PART 31. Jangan Main-Main Sama Keluarga Gue!

2.6K 347 6
                                    

Ahoy!
Selamat pagi!
Karena sekolah, Loly jadi jarang buka wattpad nih!
Gimana sekolah kalian?

-Happy Reading-

Orang tua ibarat jas hujan yang kita pakai ditengah badai. Berusaha tetap melindungi tubuhmu walaupun sudah koyak terkena angin. Tidak pernah berhenti menyayangimu walaupun terkadang kamu menyakiti hatinya dengan ucapan dan kelakuanmu.

"Jadi kalian kesini untuk membayar hutang Farhan?" seorang pria paruh baya duduk dengan raut wajah angkuhnya.

Athala menganggukkan kepala. "Saya juga ingin menebus rumah Papa saya,"

"Wah-wah! Membanggakan sekali anak Farhan yang satu ini. Berlagak menjadi pahlawan keluarga, ya?" ejek Erfendi.

Alana memegang tangan Athala yang terkepal emosi. Dean tidak ikut dengan mereka karena disuruh Alana menjaga Adel. Cowok itu sudah merengek ingin ikut, namun Alana mengancamnya. Dan dia berakhir menjaga Adel selama Alana dan Athala pergi.

"Beri tau saya, berapa banyak hutang Papa saya yang belum dibayar?" tutur Athala dengan nada dingin. Sama seperti Athala diluaran sana, berubah menjadi pribadi yang dingin.

Erfendi terkekeh. "Sejak tahun dua ribu dua belas, hm? Dia sudah melunasinya dengan rumah kalian itu. Bahkan saya memberikan uang lebih atas penjualan rumahnya."

Manik mata Athala membesar. Uang lebih? Lantas kemana uang itu? Apakah Farhan masih memegangnya?

"Saya sudah baik hati memperbolehkan Farhan tinggal di rumah yang sudah bukan merupakan haknya itu." ujar Erfendi sombong.

Athala menatap Erfendi tidak suka. "Saya akan membelinya!"

"Oh ya? Berapa banyak uang yang kamu punya? Dua ratus juta saya rasa cukup. Itu harga yang sangat murah, itu pun saya masih ragu kalian bisa atau tidak membelinya." Erfendi tertawa geli.

Pria itu nampak berfikir sejenak. Lalu kembali berujar. "Kalau tidak punya uang. Kalian bisa bekerja dirumah saya dulu."

"Kamu sebagai tukang kebun." Erfendi menunjuk Athala.

Lalu menunjuk Alana dengan seringaian miring. "Dan kamu--"

BUGH!

Tiba-tiba seorang cowok memukul wajah Erfendi hingga pria tua itu tersungkur ke lantai dengan pipi memerah karena lebam. Bahkan sudut bibirnya sampai sobek dan sedikit mengeluarkan darah.

"Jangan main-main sama keluarga gue, bangs*t! Gue bayar rumah itu detik ini juga!"

•••

Alana mengompres punggung tangan Dean yang memar karena tenaga Dean begitu kuat saat memukul wajah Erfendi. Alana tidak tau bagaimana ceritanya Dean bisa sampai di rumah Erfendi. Wanita itu tidak mau bertanya karena Dean kelihatannya masih emosi.

"Aku nggak pernah nuntut kamu buat cerita, tapi kalau kamu sama Bang Atha udah kesulitan. Apa salahnya minta tolong sama aku?" tanya Dean dengan nada sedikit tinggi.

Cowok itu mendadak gusar. "Kamu nggak lihat gimana Erfendi natap kamu tadi? Bener-bener pengen aku bakar rumah orang gila itu!"

Alana menunduk, dia sebenarnya takut saat Dean marah-marah seperti ini. Bukan Dean-nya banget.

"Kamu sedikit nyeremin." cicit Alana.

Dean langsung menoleh dengan tatapan kaget, dia menggenggam tangan Alana yang mengompres punggung tangannya lembut penuh kasih sayang. Tidak mau Alana-nya ketakutan.

"Maaf, aku cuma cemas, Al. Aku nggak tau ini membuat kamu takut." tutur Dean hati-hati.

Alana mengangguk pelan. "Kamu harus belajar mengendalikan emosi, Mas."

"Iya, aku akan lakukan apapun itu demi kamu." balas Dean dengan tatapan mata penuh kesungguhan.

Alana tersenyum, lalu kembali mengompres luka lebam Dean. Dia tidak bisa berkata-kata jika Dean menunjukkan sifat seperti ini. Cowok itu bisa menjadi kucing kecil yang menggemaskan dan manja saat didekat Alana. Namun bisa juga berubah menjadi harimau yang mematikan.

Ah, Dean lebih mirip bunglon.

Sifatnya menyesuaikan tempat dia berada.

"Adel kamu kasih ke siapa, dong?" tanya Alana bingung.

"Oma, tadi beliau udah pulang dari pengajian." jawab Dean.

Alana manggut-manggut mengerti. Beruntung ibu Fatih menjemput Reo kemarin, jadi mereka tidak ribet minta izin pada Meyelsa untuk membawa bocah laki-laki itu ke Jogja.

"Oh ya? Oma nanyain sesuatu nggak?" tanya Alana.

Dean diam sejenak. Lalu berdehem merasa gugup sekaligus kagok. Dia menggaruk tengkuk dengan tangan kirinya. Alana yang melihat Dean salah tingkah mengerutkan kening.

"Oma tanya.. Apa nggak pengen nambah momongan?"

Alana ikut terdiam.

Merawat Adel saja mereka kewalahan.

To be continued..

Masih suka?
Lanjut ke next part besok!
See you tomorrow!

DEAL | Family Series| Lengkap✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang