Setelah mengirim surat Yuki dengan sabar mulai menunggu, menunggu balasan surat yang datang
Dia memandang langit, ada burung yang sedang saling berterbangan bersama, sudut mutunya terangkat
Begitulah keseharian Yuki selama lebih dari lima hari ini, menunggu dan terus menunggu surat balasan. Izawa juga mulai merasa menyesal memberi ide Yuki tentang mengirim surat
"Iza" Izawa tersentak dia masih belum terbiasa dengan panggilan yang kakaknya berikan padanya
"Ada apa kak?"
"Aku ingin menggambar, bisa berikan aku kertas dan pensil?"
"Tentu"
Izawa kemudian memerintahkan seorang pelayan untuk membawakan peralatan menggambar dan memberikannya kepada Yuki.
Yuki bersandar dikursi goyang sembari menatap langit tiba-tiba dia merasakan Dejavu tentang ibunya yang juga duduk di kursi goyang saat sedang hamil
Ntah mengapa Yuki menjadi ketakutan, dia membayangkan sebuah surat berisikan berita duka datang ke masion ini namun ia segera menepis pikiran itu dan mulai menggambar
Izawa memerintahkan para pelayan agar tidak menggangu Yuki namun tetap berjaga didepan kamarnya kalau-kalau Yuki memerlukan sesuatu
Ntah berapa lama, Yuki sudah tertidur dikursi goyang dengan gambar yang hampir jadi ditangannya, Izawa yang sedang memeriksa keadaan Yuki tersenyum lembut melihat kakaknya yang sedang tertidur
Dia mengambil gambaran Yuki yang sepertinya belum lengkap, gambar itu menampilkan dua ekor burung dewasa dan satu burung yang masih kecil di sarang yang hangat namun salah-satu burung dewasa itu memiliki garis dan warna yang tidak terlalu tebal seperti dua burung yang lainnya Izawa berfikir itu karena gambar itu belum selesai.
Setelah cukup puas melihat Izawa meletakkan buku itu di meja lalu memindahkan Yuki ke kasur.
Berhari-hari berlalu Yuki mulai yakin bahwa surat balasan Takashi tidak akan pernah datang, jadi dia memutuskan untuk tidak memikirkannya namun dia masih kecewa.
Lewat pengalaman pribadi nya Yuki benar-benar ingin Takashi menemaninya di saat-saat kehamilannya. Kandungannya sudah mulai membesar begitu juga rasa rindunya pada Takashi
"Sial. Aku benar-benar merindukannya"
Yuki membanting batu kedalam sungai di dekat masion. Izawa yang duduk di belakangnya hanya bisa menghela nafas
"Kak, jangan terlalu mendekat ke air!"
Yuki berbalik dengan wajah kesalnya "aku bukan anak kecil!"
"Dia benar-benar jadi emosional semenjak perutnya tambah membesar" Izawa bergumam
Belakangan ini dia agak sedikit kewalahan dengan perubahan Yuki, dari pertanyaan-pertanyaan aneh yang Yuki tanyakan hingga kelakuan jail seperi memberikan saus pada rotinya saat sarapan
Tapi dia senang Yuki menjadi lebih aktif daripada sebelumnya yang setiap harinya hanya melamun sembari menggambar burung dengan satu burung yang pudar ntah apa artinya namun ia benar-benar khawatir saat itu.
Izawa tersenyum dan mulai menyeruput teh nya beberapa saat kemudian ia segera menyemburkan teh itu, Izawa bisa mendengar Yuki tertawa terbahak-bahak "hahaha iza itu batu sungguhan bukan gula batu! Hahahah!" Lihat kakaknya menjahilinya lagi
"Kak....."
Yuki menyeka sudut matanya yang berair "maaf"
Izawa lagi-lagi menghela nafas, dia lalu memerintahkan pelayanan untuk membawakan teh yang baru. ia mengambil donat dan menggigitnya rasa aneh segera menyapa lidahnya ia lagi-lagi mendengar suara Yuki yang berkata sembari menahan tawa "kenapa kau memakan lumpur itu Izawa.....?"
KAMU SEDANG MEMBACA
goddess of war (bxb)
Fantasíadulu aku di kenal sebagai Dewi perang, aku tidak tahu dari mana sebutan itu berasal tapi setahu ku itu untuk menutupi kenyataan bahwa ada seorang mayor gay yang menjadi legenda 'benar-benar menjijikan' aku tidak peduli dengan cacian mereka, yah it...