Di sebuah pagi yang cerah. Burung² berkicau, Langit berwarna biru cerah, dan banyaknya awan² yang lewat.
Axel, pria itu membuka mata nya. Ia menoleh, dan melihat Exa tengah tertidur pulas di sebelah nya.
Gadis itu sudah tak menggunakan Nebulizer. Karena udah habis, jadi tadi malam Axel lepas.
Pemuda itu menatap Exa sendu, mengingat kejadian kemarin membuat hati nya sakit. Sangat sakit, ia takut akan di tinggal lagi.
"Ugh.." Ucap Exa mulai terbangun.
"Good Morning kak." Ucap Exa dengan suara seraknya.
"Good Morning dek." Jawab Axel lembut.
"Kakak udah mandi? Kalo belum, sana mandi." Ucap Exa.
"Belum. Kamu duluan sana, kakak mau masak dulu di bawah." Ucap Axel.
"Mm.. iya kak, tapi Exa ngumpulin nyawa dulu ya. Masih ngantuk, hehe.." Ucap Exa.Axel terkekeh mendengar ucapan adiknya ini. Ada² saja. Tapi ia tetap menjawab "iya" lalu pergi ke bawah.
Exa tersenyum. Merasa nyawa sudah terkumpul sepenuhnya, Exa berdiri dan memasuki kamar mandi.
💜💜💜
Setelah sarapan selesai. Sesuai perkataan nya kemarin, ia akan me-- tidak². Pria itu merubah pikiran nya. Ia akan membawa Exa ke rumah sakit, lebih jelas info nya.
"Exa, ganti baju sana. Kita ke rumah sakit." Ucap Axel.
"Eh? Kok tiba² kak? Kata nya kita manggil dokter." Ucap Exa bingung.
"Ke rumah sakit aja. Lebih lengkap." Ucap Axel.
"Owh.. kakak aja dulu yang ganti. Exa lanjut makan." Ucap Exa.
"Jangan lupa minum vitamin yang kakak taruh di atas tisu itu." Ucap Axel lalu naik ke atas.Beberapa menit kemudian, Axel turun dan mendapati adiknya sedang meminum Vitamin yang ia berikan tadi.
Axel tersenyum tipis. Walau begitu, masih tersirat kekhawatiran di mata nya. Bagaimana jika ada perkiraan nya benar? Bagaimana jika hal itu benar² terjadi?
"Jangan berpikiran negatif." Batinnya.
Axel melangkah kan kaki nya, memeluk Exa secara dari belakang. Membuat sang empu terkejut.
"Ih.. kakak. Adek kaget." Ucap Exa cemberut.
"Udah di minum Vitamin nya?" Tanya Axel lembut.
"Udah kak. Exa mau siap² ya." Ucap Exa.
"Iya. Kakak tunggu, jangan lama²." Ucap Axel lembut.Exa mengangguk. Gadis itu berlari ke atas, membuat Axel gemas sendiri. Bagaimana tidak, cara berlari Exa sangat menggemaskan.
Beberapa menit kemudian, Exa turun dengan pakaian nya. Ia mendekati kakaknya, memeluknya tiba² berharap kakaknya kaget. Tapi kenyataan dan sesuai ekspektasi, Axel hanya bersikap biasa.
"Ih kakak kok gak kaget." Ucap Exa kesal.
" Emang Exa pingin kakak kaget?" Tanya Axel terkekeh.
"Ih curang ih.. padahal kan tadi kakak juga ngagetin Exa dari belakang." Ucap Exa cemberut.
"Udah². Ayo kita pergi." Ucap Axel.💜💜💜
Axel saat ini sedang menunggu di luar ruangan. Ia menatap ruang pemeriksaan, yang pastinya Exa berada di dalam sana.
"Huft.. kenapa sangat lama sih?" Batin Axel khawatir.
Ceklek
Pintu terbuka. Axel menghampiri Exa, dan menatap sang dokter untuk meminta penjelasan.
"Bisakah kita bicara sebentar di dalam, tuan Axel." Ucap dokter itu.
"Loh.. kakak sama dokter mau ninggalin Exa?" Tanya Exa dengan mata berkaca-kaca.
"Nggak kok. Kakak sama dokter cuma sebentar. Kamu tunggu sini ya, sama paman itu loh ya." Ucap Axel lembut.Mau tak mau, Exa harus di tinggal bersama bawahan nya. Exa menatap mereka bingung, kenapa mereka tidak bicara di sini saja?
Sementara di sisi Axel.
"Katakan." Ucap Axel dingin.
"Ja jadi begini tuan. Dari pemeriksaan saya, sudah jelas bahwa nona Exa mengalami.... Leukemia. Dan kanker ini juga sudah stadium 2. Jadi masih ada peluang untuk kesembuhan nona Exa." Ucap dokter itu.
Deg
Hati Axel bergetar, walau ia sedikit lega karena Exa bisa sembuh, tapi dia tetap saja takut. Bagaimana jika adiknya itu tidak tahan akan sakit kanker ini?
"Apa penyakit ini, bisa di sembuhkan?" Tanya Axel menahan tangis.
"Tentu bisa tuan. Dengan melakukan Kemoterapi dan transfusi darah. Hal ini harus di lakukan setiap 1 minggu sekali tuan. Dan juga, nona harus rutin meminum obat yang saya berikan." Jelas Dokter itu.
"Huh.. ba--" Ucapan Axel terpotong.
"Ja jadi.. aku kena Leukemia?" Ucap orang itu.Axel dan dokter itu terbelalak. Mereka tak tau, ternyata Exa sedari tadi menguping. Tentu saja Exa akan syok, bisa saja kondisi nya drop.
"Hiks.. kak hiks.. Exa kena Leukemia hiks.." Isak Exa.
"Sshh.. udah jangan nangis oke. Kakak ada di sini, ada paman Marco, kak Ali sama Bibi juga kan. Jangan nangis." Ucap Axel menenangkan Exa.
"Tapi.." Lirih Exa.
"Jangan khawatir nona. Anda pasti akan sembuh." Ucap sang dokter menyemangati.
"Udah ya. Adek pasti sembuh, jangan khawatir." Ucap Axel lembut.Exa mulai tenang. Ia menghela nafas panjang, lalu menunduk. Membuat Axel dan sang dokter bingung.
Sedetik kemudian, Exa mendongak memperlihatkan sebuah senyuman yang sangaaaattttt manis, dan tentu saja cute.
"Hehe.. maap kalo Exa cengeng tadi." Ucapnya tersenyum lebar.
"Exa.." Panggil Axel.
"Exa pasti sembuh kan ya. Jadi jangan khawatir, karna Exa pasti nanti sembuh. Sesuai perkataan kakak sama om dokter." Ucap Exa lugu.Walau dia tersenyum lebar begitu, tapi sebenarnya dia sedang menangis di dalam diri nya sendiri.
Lagi dan lagi, Axel harus melihat topeng adiknya. Ia tau kalau Exa ini merasa sangat sedih, ia bisa merasakan nya.
"Exa.. kakak tau kamu menyembunyikan luka mu." Batin Axel sedih.
"Maaf kak. Tapi firasat Exa mengatakan, kalo Exa bakal.." Batin Exa sedih.
"Kasihan nona sama tuan. Pasti tuan sangat terpukul, dan nona sangat syok dan sedih." Batin sang dokter.-bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
AXEL and EXA (END)
FantasyCerita ketiga gw.. yang gak suka, gak usah di baca!! . . . Twins yang sangat suka membunuh orang. Di siang hari, mereka akan menjadi seperti seorang anak remaja pada umumnya. Tapi di malam hari, mereka akan menjadi iblis kejam tak pandang bulu. Kedu...