Bab 26 - Pesan-Pesan Mengerikan

597 117 24
                                    

Kisah sebelumnya :
Putra yang merupakan penyuka sesama jatuh cinta pada seorang pria berkeluarga bernama Aziz.

Ternyata, cinta Putra tidak bertepuk sebelah tangan.

Putra yang berada di persimpangan jalan berusaha untuk melupakan Aziz.

Namun, Aziz yang ternyata agresif, malah memaksa Putra dan mencium bibirnya.

Saat itulah, seseorang memotret dan menyebarkan foto ciuman mereka hingga Putra harus menghadapi banyak masalah.

Saat itulah, seseorang memotret dan menyebarkan foto ciuman mereka hingga Putra harus menghadapi banyak masalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagi Putra, waktu terasa berjalan begitu lambat. Semua mendebarkan, menegangkan, sekaligus menyesakkan. Setiap saat bibir Putra selalu beristighfar. Dirinya sungguh menyesali apa yang terjadi. Bahkan, dia kini menyesali perasaannya sendiri pada Azis.

Hari kedua pasca fotonya viral, Putra menatap ponselnya dengan wajah serius. Dia sungguh tak ingin menyalakan ponselnya. Namun, ada beberapa orang yang harus dia hubungi, seperti murid-murid privatnya dan dosen pembimbing. Dia tidak mungkin terus berlari menghindar. Cepat atau lambat, Putra harus mengangkat kepala dan menghadapi mereka semua.

Menguatkan hatinya, Putra menekan tombol power. Dia menunggu beberapa saat hingga ponselnya menyala, lalu sesuai dugaan, ponselnya seperti membeku. Kemudian, notifikasi pesan-masuk terdengar bertubi-tubi.

Putra menelan liurnya yang terasa lebih kental dan pahit dari biasanya. Menyalakan ponsel itu satu soal, tapi untuk membuka pesan, Putra butuh keteguhan hati tambahan.

Setelah kembali memantapkan hati, akhirnya Putra memberanikan diri untuk membuka pesan. Dia mengabaikan grup-grup, pesan dari nomor tak dikenal, pesan-pesan dari orang yang tidak terlalu dekat dengannya. Sambil menggulir layar, dia membaca sepintas bagian pesan yang terlihat. Seperti yang sudah dia duga, kebanyakan menanyakan soal foto yang beredar.

Gerakan tangan Putra terhenti pada salah satu pesan. Dengan berdebar, dia menyentuh pesan itu untuk membukanya.

Bang Aziz
Put, kamu marah?

Pesan pertama dikirim sekitar pukul sembilan malam, kira-kira saat dia sampai rumah Bunda. Lalu, sekitar setengah jam kemudian, Aziz mengirim pesan lagi.

Put, Abang mohon, balas dong. Kamu di mana?
Abang khawatir kamu kenapa-kenapa

Sepertinya pesan itu masuk sebelum baterai ponselnya mati, karena itu Aziz mengira Putra mengabaikan pesannya. Lalu, ada pesan baru kemarin, dikirimkan beberapa jam sekali.

Put, Abang denger kamu diusir dari kosan?
Kamu udah di Bekasi?
Atau masih di rumah temen kamu?

Perlu Abang anterin ke Bekasi biar kamu aman?
Ya, Allah, Abang nyesel kamu sampai diperlakukan begini.

Abang nggak sadar kalau ada yang nguntit kita.
Abang Minta maaf

Sungguh, Abang khawatir sama kondisi kamu.
Balas, ya, Put.

LGBT story - FLAITHRI - Cinta di Persimpangan JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang