PCD #6

672 60 1
                                    

"Siang dokter cantiknya Alden."

Marsha berbalik mendengar sapaan dari Alden. Baru saja ia ingin makan siang, kini sudah terganggu oleh Alden. Marsha melihat wajah Alden hari ini cukup berbeda dari biasanya. Lebih, bersemangat, entah apa yang ia akan lakukan.

"Siang," balas Marsha santai seperti biasanya.

"Kamu punya waktu sebentar cantik? Saya ingin berbicara empat mata dengan kamu," kata Alden sambil tersenyum.

Marsha memiringkan kepalanya. Untuk apa berbicara empat mata hingga meminta waktu. Serta, kenapa Alden menyembunyikan buket yang dibawanya. Apa? Jangan kepedean kau Shasha.

"Em, boleh. Namun tak ada banyak waktu," jawab Marsha mengangguk.

"Tidak lama kok, mari," kata Alden menarik tangan Marsha.

Tanpa Marsha sadari, ada seseorang yang menatap keduanya dengan wajah yang sulit terdefinisi.

"Kau tidak ingat kesepakatannya kemarin Sha?" Tanya Ilham yang melihat keduanya masih begitu dekat.

****

"Ya ampun Alden. Kenapa harus ditarik-tarik?" Tanya Marsha keheranan.

"Maaf. Aku terlalu bersemangat," kata Alden dengan senyum rasa bersalahnya.

"Apa pergelanganmu sakit?" Tanya Alden langsung berubah khawatir saat melihat Marsha menggosok pergelangan tangannya.

"No, tidak sama sekali," balas Marsha.

"Jadi... ada apa?" Tanya Marsha kembali menuju topik pembahasan.

"Maaf tiba-tiba. Harusnya aku tidak menyeretmu tadi," kata Alden meminta maaf kembali.

"Iya, sudah aku maafkan. Jadi, ada apa?" Tanya Marsha kembali.

"Sebenarnya, aku ingin mengajakmu keluar. Namun sepertinya jadwalmu padat sekali. Jadi, maaf mungkin ini waktu yang kurang tepat."

Marsha hanya menjadi pendengar, ia tidak ingin menyanggah.

"Sha, sejak pertama aku kenal kamu. Saat tidak sengaja kita bertabrakan di kampus. Entah kenapa, rasanya sangat menyenangkan. Aku belum pernah memiliki perasaan seperti itu saat bertemu orang asing yang bahkan tak kukenal. Selama ini aku berusaha mencari tau lebih dalam perasaan apakah itu. Saat aku kembali ke Indonesia dan meninggalkanmu di sana. Rasanya hari dan hatiku kosong. Entah, aku kira itu hanya berlangsung sebentar. Namun, saat kutemukan kamu lagi. Kita bertemu tanpa sengaja kembali. Aku lebih semangat melakukan sesuatu. Aku tidak tahu perasaan apakah ini."

Marsha terdiam, ia tidak bodoh jika ini semua akan berakhir dengan pernyataan perasaan cinta.

"Aku berusaha mencari tau lebih dalam penyebab semua perasaan ini. Hingga, akhirnya aku menyadari satu hal. Aku... mencintaimu Marsha. Hanya itu yang kurasa. Dari mana datangnya aku juga tidak tahu. Intinya, aku selalu nyaman saat bersamamu. Bagaikan duniaku terhenti saat menatapmu. Marsha, i love you. Maukah kamu menjadi..."

"Maaf menyela, namun sebelum kamu mengatakannya. Aku tidak bisa."

Jawaban Marsha membuat Alden mematung. Tidak bisa maksudnya? Marsha menolaknya? Bahkan sebelum Alden mengatakannya.

"Sha-"

"Aku tidak bisa kak," kata Marsha membuat Alden semakin terdiam saat menyertakan kata 'kak'.

"Selama ini aku hanya menganggap kamu seperti kakak ku. Saat pertama kali melihatmu Alden. Kamu sangat mirip dengan salah satu kakakmu. Fikirkan kembali perasaanmu kepadaku. Perhatian yang kamu berikan itu layaknya kakak. Jangan sampai salah paham Alden."

Love DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang