PART 8. Dasar Ibu-Ibu Narsis!

3.6K 470 5
                                    

Udah Senin aja nih.
Yukk semangat kalian yang udah mulai KBM,
Atau yang masih PAS!
Jangan lupa belajar dan selalu jaga kesehatan.

-Happy Reading-

He said, one day you’ll leave this world behind.
Dia bilang, kelak kau kan meninggalkan dunia ini.
So live a life you will remember.
Maka jalanilah hidup yang akan kau ingat.
My father told me when I was just a child.
Ayahku bilang padaku saat aku kecil.
These are the nights that never die.
Inilah malam-malam yang takkan pernah mati.
My father told me.
Begitulah kata ayahku.

Lagu The Night ciptaan Avicii mengalun merdu dari speaker sebuah cafe yang letaknya tidak jauh dari rumah Alana. Selepas Adel diculik oleh Farhan dan Athala, wanita itu pergi ke cafe untuk melepas penat sekaligus mencari tempat nyaman untuk menulis.

"Permisi, saya boleh duduk disini? Kursi lain penuh." tegur sebuah suara berat yang membuat Alana mendongakkan kepalanya.

Wanita itu mendengus tatkala melihat siapa yang berbicara sok formal padanya. Dia mengangguk pelan.

"Silahkan, Mas. Tapi kursinya agak keras. Barangkali Mas-nya ada penyakit Ambeien."

Azril tertawa pelan lalu segera duduk didepan Alana. Dia menatap wanita berusia dua puluh lima tahun itu dengan tatapan sendu. Azril bisa mengikhlaskan Alana untuk Dean. Bagaimanapun juga yang Alana cintai adalah adiknya, bukan dia.

"Al, tau nggak?" tutur Azril.

Alana tersenyum. "Iya tau, gue cantik."

Azril terkekeh geli. "Dasar ibu-ibu narsis."

"Tau apa, Pak?" balas Alana, meladeni guyonan Azril.

"Gue mau minta maaf dulu--"

Alana mendongak. "Semua udah gue lupain, jadi lo harus gitu juga.".

Azril terkekeh. "Lo emang dari dulu jadi orang pemaaf, ya?"

Alana hanya ikut terkekeh pelan dengan mata fokus pada layar laptopnya. Azril yang melihat itu ikut melirik kearah layar laptop Alana dengan tatapan kepo.

"Lo seneng nulis, ya?" tanya Azril.

Wanita itu mengangguk. "Ya gitu deh."

"Kenapa?"

Jari-jari Alana yang berlarian di keyboard terhenti mendengar satu kata pertanyaan yang terlontar dari mulut Azril.

"Emm.. Karena gue nggak bisa mengungkapkan apa yang gue rasakan di kehidupan nyata. Tapi lewat karakter yang gue buat, gue melampiaskan semua. Waktu gue benci sama orang, gue bikin orang itu menderita di dalam cerita yang gue buat."

"Balas dendam secara halus, eh?" Azril bersedekap.

Alana tertawa pelan. "Semua orang bisa jadi penulis, Zril. Seorang penulis itu bukan yang karyanya dibaca banyak orang. Tapi yang berhasil menyelesaikan ceritanya sampai akhir."

•••

"Tadi ketemuan sama siapa?"

Dean yang baru pulang dari Jum'atan menatap Alana menyelidik. Wanita itu diantarkan pulang cowok yang Dean tidak tau karena dia hanya melihat punggung cowok itu. Alana masuk kedalam rumah, menaruh tas laptopnya diatas meja ruang tamu.

"Ada." balas Alana sengaja. Dia ingin membuat Dean cemburu.

"Ada itu bukan nama, aku tanya namanya, Al." ucap Dean penuh dengan penekanan.

Alana mengendikkan bahu. "Namanya nggak penting, kok."

"Namanya itu penting, Al! Kasihan orang tuanya buatin nama tapi kamu bilang nggak penting." balas Dean sebal.

Wanita itu tertawa. "Azril, De! Yang tadi itu Azriiil."

Cowok itu langsung menghembuskan nafas lega. Dia kira Alana mau mencari Papa baru untuk Adel. Kalau sampai begitu, Dean akan menebas leher si Papa baru itu.

"Adel mana, Al?" tanya Dean setelah berganti baju dari kamar.

Alana mengunyah permen karernya. "Dibawa Papa sama Bang Atha ke rumah Oma."

"Jogja!?" pekik Dean kaget.

"Iyalah." sahut Alana.

"Kok kamu nggak bilang dulu sama aku? Aku Papanya loh, Al!" tutur Dean tidak terima.

Alana menganggukkan kepalanya pelan, lalu mendekati Dean yang terlihat emosi. Sangat jarang Alana melihat Dean marah padanya, cowok itu selalu sabar saat meladeninya.

"Okay, aku minta maaf. Tapi tadi dadakan banget." ucap Alana.

Dean menggelengkan kepala. "Tetep aja kamu wajib izin sama aku. Kalau aja aku nggak tanya tadi, apa kamu bakalan ngasih tau aku?"

Alana menggigit bibir bawahnya gugup. Dia selalu takut saat melihat Dean marah seperti ini.

"De, maaf.."

"Emang iya kamu yang lebih banyak ngerawat Adel. Tapi Adel itu anak kita, bukan cuma anak kamu, Al." ucap Dean lirih. Matanya menyorotkan rasa kecewa.

"Walaupun aku sibuk kerja. Aku tetap sayang sama Adel, aku selalu berusaha menyediakan waktu buat kalian. Tapi kenapa kamu malah seenaknya sendiri?" cowok itu tersenyum miris.

Air mata Alana mulai mengalir. Wanita itu mencoba memegang tangan Dean, namun buru-buru ditepis oleh cowok itu.

"Aku kecewa sama kamu, Al."

To be continued..

Nah loh, si bapak marah tuh😭
Kepo kelanjutannya??
Spam vote dan komen😍
Sampai jumpa di part selanjutnya!

DEAL | Family Series| Lengkap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang