Setelah menunaikan sholat Maghrib berjamaah, kedua insan manusia melanjutkan aktivitas mereka yang tertunda tadi. Flo berlalu menuju dapur untuk melanjutkan masakannya dan Zen melanjutkan pekerjaannya pada setumpuk dokumen miliknya.
Flo terlihat lihai dengan urusan dapur. Menu yang dia masak malam ini adalah ayam goreng, tumis cumi hitam pedas dan sayur asam. Ia tahu bahwa suaminya sangat suka dengan menu makanan itu.
"Selesai" ucapnya bangga pada dirinya.
"Saatnya menghidangkan" ia kemudian membawa satu persatu makanan yang telah ia masak ke meja makan. Disususnnya dengan rapi dan tak lupa air minum ia sediakan.
Semuanya telah selesai ia siapkan dan saatnya untuk disantap. namun, sebelum itu ia memanggil Zen di ruang kerjanya.Tok,tok,tok (suara pintu yang diketuk)
"Masuk" ucap seseorang dari dalam.
Klekkk (suara pintu terbuka).
"Kak Zen ayo makan, aku udah siapin makan malamnya" ucapnya Malu-malu karena ini adalah pertama kalinya ia memanggil Zen dengan oanggilan "kak".
"Apa? Coba ulang lagi"
"Nggak ahh, ayo makan"
"Nggak mau kalau Lo belum ulang kalimat pertama tadi"
"Apa-apaan sih"
"Yaudah kalau nggak mau"
"Oke-oke. Kak Zen yang terhormat, ayo makan. Aku udah siapin makan malamnya di bawah"
Zen yang mendengar ucapan itu, tersenyum dan mulai beranjak dari kursi yang ia duduki. Namun sebelum itu, bukan Zen namanya kalau belum menjaili istrinya.
"Gw nggak mau dipanggil kak. Emangnya gw kakak Lo? Gw tuh suami Lo"
"Terus maunya apa?"
"Kamu"
"Hah?"
"Gw mau dipanggil mas"
"Enggak-enggak. Kak aja yah?" Tawar Flo.
"Gw nggak mau. Pokonya panggil gw dengan panggilan mas"
"Gini amat nasib aku jadi istri seorang Zen Arkana Mahendra" timpalnya dalam hati yang paling dalam.
"Oke-oke. Yaudah ayo makan"
"Panggil gw dulu dengan panggilan kayak gini. Mas Zen ayo makan"
"Jangan ngadi-ngadi jadi orang"
"Cepetan" Suruh Zen.
"Huhhh. Mas Zen ayo makan" Ucap Flo begitu lembut sebelum akhirnya bernapas lega.
"Gitu dong" ia pun berlalu meninggalkan Flo yang menahan malu.
"Nyebelin banget sih jadi suami. Untung aja udah jadi suami kalau enggak aku ceburin ke kali Ciliwung. Sabar Flo, sabar"
Zen telah sampai di depan meja makan yang telah tersaji beberapa makanan kesukaannya. Ia takjub dengan Flo yang telah membuat semua ini. Karena yang tahu makanan kesukaannya hanyalah mamanya dan saat ini Flo juga telah mengetahuinya.
"Boleh juga nih bocil" ucapnya dalam hati.
Merka berdua pun telah duduk di kursi. Flo dengan sigap mengambilkan makanan ke piring suaminya. Zen begitu tertarik untuk melihat wajah Flo yang sedang serius mengambilkannya makanan. Flo yang dilihat seperti itu tak menyadari bahwa dirinya sedang diperhatikan dari tadi oleh suaminya. Satu suapan mulai masuk ke mulut Zen.
"Enak"
"Beneran?" Tanya Flo.
"Boong"
"Dasar orang labil" melanjutkan kembali makannya.
"Iya enak. Makasih yah"
"Makasih loh mas" balas Flo diikuti senyum khas Flo. Zen yang mendengar hal tersebut membuat jantungnya berdegup kencang.
"Emmm.makan"
"Siap mas suami"
Mereka berdua pun menyantap hidangan dengan sangat lahap....
*****
Jam telah menunjukkan pukul 22.00 WIB. Flo yang dari tadi sedang asyik membaca buku kesukaannya di hampiri oleh sebuah rasa kantuk yang amat berat. Ia berjalan menuju ranjang king sizenya dan merebahkan tubuhnya disana. Tak lupa ia juga memasang sebuah sekat berupa bantal guling yang ia simpan di antara keduanya. Sudah 2 bulan ia dan Zen serumah dan menjalin rumah tangga namun rumah tangga mereka tak seperti orang-orang pada umumnya. Berdebat adalah hobi keduanya. Ngambek adalah Flo dan sang jail adalah Zen. Sudah lengkap pemeran tom dan Jerry versi hubungan rumah tangga."Huaaa"
"Kalau menguap tutup mulut" ucap Zen.
"......." Tak ada sahutan dari daerah lawan.
Zen yang menunggu sahutan dari Flo, kemudian memutar kursi kerjanya dan dilihatnya tampak seseorang sedang tertidur pulas. Sebuah senyum terukir di wajah milik Zen. Ia tak habis pikir jika seorang gadis muda berusia 18 tahun dan sebentar lagi berusia 19 tahun telah menjadi istrinya. Walaupun sebelumnya dia memiliki harapan bahwa kelak istrinya adalah orang yang pernah ia temui waktu itu.
Zen pernah berkata pada dirinya sendiri, jika kelak dia sudah dewasa dan mampu ia akan menikah dengan seseorang yang pernah ia temui 10 tahun yang lalu. Seorang gadis kecil dengan rambut di kuncir dan wajah yang begitu teduh membuat dirinya jatuh sedalam-dalamnya pada gadis itu. Sudah lama ia tak berjumpa dengan sosok itu padahal dirinya telah berusaha mencari namun hasilnya tetap nihil. Semua harapannya sirna ketika ia harus menjalani perjodohan ini. Perjodohan yang sebenarnya ia tak inginkan. Namun, ia berusaha untuk mengubur dalam-dalam rasanya dan berusaha memulai lembaran baru bersama wanita lain yang telah menjadi istrinya. Dialah Flory Zanetta Zaveer.
Zen tidak membenci ataupun menyukai Flo pada awal pertemuan mereka. Karena pertemuan mereka diakibatkan dari kesalahan. Kesalahan seorang Flo yang salah mengira kalau Zen merupakan seorang supir taksi online. Zen pun tak pernah mengira kalau dirinya dan Flo adalah takdir. Zen berusaha untuk bisa mencintai dan menyayangi Flo sebagai istri dan sebagai makmumnya yang kelak akan dia bimbing hingga Jannah_Nya. 2 bulan pernikahan, nampaknya Zen telah memiliki sebuah rasa pada istrinya namun ia kurang peka dan tak menyadari kehadiran rasa itu pada dirinya.
"Aku akan berusaha menanamkan sebuah rasa padamu walaupun saat ini masih aku usahakan" Ucapnya pelan sambil mengelus puncak kepala istrinya yang telah tertidur pulas.
"Maaf jika selama ini aku ngeselin, suka jail dan kadang jadi kanebo kering. Sungguh aku tak sengaja melakukannya tapi entah angin apa yang mendorongku untuk melakukan itu pada dirimu"
"Terimakasih kamu sudah memilihku menjadi imammu dan pembimbing mu. Akan kuusahakan sebuah surga untuk kita dan keturunan kita kelak. Insyaallah, aku akan selalu setia padamu dan menjadikanmu seseorang yang satu-satunya akan mendampingiku hingga Jannah_Nya. Walaupun saat ini rasaku pada seseorang belum hilang secara keseluruhan tapi akan aku hilangkan hingga tak tertinggal sedikitpun. Agar semua hatiku dipenuhi oleh dirimu Flo" ucapnya dan diakhiri dengan ciuman pada kening istrinya. Ia sebenarnya ingin mengubah panggilannya dari "lo-gw" ke "kamu-aku" tapi gengsinya masih sangat tinggi. Sehingga panggilan itu dia ucapkan hanya ketika Flo sedang tidak mendengarkannya.
"Selamat malam dan semoga mimpi indah" ucapnya lagi sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh mungil istrinya. Sebuah senyum tulus terukir jelas pada wajah tampan seorang Zen. Ia kemudian beranjak dan membaringkan tubuhnya di sebelah Flo dan menyingkirkan pembatas diantara keduanya yang Flo pasang. Ia memejamkan matanya dengan posisi menghadap Flo dan tak lupa tangannya ia letakkan diatas perut Flo.
📌📌Jangan lupa Vote,komen dan share biar author semangat buat ceritanya.
Makasih🙏🌼
~awput
KAMU SEDANG MEMBACA
Flo dan Zen (ON GOING)
Roman pour AdolescentsDisaat senang-senangnya menikmati masa-masa SMA yang akan berakhir beberapa bulan lagi, Flory zanetta zaveer harus menerima kenyataan bahwa dia akan dijodohkan dengan orang yang ia tidak kenal. Zen Arkana Mahendra, adalah orang yang akan dijodohkan...