Exa.
Axel tidak henti² nya mengkhawatirkan gadis itu. Sampai sekarang, gadis itu belum ketemu. Jiwa nya seakan akan hilang setengah.
Tiba² saja, hp nya berdering. Tidak, itu bukan telp. Tapi ada pesan yang masuk. Bisa di lihat, disana ada nama Sister💜
Sister💜
[P]
[Dek.. kamu kemana?.]
[Sy bkn adk anda]
[Sp?!]
[Dtng ke rmh skt xxx rm 177]
[Tnggu aq, nnti jlskn dsn]
[Y]
Dunia nyata
"Xel.. kamu mau kemana?"
"Maaf bi, aku ke suatu tempat dulu."
Axel mengendarai motor nya, menuju ke rumah sakit yang di berikan oleh lelaki misterius tadi.
Meninggalkan Vanya yang masih bingung dengan tingkah anak angkatnya itu. Ingin ia ikuti, tapi Axel kan pasti nya punya privasi sendiri.
Di sisi lain, seorang lelaki tengah duduk sambil menunggu kakak dari gadis yang ia tolong tadi.
Lelaki itu menatap Exa dengan tatapan yang tidak dapat di artikan. Ada 1 tatapan yahg terpampang jelas di mata nya. Terpesona? Mybe
Brak
Lelaki itu menoleh, melihat seorang lelaki yang seperti nya orang yang sedang ia tunggu.
"Exa!!" Ya. Dia adalah Axel.
"Dia baik² sj."
Axel menoleh, menatap pria itu dengan tatapan menyelidik. Di dalam mata pria itu tidak ada maksud jahat, jadi dia bisa sedikit tenang? Hanya sementara kok.
"Jelaskan." Axel menatap dingin pria itu.
Mengalir lah cerita menurut pria itu. Dia hanya sekedar jalan², tidak sengaja bertemu Exa yang sedang di keroyok, dia membantu, selesai, tiba² aja Exa jatuh dan ia membawa nya ke rumah sakit. Walau dia nya cerita sedikit terpaksa sih.
Yaah.. pria itu agak kaget, mengetahui kalo Exa punya penyakit kanker.
"Nama?"
"Ace Lou Curtis."
Curtis? Nama orang asing. Siapa yang tidak mengenal keluarga Curtis? Keluarga paling berkuasa di italia (ngarang). Bisa di bilang, dia adalah keluarga terkaya di italia- ah tidak, keluarga Curtis adalah keluarga terkaya di dunia.
Kekejaman mereka yang hampir sama dengan Marco. Kekayaan mereka yang sangat luar biasa. Dan tampang mereka yang tegas, tampan, mapan, dan sangaatt sempurna.
Keluarga Curtis ada sebagian yang ramah, ada juga sebagian yang dingin, datar, cool, kejam. Eits.. jangan salah sangka. Di balik sifat ramah itu, ada kekejaman, ketegasan, dan yaah.. tidak ada rasa nurani di hati keluarga itu.
Ace.. pria ini adalah anak pertama Keluarga Curtis. Dia termasuk ke sifat dingin, kejam, dan cool. Dia juga yang paling cuek, dan bodo amatan di antara keluarga nya. But why would he want to help Exa?
Oke back to topic
Ace hanya diam sambil menatap datar lelaki di depannya ini. Di pikiran nya saat ini adalah. Dia mengira, Axel akan seperti yang lainnya. Berubah menjadi ramah, bertujuan untuk mengambil harta keluarga Curtis.
Tapi ternyata pikiran nya itu salah. Axel hanya diam sambil menelisik diri nya. Dari ujung kaki sampai ujung rambut, dia meneliti Ace sangaaatttt teliti.
"Curtis kah."
Ace hanya menatap datar. Apakah pikiran nya benar? Bahwa Axel akan berubah drastis, dari yang tadinya semena mena, menjadi ramah dan sopan?
"Udah lama aku tidak melihat keluarga itu."
"Wht? Apa kau akan berubah menjadi penjilat untuk mendapatkan uang kami?"
Axel hanya menatap Ace datar. Untuk apa dia menjadi penjilat menjijikan seperti mereka? Dia dan adiknya juga seorang CEO kali, harga diri mereka sangat mahal.
"Untk apa, aku harus menjadi penjilat menjijikan seperti mereka?"
"Ingat ini, Mr Ace. Walau kau penguasa atau raja sekali pun, aku dan adikku, tidak akan menundukkan kepala kami untuk kalian. Yang lebih tepatnya, kami tidak akan membiarkan harga diri kami di injak oleh kalian."
"Terima kasih karena mau menjaga adik saya tuan. Jadi, silahkan pergi dari sini."
Ace menyeringai. Hati nya mengatakan, kalo dia tidak ingin pergi dari ruangan itu. Kenawhy? Be-cau-se disana ada Exa yang masih tidur dengan tenang.
Perlu dia akui, bahwa Axel dan adiknya ini sangat berbeda dengan manusia² yang lainnya. Ya.. karna mereka peran utama:v
Mereka berdua, bukan seperti para penjilat di luar sana. Yang hanya menginginkan harta, kedudukan, dan kekuasaan. Menindas para rakyat yang kurang mampu, dan rela menjual diri nya demi kepuasan diri nya sendiri.
"Ugh."
Axel dan Ace menoleh. Melihat Exa sudah mulai sadar dari tidurnya. Axel menghampiri Exa, dan menekan tombol merah di sebelah ranjangnya.
"Dek.."
"A..ir."
Axel dengan cekatan, langsung memberikann minum kepada Exa. Dia sudah tidur yaah.. 7 jam, mybe.
Dokter datang, dan segera memeriksa kondisi Exa.
"Kondisi nona sudah baik² saja."
"Penyakit nya.."
"Ah.. tentang hal itu, bisakah kita bicara empat mata tuan."
Tinggal lah Ace dengan Exa sendirian di ruangan itu. Suasana nampak sangat canggung, bagi Exa sih. Kalo Ace b aja.
"Permisi, anda siapa?" Ace menoleh.
"Ace."
"Ah iya, nama ku Exa." Exa tersenyum manis.
"Apa kau yang mengantar Ku kesini?" Ujar Exa lagi.
"Hmm.."
"Terima kasih, tuan..
..Ace Lou Curtis."
Ace membelalakkan mata. Ia menatap gadis itu waspada. Bagaimana bisa Exa mengetahui kalo Ace adalah anggota keluarga Curtis? Apa karna tadi? Tapi kan gak mungkin, karena dia tadi masih pingsan.
Sementara Exa hanya diam dengan tetap memasang senyuman manis di wajahnya. Alasan mengapa dia mengetahui hal itu adalah, dulu dia tidak sengaja membobol data tentang nya.
Yaah.. tentu saja langsung hilang, karena keluarga Curtis itu hebat dalam menyembunyikan data mereka. Tapi! Exa sempat melihat wajah dan nama nya. Ace Lou Curtis. Hanya itu.
"Bagaimana.."
"Saya dulu tidak sengaja membobol data milik anda. Walau sebentar, tapi saya sempat melihat wajah dan nama anda."
"Oh, jadi kau yang membobolnya." Ace menatap Exa datar.
"Maaf kan saya jika lancang, tuan." Exa menatap Ace dengan tatapan lugu.
"Panggil aku Ace."
Exa sempat bengong, tapi sesaat kemudian dia tersadar. Gadis itu tersenyum sangat tulus, dan terlihat sangat manis.
Deg~ deg~ deg~
Entah mengapa, jantung Ace berdetak sangat kencang ketika melihat wajah Exa. Apa lagi senyuman nya, membuat wajah Exa yang tadinya cantik, bertambah cantik. Oke itu lebay, alay, okee
Cantik
-bersambung-
KAMU SEDANG MEMBACA
AXEL and EXA (END)
FantasyCerita ketiga gw.. yang gak suka, gak usah di baca!! . . . Twins yang sangat suka membunuh orang. Di siang hari, mereka akan menjadi seperti seorang anak remaja pada umumnya. Tapi di malam hari, mereka akan menjadi iblis kejam tak pandang bulu. Kedu...