Judulnya aja ngeri ya?
Dari pada bertanya-tanya dalam hati,
Mending langsung cus baca!-Happy Reading-
Ini pertama kalinya Dean santai saat berbicara dengan Azril. Cowok itu tidak meledak-ledak seperti biasanya. Bahkan terkesan lebih pendiam dari hari-hari sebelumnya. Azril bisa memaklumi karena tau Dean sedang menahan kehancuran dalam dirinya.
"Kenapa lo lari kedalem kantor waktu itu?" tanya Azril.
Dean menoleh. "Lo tau hadiah yang diminta Alana waktu ulang tahun? Gue mau ngambil itu."
"Boneka?" tanya Azril.
Dean hanya membalas dengan anggukkan kepala lalu membuang muka kearah lain. Mungkin beberapa orang menganggapnya aneh karena rela mempertaruhkan nyawa untuk mengambil benda yang tidak seberapa.
"Gue ngerti perasaan lo." ucap Azril memaklumi.
Cowok itu menghembuskan nafas pelan. "Hidup memang berjalan berlawanan dengan keinginan kita."
"Gue takut." ucap Dean tiba-tiba.
Azril mengerutkan kening. "Kenapa?"
"Alana pergi ninggalin gue." jawab Dean dengan tatapan kosong.
Azril diam mendengar kalimat itu.
"Lebih baik gue mati daripada hidup tanpa Alana dan Adel." ujar Dean sambil terkekeh garing.
Azril tersenyum disamping cowok itu. "Lo bakalan jadi arwah gentayangan yang payah kalau bunuh diri gara-gara itu."
Dean mendengus, jawaban Azril malah membuatnya semakin kesal. Arwah gentayangan yang payah? Harus segitunya julukan yang diberikan Azril?
"Alana rela bertaruh nyawa buat selamatin lo. Nggak mungkin setelah itu dia pergi tinggalin lo." ucap Azril.
"Ibaratnya orang gali sumur dalem-dalem ditengah hutan terus ditinggal gitu aja. Buat apa?"
"Nggak ada orang yang melakukan sesuatu sia-sia apalagi bertaruh nyawa. Pasti ada alasan tertentu dibalik itu, sumur dibangun karena ada warga yang rumahnya terpencil ditengah hutan. Begitu juga Alana nolongin lo karena pengen lo hidup."
Azril diam sejenak, memperbaiki kalimatnya. "Oh bukan, Alana nolongin lo karena pengen lo hidup terus bersama dia."
Dean tertegun mendengar ucapan Azril. Kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh Azril membuat batinnya sedikit tercerahkan. Walau ada kemungkinan takdir berbeda dengan apa yang mereka terka. Azril berujar dengan penuh makna.
"Berjuang aja dulu, taklukin si penggali sumur."
•••
Baru saja Alana pulang ke rumah selepas membeli bahan-bahan makan di supermarket. Pintu rumah terbuka lebar menampakkan seorang cowok yang sedang mengepel lantai dengan kaos oblong dan celana pendek selututnya.
"Hati-hati, Al. Lantainya masih licin." peringat Dean.
Alana hendak berjalan masuk, namun Dean buru-buru menghampirinya lalu menggenggam tangannya lembut. Membuat wanita itu tersentak.
"Jalannya harus hati-hati, biar nggak kepleset." Dean menuntun Alana melewati lantai yang basah dengan hati-hati.
Lalu cowok itu menunduk hormat sambil melempar senyuman semanis gula aren. "Ibu negara sampai dengan selamat."
Alana mengerutkan kening geli sekaligus merasa gugup, tidak biasanya dia melihat Dean bertingkah aneh seperti ini. Cowok itu kembali terlihat seperti saat mereka masih SMA. Konyol.
Alana hendak berbalik, namun dia teringat akan sesuatu. Alana segera bertanya pada Dean.
"Kepala kamu, udah nggak sakit?" tanya Alana sambil menunjuk kepala Dean ragu.
Dean terkekeh samar sambil mengelus belakang kepalanya yang diperban kecil. "Nggak seberapa, Al. Cuma bocor dikit."
Cuma!?
Alana mendengus. "Emang yang parah menurut kamu kaya gimana?"
Dean mengetuk-ngetukkan tangannya di dagu, berpikir. "Lepas.. Dari leher?"
•••
"Kalian baik-baik aja, kan?" Alana bertanya cemas.
Saat ini Alister dan Arnela sedang berkunjung ke rumah Alana atas perintah wanita itu sendiri. Sebenarnya keduanya segan hendak kesini, mengingat kalau suami Alana adalah bos mereka. Terasa sangat canggung.
"Baik, Al. Gue sama Arnel sempat lari, kok." ucap Alister.
Alana mengangguk lega. "Baguslah."
"Lo sendiri gimana? Gue kaget waktu tau lo dibopong masuk ke Ambulans waktu itu." ucap Arnela cemas.
"Gue udah sembuh, kok. Lagian nggak parah, luka Dean malah lebih parah dibanding gue." jelas Alana.
Arnela dan Alister mengangguk mengerti. Satu perusahaan sudah mendengar kejadian yang menimpa Alana dan Dean. Mereka berbondong-bondong memberikan ucapan 'semoga cepat sembuh' pada Dean dan Alana.
"Oh iya. Lo kenal karyawati yang namanya Adinda?" tanya Alana serius.
Arnela menaikkan kedua alisnya. "Kenal."
Alana tersenyum tipis. Kemudian dia bersedekap, menatap Arnela dan Alister yang memandangnya penuh tanda tanya.
"Gue pengen ketemu dia."
To be continued..
Part terakhir untuk hari ini!
Jangan lupa spam vote dan komen!
Juga follow akun Loly biar tau kalau Loly publish cerita baru..
Lagi rencana bikin ceritanya Adel loh🤫
Ngapain tuh Alana cariin Adinda?
Jawabannya ada di part yang di up besok pagi!
Jangan sampai ketinggalan!!
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAL | Family Series| Lengkap✔
Humor"Serius nggak mau sewa pengasuh?" Dean bertanya entah berapa kali. Alana menyahut dari dalam kamar mandi. "Enggak, Mas Ganteng!" Beberapa saat Dean memasang wajah innocent. Sampai akhirnya pria itu senyam-senyum tidak jelas sambil menggaruk tengkuk...