22. Reckless

892 184 2
                                    


"San?"

"Hm?" Sana menoleh ke arah Tzuyu.

"Kamu... Gak ada sesuatu yang pengen di omongin ke saya?" Tanya Tzuyu tanpa mengalihkan fokusnya pada jalanan.

"Tentang apa?" Tanya Sana yang bingung.

Tzuyu menelan salivanya dengan pelan dan menggeleng, "Gak deh, gak jadi. Maaf, seharusnya aku gak ikut campur sama urusan pribadi kamu." Ujarnya menyesal.

"Gak papa kok... Aku juga gak masalah sama sekali." Jawab Sana berakhir dengan nada pelan. Ia menghela nafas dan menegakkan tubuhnya, "Semalam Dahyun confess." Ungkap Sana yang berhasil membuat Tzuyu menoleh.

"Katanya dia suka sama aku." Tzuyu menggenggam erat stir mobilnya dan kembali fokus pada jalanan.

"Tapi aku nolak dia." Lanjut Sana kembali menghela nafas dan tersenyum getir, "Dahyun udah kayak adikku. Aku gak mau hancurin persahabatan aku sama dia yang udah jalan lama."

"Kenapa?" Tzuyu membuka suara bertanya.

"Kalau mau pacaran, harus serius. Karena kita gak ada yang tau mana tau pacaran bisa sampai nikah. Kalau aku mikirnya harus beneran suka sama orang itu, orang itu juga suka sama aku. Isinya juga bukan romantis romantis aja tapi perlu perjuangan." Jelas Sana dan menoleh kepada Tzuyu, "Aku bisa sayang dia tapi bukan sebagai pacar. Aku takut, Dahyun sama Chaeyoung udah kayak keluargaku sendiri. Mereka udah baik banget sama aku selama ini."

Tzuyu mengangguk mengiyakannya dan melirik Sana, mendadak Tzuyu menjadi salah tingkah karena Sana terus menatapnya.

"Udah sampe." Dan beruntungnya, mereka telah sampai.

Sana dan Tzuyu keluar bersamaan dari mobil, Tzuyu sejenak menatap Sana yang termenung melihat motor Dahyun yang terparkir rapi di parkiran.

Tin! Tin!

Tzuyu menoleh, gadis itu terlonjak dan segera naik ke atas mobil dengan bersusah payah.

Mobil Volvo S90 berwarna hitam itu berhenti hampir menabrak pintu mobil Tzuyu.

"Tzuyu, astaga!" Sana menahan punggung Tzuyu yang hampir terjatuh di atasnya.

Tzuyu yang sedang terduduk di atas mobilnya mengelus dadanya karena jantungnya berdetak tak karuan.

Tak lama Chaeyoung keluar dengan cepat, gadis itu linglung dan berakhir muntah.

"Chaeng?" Jennie menghampiri Chaeyoung mengelus tengkuk gadis itu walaupun tak ada apapun yang keluar.

"Gila ya Lo? Lo hampir bunuh gue, anjir!" Teriak Tzuyu dengan kesal.

Jennie mendelik dengan malas pada Tzuyu dan membantu Chaeyoung berdiri tegak, "kamu gak papa?" Tanya Jennie khawatir.

"Harus banget nanya?" Tanya Chaeyoung balik dengan wajah pucatnya.

"Oh, gosh! you look so pale! Kita harus pergi sarapan sekarang." Jennie segera mendorong Chaeyoung dengan cepat memasuki cafe yang baru setengah terbuka itu.

"Woy? Gila ya? Ada orang yang lebih pucat dari pada cewe Lo!" Teriak Tzuyu tak terima.

Sana tertawa gemas melihat Tzuyu dan menarik narik jaket Tzuyu dari belakang. Tzuyu berbalik seketika, Sana tersenyum padanya, "Turun deh, cape nahan kamu kayak gini."

Tzuyu gelagapan, gadis itu segera turun dari atas mobilnya. Tzuyu mengelus tengkuknya dan tertawa canggung, "maaf."

Sana menggeleng tawa, "kenapa minta maaf?"

"Eee... Gak deh gak jadi." Tzuyu berdiri tegak. Keheningan terjadi, mereka hanya saling bertatapan.

"Sana!" Sana berbalik ketika Jennie berteriak memanggilnya.

WAITERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang