Haiii gimana nih kabar kalian semua ??
Bagi siapapun yang membaca cerita ini mau dong kritik dan sarannya, itu bener - bener membantu buat aku.
Jangan lupa Vote jugaaa yahhh hihi
Selamat membacaaaaa..
****
Tiara pov
Perlahan mataku terbuka dan mendapati langit - langit ruangan, aku meringis saat kepalaku rasanya berdenyut sakit.
Setelah sedikit reda aku edarkan pandangan ke sekeliling dan mendapati diriku berada di UKS.
Siapa yang membawaku kesini?
Itu adalah pertanyaan yang sedari tadi perputar di kepalaku tapi tak kunjung menemukan jawabannya, karena aku di sini seorang diri.
Aku menolehkan kepalaku ke nakas dan mendapati susu kotak coklat kesukaan ku dengan sticky note yang tertempel di sana.
Aku mengrenyit bingung saat mendapati namaku berada di sticky note itu, berarti susu kotak coklat yang berada di genggamanku saat ini memang di tujukan untukku.
Tapi siapa yang memberikan ?
Prasaan dirinya tidak memiliki teman, kalau yang membencinya memang banyak terutama Mella dan kedua dayangnya.
Terus siapa dong ?
Aku menggelengkan kepalaku karena rasa pusing kembali menyerang, daripada aku berpikir dari siapa susu kotak ini berasal, Lebih baik kita minum dulu susu kotaknya, karena perutnya juga minta di isi.
Tiara pov end
Cklek
" Eh Tiara, udah bangun ? gimana masih ada yang sakit ?" Tanya Bu Jane sambil berjalan ke arahku.
" Udah nggak papa Bu, cuma masih pusing aja."
Tiara berbohong!
Badannya terasa remuk, apalagi punggungnya tadi terbentur pintu kamar mandi dengan keras, ia yakin seratus persen bahwa punggungnya pasti memar.
" Bagus kalau gitu, lebih baik kamu istirahat aja di sini sampai bel pulang sekolah berbunyi, oh iya luka kamu udah saya obati nantu kamu bawa salep itu pulang supaya luka kamu cepet sembuh, saya mau keluar sebentar izin sama wali kelas kamu." Ujar Bu Jane sambil tersenyum menatap ke arahnya.
Tiara menganggukkan kepalanya dan saat melihat Bu Jane keluar ruangan Tiara kembali merbahkan tubuhnya yang rasanya remuk.
Ia mentap langit - langit UKS memikirkan siapa kira kira yang membantunya bahkan memberikan susu coklat yang sekarang di minumnya.
.
.
.
" Tiara bangun Tiara .."
Bu Jane membangunkanku dengan cara menepuk lenganku pelan, aku segera membuka mataku yang masih terasa berat.
" Akhirnya bangun juga," Ujar Bu Jane yang sekarang masih berdiri di samping ranjang Tiara.
" Udah waktunya pulang, sebaiknya kamu segera pulang dan istirahat."
Aku mengangguk lalu segera mengambil kacamanata yang berada di atas nakas lalu memakainya.
" Makasih Bu, saya pamit pulang dulu Assalamu'alaikum."
Aku berjalan ke kelas dan mendapati hanya tasku yang ada di pojok bangkunya.
Aku segera mengambilnya dan ingin segera pulang entah kenapa badannya terasa kaku dan lemas.
Setelah itu, ia berjalan ke gerbang depan dengan langkah tertatih karena kakinya sakit juga menggunakan masker.
Entah kenapa jarak kelas dan gerbang sekolahnya yang biasanya dekat terasa sangat jauh, membuat kakinya semakin sakit saja.
Ia menghela nafas pelan saat sudah memasuki mobilnya.
" Jalan pak,"
Sesampainya di rumah, aku segera pergi ke kamar dan mengistirahatkan badanku.
Tok tok tok
" Permisi, non boleh bibi masuk ?"
" Masuk aja bik, nggak di kunci."
" Kakinya kenapa non ?"
" Nggak papa bik, tadi nggak sengaja jatuh." ujar ku segera duduk menutupi luka di lututnya dengan selimut.
" Terus kenapa kok pakek masker non, kan udah di rumah ?" Tanya bibi heran.
" E-emm i-itu aku kena flu, iya kena flu." Jawabku yang entah kenapa malah gugup membuatku takut ketahuan.
" Non jangan bohong," Potong Bik Lastri sambil menyipitkan matanya tidak percaya dengan ucapanku.
" Hahaha siapa yang bohong, aku nggak boho-"
Srett
" Aww"
Aku yang tidak mengetahui bahwa bibi akan secara tiba - tiba membuka maskernya pun terkejut, bahkan bibi lebih terkejut lagi.
Pipi Tiara terlihat lebih cubby dan memerah jangan lupakan sudut bibinya yang juga memerah.
" Non mereka ganggu non lagi ?"
Bik Lastri terlihat terkejut dengan apa yang di lihatnya, pipinya terlihat membengkak merah dan sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah.
" Bik Tiara nggak papa kok," ujar Tiara sambil meringis kecil.
" Pipi non sampai merah kayak gini, non bilang nggak papa? biar bibik lapor tuan, biar mereka di keluarkan dari sekolah, biar kapok." ujar Bibi sambil mencari ponsel di saku apronnya.
" Bik jangan,"
" T-tapi non-"
" Bik, aku nggak mau papa khawatir. Udah nggak papa, lagian ini luka kecil kok, nggak lama juga sembuh."
Lagi - lagi Tiara berhasil meyakinkannya, ia menghela nafas kasar lalu bangkit dari ranjang.
" Ya udah, bibi ambil air es dulu," ujar Bibi sambil berlalu menuju ke dapur.
Tidak berapa lama bibi kembali dengan kain dan es batu, ia menempelkannya di pipi Tiara berharap dapat menurunkan rasa sakit di pipinya.
" Aww,"
" Eh maaf non fuhhh fuhh," bibik mengobati luka yang ada di tangan dan kaki Tiara.
" Mulai sekarang non harus lebih hati - hati lagi, bibi nggak mau kalau non pulang dalam keadaan kayak gini." ujar Bibi yang sangat terlihat khawatir dengan keadaan Tiara.
Tidak beberapa lama bibi selesai mengobati luka Tiara.
" Udah selesai, Non istirahat aja. Makanannya bibi bawa ke sini yah ?"
Tiara hanya menjawab dengan anggukan dan perlahan memejamkan matanya.
Tiara pov end
****
Guys hari ini ceritanya lebih pendek ya maaf, di tengah jalan tiba - tiba inspirasi hilang huhu...
Jangan lupa vote dan comment hihi ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih berwarna
RomanceJangan lupa follow :) **** menceritakan seorang gadis yang ingin menemukan kebahagiaannya karena begitu lelah dengan cobaan yang menerpanya. ia sudah terlalu lelah menangis tanpa ada seorang pun di sisinya. Ia berharap segera menemukan seseorang ya...