Setibanya di kamar, Putra langsung melemparkan diri ke kasur, membenamkan wajah ke bantal, diakhiri dengan berteriak tertahan.
Dia sudah gila!
Sejak tadi detak jantungnya berkejaran kencang sekali. Apa tadi Aziz bisa mendengar detak jantungnya? Semoga tidak!
Putra bangkit duduk dan mengembuskan napasnya dengan kasar.
Tenang, Put. Tenang. Lo nggak boleh baper sama hal-hal kayak gitu! Breathe in … breathe out….
Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan. Terus seperti itu selama beberapa saat hingga dia merasa detak jantungnya mulai normal.
That's it. Udah!
Putra menenangkan dirinya sendiri. Namun, tiba-tiba saja adegan tadi kembali terbayang. Lengan Bang Aziz yang menariknya, membuat jarak mereka begitu dekat. Lalu … sentuhan di dahinya….
Aaaaaaaaah!
Kini Putra menjedotkan kepalanya ke dinding, lalu mengaduh sendiri karena dia melakukannya lebih keras dari rencana.
Bego…. Tolol lo, Put! Gitu aja baper!
Pemuda itu sekarang bersandar di dinding, dengan kepala menengadah menatap langit-langit kamarnya.
Setelah cinta pertamanya dulu—yang telat disadarinya karena pada waktu itu dia belum paham perasaan yang dia rasakan—ini kali kedua dia menyukai seseorang begitu dalam. Sebelumnya, tiap kali dia menyukai seseorang, dia akan menjauh, menjaga jarak supaya perasaannya tidak berkembang lebih jauh. Namun, sekarang dia malah dekat dengan Aziz.
Gue cuma mau belajar dari Bang Aziz.
Nggak ada alasan!
Tapi, Bang Aziz bilang dia sama kayak gue, dan dia bisa nikah! Gue cuma berharap bisa belajar dari dia!
Tapi, lo malah baper!
Suara-suara bersahutan di otaknya. Putra memejamkan mata. Dia tahu, dekat dengan Aziz tidak baik bagi jantungnya! Tidak baik bagi mentalnya!
Sebuah notifikasi pesan masuk membuyarkan renungannya. Dia meraih ponselnya. Detak jantungnya seketika kembali meningkat kala membuka pesan itu.
Foto yang tadi nih Put
Cakep juga hasilnya
Pesan dari Bang Aziz, melampirkan foto yang diambil tadi. Belum sempat Putra memperbesar foto untuk melihatnya lebih jelas, Aziz mengirim satu gambar lagi.
Crop Rahman. Haha
Cocok buat PP nih
Foto kedua yang Aziz kirim memperlihatkan mereka berdua. Aziz memotong foto tadi hingga Rahman yang berada di gendongannya tak terlihat.
@#?!&$##!!
Dengan wajah merah merona, Putra buru-buru menghapus foto kedua sebelum perasaannya hanyut lebih jauh.
Makasih, Bang
Hanya balasan itu yang bisa ia berikan.
Laki-laki itu benar-benar tidak baik bagi kesehatan mental dan jantungnya!
Kini Putra kembali ke foto pertama, memperhatikan foto itu. Tampangnya di situ terlihat syok, seperti orang bodoh. Tentu saja, siapa yang tidak syok tiba-tiba ditarik mendekat oleh orang yang dia suka?!
Tatapannya beralih ke Rahman. Balita itu tersenyum manis ke arah kamera. Sungguh menggemaskan.
Lalu, Aziz …. Senyumnya membuat dada Putra kembali berdesir. Wajah Aziz begitu teduh dengan ekspresi yang jarang tertawa lebar, tapi justru mura senyum. Apalagi satu lesung pipit yang acap kali muncul menambah kesan tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LGBT story - FLAITHRI - Cinta di Persimpangan Jalan
Espiritual⚠️ WARNING! 18+ Baca dengan bijak Cerita LGBT! Flaithri Putra Ravi : Gue jatuh cinta sama dia. Abang yang nggak cuma saleh, tapi juga baik hati. Sayang, Bang Aziz udah punya istri dan satu orang anak balita yang lucu banget. Gue nggak mungkin mer...