PART 9. Siapa Yang Marah?

3.4K 449 16
                                    

Aloha!!
Loly kembali!!
Jangan lupa vote dan berikan komentar kalian,
Juga follow akun Loly yaa😉

-Selamat Membaca-

Sudah hampir tiga hari Dean bersikap dingin pada Alana. Cowok itu terus menghindar dan berujar seperlunya saja. Alana sampai frustasi karena perubahan sikap Dean itu. Dia minta tolong pada Meyelsa dan Fatih, namun keduanya tidak mau ikut campur.

"Mas. Mas Ganteng.." panggil Alana lirih sambil menarik-narik ujung jas Dean saat cowok itu sedang memasang dasi.

Dean hanya membalas dengan deheman pelan tanpa menoleh menatap Alana. Cowok itu hanya melirik melalui cermin didepannya.

"Marahan sampai tiga hari itu nggak bagus loh." cicit Alana.

Dean membuang muka. "Siapa yang marah?"

Alana memanyunkan bibir, menahan tangis. Kalau biasanya dia mengobrol dengan Adel. Dua hari ini dia hanya diam melamun karena Adel masih dibawa Farhan dan Athala. Kakak dan Papanya itu belum memberi kabar kapan akan mengembalikan Adel.

"Aku mau kerja. Jaga rumah, jangan kemana-mana." tutur Dean.

Cowok itu mengecup kening Alana lalu berjalan keluar tanpa mengucap sepatah kata apapun lagi. Alana yang menyaksikan itu hanya bisa diam mematung dengan tatapan kosong. Kenapa Dean cepat sekali berubah? Apakah sefatal itu kesalahan Alana?

Drtt.. Drrtt..

Tertera nama Keisya di ponselnya. Wanita itu segera mengangkat sambungan telepon dengan mata memerah menahan tangis.

"Halo, ada apa, Kei?" tanya Alana.

"Lagi sibuk, nggak? Temenin gue cariin kado buat ponakan gue dong. Gue janji bakalan kasih hadiah kalau dia dapet ranking satu dikelas." tutur Keisya.

Alana menimbang-nimbang, mengingat ucapan Dean tadi. "Tapi Dean nggak ngebolehin gue keluar."

"Buset! Posessif banget!" dumel Keisya tak habis pikir.

"Udah deh, ntar masalah Dean gue yang urus!" tambah Keisya.

Alana melotot. "Gampang banget lo ngomong gitu!"

"Stt.. Turutin gue aja, oke?"

•••

Karena bujuk dan rayuan Keisya. Akhirnya Alana nekat keluar dari rumah walau rasanya dia takut. Tapi namanya wanita, kalau melihat barang-barang bagus, apapun yang menjadi beban fikiran langsung dilupakan. Seperti sekarang, dia asik memilih baju.

"Ini deh, Al. Bagus buat lo." Keisya menyodorkan sebuah dress selutut yang terlihat anggun.

Alana mengangguk setuju. "Iya deh, bagus."

Mereka terus berbelanja hingga waktu menunjukkan pukul dua belas siang. Tidak sampai disitu, Keisya mengajak Alana untuk menonton film layar lebar yang sedang tayang perdana. Alana yang kebetulan juga mengincar film itu tidak kuasa menolak.

"Ternyata nggak sebagus itu." dumel Alana setelah keluar dari bioskop.

"Gue nggak suka deh kalau tokohnya mati semua. Kaya bener-bener end dari kehidupan mereka. Nggak ada masa depan." sahut Keisya, sehati dengan Alana.

Alana mengangguk menyetujui. Lalu dia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Udah jam tiga!? Gue harus balik!" pekik Alana.

Keisya menganggukkan kepalanya. "Oke, gue gaspol ke rumah lo."

•••

Kondisi rumah terlihat sepi, pintunya pun masih terkunci rapat dan lampu depan belum menyala. Padahal suasana gelap karena mendung, mungkin Dean belum pulang? Alana masih selamat. Semoga saja cowok itu tidak mengendus kalau Alana habis keluar.

Ceklek!

Alana tidak bisa melihat apapun selain kegelapan. Sampai akhirnya lampu menyala dan menampakkan orang-orang yang berdiri dengan senyuman diwajahnya. Alana sampai terlonjak kaget.

"HAPPY BIRTHDAY ALANAA!" pekik mereka bersamaan.

Wanita itu langsung menutup mulut tidak percaya. Dia bahkan lupa dengan hari ulang tahunnya karena memikirkan Adel dan Dean. Dean berjalan mendekat dengan kue ulang tahun. Melantunkan lagu dengan suara lembut dan tatapan teduh.

"Happy Birthday, Happy Birthdaaay..
Happy Birthday to youu, my love.."

Ya Allah, izinkan Alana menikmati ini lebih lama lagi.

Alana meniup lilin setelah merapalkan doa didalam hati. Doa yang singkat namun sangat berarti baginya.

"I hope you know how much you're loved today, My Lovely Wife! Happy Birthday!" tutur Dean lembut.

Cup!

Cowok itu mengecup kening Alana lama. Wanita itu memejamkan mata dengan air mata yang mengalir. Tidak pernah menyangka akan mendapat kejutan seperti ini. Sepertinya mereka semua sudah bersekongkol untuk melakukan ini pada Alana.

"Kamu mau hadiah apa?" tanya Dean lembut.

Alana berpikir sejenak. "Aku? Em.. Boneka ayah, bunda, dan anak kecil. Bisa?"

Dean tersenyum manis. "Anything can be for you, Princess."

"Thank you, My Hubby." balas Alana terharu.

Dean yang tidak tega melihat Alana menangis segera memeluk wanita itu. Menepuk-nepuk pundaknya pelan dan lembut. Lalu cowok itu kembali berbisik lirih.

"Mungkin aku nggak akan sanggup menyeberangi lautan, menghantam karang atau menerjang badai. Tapi satu yang aku sanggup, membuatmu bahagia seumur hidupmu."

To be continued..

Drengdeng!
Pencet bintang di pojok kiri bawah yuuuk!
See you next part!

DEAL | Family Series| Lengkap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang