengar Greta Van Fleet di pemutar musik, membuat hatiku menghangat karena mendengar lagu yang familiar.
Ketika aku melihat ke arah ruang makan, pandanganku jadi menghangat.
Druig sedang meletakkan garpu di sisi piring yang sudah terisi. Dia terlihat sedikit gugup, sibuk dengan tatanan meja dengan gelas wine yang sudah terisi separuh dan tiga lilin besar yang sudah menyala. Aku berdiri diam untuk sesaat, tidak ingin membuat suara yang bisa memecahkan suasana ini. Druig menatap meja sekali lagi, hampir terlihat gugup ketika dia akhirnya melihatku berdiri sendirian di dekat counter. Dia menegakkan tubuh, menatap langsung ke arahku dan membuatku melihat pakaiannya.
Druin mengenakan celana jeans yang pas, bukan celana longgar yang dia bawa dari Amazon. Dia mengenakan kaos merah tua v-neck dan jaket kulitnya. Dia bahkan menata dan memotong rambut hitamnya, mencukur bagian bawahnya dan menata poninya ke samping dan dengan gel rambut. Aku kehilangan kata-kata melihatnya.
Dia terlihat sangat menawan.
"Wow, Druig" aku berkata padanya, akhirnya melepaskan pandanganku darinya dan menunjuk ke ruangan, "kamu...kamu melakukan ini semua?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Light My Love [Druig]
FanfikceDisclaimer: Fanfic ini bukan milik saya, saya hanya menerjemahkannya. tolong dukung penulis aslinya, @/redheadclover di Fanfiction.net Soteri selalu meragukan dirinya sendiri, bahkan sejak awal kelahirannya sebagai seorang Eternal di Domo. Walaupu...