Bab 10 - Kejutan yang Mengejutkan Banget (eh)

721 118 31
                                    

Libur semester telah tiba. Putra menatap kalender ponselnya gamang. Libur dua minggu sebelum masuk ke semester delapan adalah kesempatan bagus menghindar sejauh mungkin dari Aziz.

Berdekatan bahkan memikirkan pria itu membuat Putra gelisah.

Dia seperti berada di sebuah jembatan kecil di atas jurang yang mana angin kencang siap membuatnya jatuh jika tidak berpegangan kuat.

Dirinya harus kabur dan menghilang. Setidaknya untuk dua Minggu ke depan. Siapa tahu akan ada keajaiban tiba-tiba dirinya bisa melupakan Aziz dan akhirnya bisa fokus kuliah seperti biasa. Tanpa pusing memikirkan cinta yang sesungguhnya salah arah.

Maka, tanpa berpamitan pada Aziz, Putra pun berangkat menuju rumah orang tuanya di Bekasi.

"Bunda kangeeeen!" Wanita paruh baya yang tampak jelita itu langsung memeluk Putra begitu pemuda itu mengucap salam dan masuk ke teras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bunda kangeeeen!" Wanita paruh baya yang tampak jelita itu langsung memeluk Putra begitu pemuda itu mengucap salam dan masuk ke teras.

"Sehat, Bunda?"

"Malarindu tropikangen sama anak kesayangan! Kesepian nih, Bunda!" Wanita bernama Rafanda itu menangkup wajah Putra penuh kasih.

"Minggu lalu kan Putra udah pulang, Bun," sahut Putra. Meski begitu, dia tersenyum lembut. "Maaf, ya, kemarin-kemarin Putra nggak bisa sering-sering pulang sela skripsi."

Rafanda menggeleng. "Yang utama skripsimu kelar. Toh kita chatting dan telepon bisa kapan aja."

Putra tersenyum lega.

"Tapi emang nggak bisa diunyel-unyel begini!" Rafanda mengacak-ngacak rambut Putra dengan gemas.

Sejak ayahnya meninggal saat Putra masih dalam kandungan, Rafanda bekerja keras untuk menjadi ibu sekaligus ayah bagi Putra.

Putra sangat menyayangi Rafanda. Jadi, jika ke Bekasi seperti ini, rasanya menyenangkan sekali bisa bercengkrama dengan orang yang paling dikasihinya itu.

Setelah malam tiba, Putra pun masuk ke kamar dan beristirahat. Saat itulah dia menyadari ada pesan berturut-turut dari Rara.

Lho? Kata Raja, lo lagi di Bekasi? Sebelah mana?

Pesan singkat Rara membuat Putra terkejut. Menimbang sejenak, dia pun menyebutkan sebuah wilayah di Bekasi Timur.

Deket AEON mall Cakung?

Enggak juga. Mayan jauh

Hmmm.... Ke metropolitan mall?

Lumayan. Empat kiloan

Kalau summarecon?

Apaan, sih?

Main, yuk!

Putra mengerjap melihat undangan dadakan itu.

Ogah. Bukan mahram kok berduaan

LGBT story - FLAITHRI - Cinta di Persimpangan JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang