HOME ICEN.

230 16 0
                                    

Fajar Alfian.

Hari ini aku bersama dengan Pram dan Leo serta membawa si Apri main ke rumah Icen yang ada di Cilandak. Aku datang bersama ketiga manusia ini. Sebenarnya ini cuma mengisi waktu luang saja karena aku baru saja pulang dari Bandung dan di asrama cuma plonga-plongo dan alhasil mamanya Icen katanya ada acara syukuran cucunya sudah menginjak umur 7 tahun dan kami di undang.

Mobilku berhenti di depan rumah Icen kemudian kami semua turun dan terlihat sepi, ohh mungkin acaranya sore jadi masih siap-siap. Kami berjalan menuju pintu dan langsung di sambut oleh wanita paruh baya yang bisa di tebak itu adalah Mama nya Icen  yang ditangan kirinya membawa sutil penggorengan.

"Permisi" 

" ehh sudah datang tamunya masuk-masuk" Jawab mamanya Icen yang tengah berjalan menghampiri kami.

"Duduk dulu ya Icen nya lagi di belakang, atau mau ke belakang aja nih?" tanya nya sumpah emaknya friendly ya.

"Ke belakang aja tante gapapa" sahut Apri.

Kami berjalan melalui ruangan tengah dan terlihat berjejer foto keluarga serta koleksi mainan dan juga barang-barang yang terpajang di lemari khusus. Terlihat di foto keluarga yang di pampang jelas kalau Ayahnya itu adalah Pilot dan Mamanya adalah guru yang sama-sama mengenakan seragamnya masing-masing. Sedangkan Kakaknya adalah Pramugari yang nampaknya sudah pensiun karena menikah dan suaminya adalah seorang Dokter dan Icen yang masih mengenakan seragam SMA nya di foto tersebut.

"Maaf ya rumahnya berantakan soalnya arka-arki disini jadi mainannya berantakan" Ujar Mama Icen yang berjalan sambil membereskan mainan yang berantakan.

"Gapapa tan, namanya juga anak kecil hehehe" sahut Leo yang sedari tadi cengengesan melihat beberapa koleksi foto zaman dahulu di pajang.

"Keponakan pram juga kaya gitu kok tan" 

Kami akhirnya memasuki dapur dan terlihat Icen tengah mengiris bahan-bahan masakan di meja makan.

"Cen temen-temen kamu udah dateng nih" 

Icen menatapku dengan mata yang berair membuat kami berempat tertawa.

"Gausah terharu juga kali cen kita disini" ujar Leo yang membuat Icen mengusap air matanya.

"Terharu apaan? ini gue motong bawang jadi perih dimata" balasnya membuat kami tertawa.

"Mau masak apa tan?" tanya Apri yang ikut menyusul duduk di sebelah Icen.

"Ini mau nyiapin bahan-bahan buat ayam bakar" sahutnya.

"Wahh ayam bakar? enak nih" sahut Pram.

"Hahaha ya sudah mau bantu? mau buat di halaman belakang supaya muat banyak." 

"Ayoo !!!" kata Leo.

Sampai di halaman belakang ternyata ada lapangan juga, pantas saja si Icen bisa main sesuka hatinya. Sudah siap tungku , Tante Weni sudah siap dengan alat tempurnya sutil penggorengan dan juga kain lap yang di letakkan di pundaknya. Sudah seperti ibu-ibu dikampung saat akan ada pesta saja, sudah bisa dikatakan dewa ayam bakar ini hahaha.

"Bisa bantuin hidupkan api nya?" 

"Bisa tan , bisa" sahutku kemudian mengambil korek dan juga kertas yang di berikan padaku.

Dengan sangat excited aku menghidupkan korek dan juga membakarkan pada kertas tersebut namun gagal. Hidup sih hidup hanya saja ia tak lama kemudian padam , hingga beberapa kali juga sama seperti itu.

"Coba sini gue" kata Pram mengambil  alih kertas itu, namun sama saja gagal.

"Bisa ga?" tanya Tante Weni yang masih setia menunggu sambil mengambil tempurung kelapa  yang entah ia dapat dimana? 

FAJAR VS ICENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang