12

10 8 0
                                    

Hai guys kembali lagi nih, gimana kabar kalian ?

Jangan lupa Vote dulu sebelum di baca yah :)

Selamat membaca guys...

****

Aku mengerjapkan mataku lalu melihat ke sekeliling mendapati diriku berbaring di ranjang rumah sakit.

Tidak berapa lama pintu ruangan terbuka dan mendapati seseorang berjas putih khas dokter dan Bibi memasuki ruanganku. Dokter Reyhan menatapku sebentar lalu berjalan mendekati ranjang rumah sakit yang kutiduri sedangkan Bibi menunggu di belakangnya dengan raut wajah cemas.

" Saya periksa sebentar," Ujar Dokter Reyhan lalu mulai memeriksaku dan memberiku beberapa pertanyaan tentang kondisiku, juga bertanya sebenarnya apa yang terjadi sampai membuatku berbaring di ranjang rumah sakit ini.

 Dokter Reyhan adalah dokter kepercaan keluargaku, aku sudah tidak asing dengan wajahnya karena sering berkunjung ke rumah sekedar mengobrol dengan papa jika papa kebelutan ada di rumah. Ya mereka memang sedekat itu, karena dulu Papa yang membiayai pendidikan Dokter Reyhan.

" Bi, sebenarnya apa yang terjadi ?" Tanya Dokter Reyhan kepada Bibi karena tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutku, entah kenapa rasanya susah mengeluarkan suara dari dari mulutku.

" Sa-saya nggak tahu tapi tadi sore ada yang tiba - tiba telfon ke rumah dan memberitahu saya kalau Non Tiara di rumah sakit setelah itu saya buru - buru datang ke sini." ujar Bibi sejujurnya.

" Sebelumnya apa terjadi sesuatu ?" Tanya Dokter Reyhan karena melihat beberapa luka di bagian tubuh Tiara, apalagi pipinya yang terlihat memerah dan sudut bibirnya yang juga terluka membuat dirinya curiga.

" Se-sebelumnya ..." Bibi pun menyeritakan semuanya kepada Dokter Reyhan membuat mengingat kembali kejadian yang menimpaku beberapa hari yang lalu.

Setelah mendengar apa yang di bicarakan oleh Bibi membuat Dokter Reyhan menatapku sendu.

" Apa Om Dharma udah tau semuanya ?" Tanya Dokter Reyhan yang rahangnya sudah mengeras mendengar semua cerita yang keluar dari mulut bibi.

" B-belum," Ujar Bibi takut - takut, Dokter Reyhan menoleh ke arahku lalu menghela nafas kasar.

" Tiara, kalau kamu nggak bisa bicara dengan Om Dharma, kamu bicara dengan kakak. kakak keluargamu juga kan ?" tanya Dokter Reyhan yang memang sudah ku anggap kakakku sendiri, Aku anak tunggal dan keberadaannya membuatku merasa punya saudara.

" Kakak harap setelah ini tidak akan terjadi lagi hal seperti ini atau kakak sendiri yang akan turun tangan, kamu ngerti ?" Peringat Dokter Reyhan kepadaku. 

Aku hanya tersenyum kecil melihat orang - orang di sekitarku yang masih menyayangiku membuatku tersenyum dalam kecil.

" Bik, biarkan Tiara istirahat dulu saya akan urus administrasinya sebentar. Bi Om Dharma udah tahu kalau hari ini dia masuk rumah sakit ?" 

" Saya udah telpon tuan, tapi nggak di angkat." Jawaban dari Bibi membuat Dokter Reyhan menghela nafas kasar.

" Tiara, Kakak tinggal sebentar nanti setelah pekerjaan Kakak selesai kakak kesini lagi." ujar Dokter Reyhan sambil tersenyum tipis yang di balas Tiara anggukan kecil.

Setelah Dokter Reyhan menghilang dari balik pintu, aku menatap Bibi dengan mata yang berkaca - kaca. Bibi yang menyadari kesedihanku segera memelukku dengan hangat.

" Non Tiara nggak sendiri ada BIbi, Non harus kuat." ujar Bibi sambil mengelus pucuk kepalaku dengan sayang membuatku nyaman dan perlahan mataku pun tertutup.

Lebih berwarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang