18

3 0 0
                                    

Selamat membaca ..

jangan lupa tekan bintang di bawah dulu hehe :)

****

Tiara yang merasa dirinya terancam semakin memundurkan langkahnya, ia terkejut mendapati beberapa orang yang ikut merutuknya. Jika biasanya hanya Mella dan kedua temannya yang selalu mengikutinya sekarang hampir 10 orang yang ada di toilet ini dan menatapnya tajam.

" Seneng ya lo nggak ada gue seminggu di sini, lo jadi sombong sekarang. Tapi tenang aja kebahagiaan lo berakhir hari ini !" Mella menekan setiap perkataannya bahkan wajahnya mulai memerah.

PLAKK

Tiara terjatuh dengan panas yang terasa di pipinya, kacamatanya entah sudah jatuh kemana. Gadis itu memekik saat merasakan sakit di kepalanya saat Riris mulai menarik rambutnya.

" Berani - beraninya lo deketin Alan si ketua osis incaran kita dan tadi lo deketin Arsen ! Lo emang nggak punya malu." Ejek Riris kepada gadis di depannya.

Tiara memegang rambutnya yang di tarik Riris, kepalanya terasa pening dan air mata sudah mengalir di pipinya.

" A-aku minta ma-"

" DIAMM ! GUE NGGAK BUTUH MAAF LO." 

Krakkk

Dengan wajah bengis gadis itu menginjak kacamata yang baru ia beli karena sebelumnya juga patah.

" GUE MAU LO NGGAK USAH SOK CAPER DEPAN MEREKA ATAU LO AKAN BERNASIB SAMA KAYAK KACAMATA LO INI CUPU !" Teriak Mella murka.

" Dan agar lo jera, gue bakal beri perhitungan sama lo !" Ujar Mella lalu mengulurkan tangannya, Rara menyerahkan gunting yang sedari tadi dia  pegang.

" Pegangin dia guys !" perintah Mella kepada gadis - gadis di belakangnya.

" Nggak jangan Mell, aku mohon sama kamu maafin aku jangan ." Tiara menangis terisak sambil berusaha menangkis tangan - tangan yang menahan tubuhnya agar tidak bergerak.

" Jangan Mell !" 

Tidak memperdulikan tangisan Tiara, Mella menggunting rambut gadis itu acak - acakkan.

Brakkk

Mendengar seseorang yang membuka pintu membuat Mella menghentikan kegiatannya. Di lihatnya Adel dengan wajah memerahnya.

" BERANI - BERANINYA LO !" 

Dengan cepat Adel melangkah lalu memukul tepat di wajah Mella yang berani - beraninya mengusik sahabatnya. Gadis itu juga menarik rambut Mella yang berwarna merah dengan sadisnya.

" Gue udah ingetin lo jangan main - main sama gue !" Ujar Adel sambil menatap Mella tajam, gadis itu meringis kesakitan.

" Ini bukan urusan lo AKHHHH" Adel semakin kuat menarik rambut Mella.

" Semua yang berkaitan sama Tiara urusan gue, karna dia sahabat gue !" Adel berucap tajam, matanya memandang sekelilingnya mendapati beberapa anak yang merutuk sahabatnya.

Mengalihkan pandangan ke Tiara gadis itu menatapnya soalah meminta pertolongan, pandangannya mendapati gunting yang tadi di gunakan Mella untuk membully Tiara.

Adel segera mengambil gunting itu.

" Mau apa lo ?" Tanya Mella mulai takut.

" Ohhh kenapa lo takut, lo kan yang buat rambut Tiara kayak gitu ?" Tanya Adel sambil melirik Tiara yang masih di pegang Riris dan Rara.

" Nggak jangan ! kalian kenapa masih di situ, bantuin gue !" Pekik Mella kepada teman - temannya yang sedari tadi diam saja melihat aksi Adel.

" Kalau kalian mau berurusan sama sekolah lagi silahkan, mungkin kalian bakal di usir dari sekolah ini !" 

Gadis itu tersenyum miring saat mendapati gerombolan cewek di depan pintu sedang mengabadikan momen menegangkan ini, membuatnya lebih mudah .

Dengan gerakan cepat Adel segera menggunting rambut merah Mella dengan acak hingga gadis itu menangis histeris dan berteriak minta berhenti tapi seakan Adel menulikan telinganya.

Setelah puas, Adel segera melepaskan Mella yang sekarang menangis sambil di temani kedua dayangnya.

" Liat aja gue bakal buat lo keluar dari sekolah ini !" Teriak Mella murka.

" Ohya, gue nggak perduli." Ejek Adel lalu membantu sahabatnya berdiri lalu memapahnya. Adel menghentikan langkahnya di ambang pintu.

" Oh iya satu lagi, Kalian semua yang ada di dalam toilet ini gue tandain kalian satu - satu." Ujar gadis itu tajam lalu memapah sahabatnya ke UKS. Meninggalakan tangisan histeris yang ada di toilet akibat Mella yang meratapi nasib rambutnya yang di potong terlalu pendek.

Sesampainya di UKS, Adel segera mendudukkan Tiara di tepi ranjang UKS. Adel segera mengambil kotak P3K dan mengobati gadis di depannya.

Tiara menatap Adel tidak enak, entah hanya perasaannya saja atau memang gadis di depannya itu sepertinya masih marah.

" Del a-aku"

" Diem." Adel memotong ucapan sahabatnya masih dengan nada dingin.

Tiara menutup mulutnya rapat - rapat padahal gadis itu ingin tahu apa yang yag di pikirkan sahabatnya.

" Kenapa ?" 

Tiara mengrenyit bingung saat mendengar pertanyaan sepenggal it, maksudnya apa ? ia menatap Adel bingung. Mengerti dengan tatapan Tiara yang polos plus bingung ia kembali mengulang pertanyaannya.

" Kenapa diem aja tadi ? harusnya lo telfon gue ." Tanya Adel sekarang lebih jelas tapi malah membuat Tiara meringis.

" A-aku lupa," Tiara menundukkan kepalanya, ia tidak berbohong memang dia lupa. Biasanya ia menghadapi ini sendirian bahkan saat dirinya meminta tolongpun tidak ada yang menolongnya hanya tatapan cemooh yang ia dapat.

Menghela nafas pelan jawaban polos itu membuat Adel ingin memarahi Tiara tapi mengurungkan niatnya.

" Lain kali jangan lupa." peringat Adel membuat Tiara mengangguk setuju.

" Nanti pulang sekolah ke rumah gue, gue rapihin rambut lo. Sekarang gue mau ke kelas, lo bawa hodie kan ?" Tanya Adel yang hanya di jawab anggukan oleh Tiara.

Adel meninggalakan Tiara sendirian di UKS mengambil hodie Tiara untuk menutupi rambut Tiara yang tidak tertata rapi.

Tidak beberapa lama Adel datang dengan Hodie di tangannya dan kantong kresek di tangannya. Gadis itu menyerahkan keduanya ke tangan Tiara.

Mereka akhirnya istirahat di UKS, mereka memakan bekal yang di bawa Tiara bersama. Kebetulan hari ini bibi menambah isi bekalnya lebih banyak. 

" Haduhh kenyang banget gue." Keluh Adel sambil mengusap perutnya kekenyangan.

Tiara tersenyum saat melihat mood Adel sudah kembali seperti sedia kala. Ia menyerahkan susu kotak coklat kepada Adel dan segera di terimanya. Setelah itu hening, mereka sibuk dengan pikiran masing - masing.

" Tiara, apa ini bukan pertama kalinya ?" 

Tiara yang tahu maksud dari pertanyaan Adel menundukkan kepalanya, lalu tersenyum sambil tersenyum miris. Membuat Adel menghela nafasnya kasar, gadis itu kembali menyedot isi susu kotak itu.

" Dan nggak ada yang nolongin lo ?" Tanya Adel menebak dan hanya lagi - lagi anggukan yang menjadi jawabanya.

Adel mengeratkan genggaman tangannya, mengingat seseorang yang di kenalnya di sekolah ini tidak melakukan apa - apa. Entah apa yang orang itu lakukan hingga pembulian yang terus menerus terjadi di sini dan tidak ada tindakan apapun.

Lihat saja apa yang akan di lakukannya kepada orang itu dan juga Mella dan  antek - anteknya.

*****

Hai guys kembali lagi jangan lupa vote ya gratis kok ...

Terus jangan lupa juga kritik dan sarannya, biar bisa bantu aku lebih baik lagi ...

Makasih udah baca cerita aku

Lebih berwarnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang