10

10 11 0
                                    

Haii kembali lagi

Gimana nih kabar kaliann ?

Jangan lupa buat vote 

vote 

vote

Oh iya selamat membaca ..

****

Tiara perlahan membuka matanya dan merasakan pusing yang melandanya.

" Non, udah sadar ?"

" Bibi ? " 

Tiara memperjelas pandangannya sambil memegang kepalanya yang rasanya nyut - nyutan.

" Maih pusing non ? mau bibi pejetin kepalanya ? oh atau non mau makan, belum sarapan kan ?" Tanya Bibi beruntun kepada Tiara dengan raut wajah kahawatir.

Tiara tersenyum saat mendengar pertanyaan beruntun dari Bibi, ia bisa melihat tatapan kehawatiran itu membuat hatinya sedikit menghangat.

"Tiara udah lebih baik, bibi nggak perlu khawatir." Ujar Tiara sambil tersenyum lembut yang membuat bibi juga menghela nafas lega.

" Syukur deh kalau gitu, Bibi kahwatir non kenapa - napa. Bibi mau keluar dulu buatin non bubur, non istirahat aja." ujar Bibi lalu berlalu meninggalkan kamar Tiara.

Sedangkan Tiara menatap ke langit - langit kamarnya, kapan ini semua akan berakhir ? kapan Tuhan akan berhenti mengujinya, perlahan air mata itu menetes di matanya saat mengingat kejadian kemarin. 

Ia menoleh mengampil foto yang ada di atas nakas tempat tidurnya

" Mah Tiara capek, papa nggak peduli sama Tiara ma papa sibuk kerja, Tiara sendiri di sini. Kenapa mama tega tinggalin Tiara sendiri ?" Gadis itu menangis terisak sambil memeluk foto mamanya yang sudah lama berpulang.

Tok Tok 

Menyadari Bik Lastri yang datang Tiara segera menghapus air matanya lalu menaruh foto mendiang mamanya di tempat semula.

" Masuk bik." 

" Non makan dulu, habis itu minum obat." ujar Bibi lalu dengan perhatian menyuapi Tiara Bubur. Tiara tersenyum sambil menerima suapan dari Bibi.

Setelah selesai, Tiara kembali merebahkan tubuhnya, menarik selimut mencapai dada lalu memejamkan matannya karena tubuhnya terasa  sakit semua, sedangkan bibi kembali ke dapur menyelesaikan pekerjaannya.

***

Keesokan harinya tubuhnya terasa jauh lebih baik, ia sekarang sedang bersiap - siap untuk berangkat sekolah. 

Sebenarnya terjadi perdebatan sedikit dengan Bibi yang melarangnya untuk berangkat ke sekolah hari ini, untungnya ia mampu meyakinkan Bibi bahwa keadaannya jauh lebih baik dan ia akan lebih berhati - hati lagi dan akhirnya Bibi luluh juga dengan syarat kalau ada apa - apa Tiara harus segera menelponnya.

" Non ini bekalnya!" ujar Bibi sedikit berteriak saat melihat Tiara akan naik ke mobil.

" Makasih bik, ya udah Tiara berangkat dulu. Assalamu'alaikum." 

" Waalaikumsalam," 

Bik Lasti memperhatikan Tiara yang berjalan sambil sedikit meringis saat merasakan nyeri di kakainya, wanita itu mengusap ujung matanya saat melihat tubuh kecil itu tegar akan semua takdir yang menimpanya.

Ia juga beharap suatu saat nanti, gadis itu kembali ceria sama seperti saat dulu nyonya belum meninggal dan menemukan kebahagiaannya sendiri. 

Tiara melambaikan tangannya sambil tersenyum kepada bibi lalu mebilpun melaju dengan kecepatan sedang keluar dari pekarangan rumahnya.

Lebih berwarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang