Bab 16 - Kejutan Mendebarkan

680 125 39
                                    

Lebih dari seminggu berlalu tanpa Aziz. Dulu, saat Putra menghindari Aziz, dia memang merindukan lelaki itu, tapi dia bisa menahan perasaannya. Namun rupanya lebih sulit saat dia berada di posisi yang dihindari.

Dihindari

Benarkah Aziz menghindarinya? Kenapa? 

Lelaki itu tidak menjawab kedua pesannya, tidak datang ke acara kajian di Sukabumi, juga tidak datang ke masjid al-Barkah.

Putra jadi uring-uringan. Berkali-kali dia berpikir untuk mengirim pesan menanyakan kabar lelaki itu, namun selalu dia urungkan. Kalau lelaki itu menghindarinya, bukankah pesannya malah akan mengganggu?

Karena khawatir dan rindu, Putra bahkan sempat sengaja melewati rumah Aziz. Tiga kali dalam tiga waktu berbeda, tetapi dia tetap tidak mendapatkan kesempatan berpapasan dengan lelaki itu. Dengan Rahman pun tidak.

Denting notifikasi pesan masuk mengalihkan pikirannya. Seperti biasa, dari grup 'Malaikat Pelindung Putra'.

Raja:

Oii, ntar jadi kan ke kosan gue?

Putra:

Iya, tapi gue ke kampus dulu. Mau ketemu dosbing

Rara:

Gue juga mau bimbingan!

Ntar bareng ya, Flai!

Putra:

Ok

Baiklah, lupakan dulu soal Aziz. Sekarang dia harus fokus pada skripsinya. Dia juga sudah berjanji akan membantu Raja dan Rara mengerjakan skripsi mereka.

Putra mengunci gawainya dan bersiap menuju kampus. 

Rara melangkah menuju gedung C, tempat ruang dosen jurusan bahasa Jerman berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rara melangkah menuju gedung C, tempat ruang dosen jurusan bahasa Jerman berada. Namun, belum juga memasuki gedung, dia berpapasan dengan trio penggemar Putra.

"Wah, ada yang makin solehah demi cowok nih," celetuk salah satunya dengan nada menyindir.

"Oh, iya dong. Kan gue mau jadi istri solehah buat Flai." Tahu pasti bahwa dirinya yang disindir, Rara membalas cuek dan justru memanasi saat melewati mereka.

Tiba-tiba saja bahu Rara ditarik, membuat Rara berbalik badan. 

"Apa-apaan lo pake manggil Flai segala!" Kali ini yang bicara padanya adalah cewek yang lain, yang waktu itu nyolot padanya pula. 

"Bi, udah…." Satu perempuan lain yang paling kalem menahan temannya.

Rara menatap ketiganya satu per satu, lalu menciptakan nama julukan sendiri untuk mereka. Si Tukang Sindir, Si Nyolot, dan Si Kalem yang entah gimana bisa nemplok dengan dua lainnya.

LGBT story - FLAITHRI - Cinta di Persimpangan JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang