PCD #13

726 62 10
                                    

Pagi ini Marsha awali dengan senyuman saat terbangun. Mentari yag cerah dan suasana hati yang sama membuat Marsha semakin bersemangat memulai hari.

Marsha mandi, sarapan dengan senang hati. Yah, hari kemarin adalah awal yang baik untuk minggu ini.

"Haduh, yang senyum-senyum sendiri," sindir mommy nya saat menyiapkan sarapan.

"Apa sih Mom, sini aku bantu!" Marsha malah salting diejek mommy nya barusan.

"Ada tamu," suara Adi membuat Marsha yang di dapur menoleh.

"Kak Ilham?!" Kaget Marsha hingga melupakan kompornya.

"Sha, kaget boleh. Nanti gosong itu," kata Hera membuat Marsha segera mengalihkan pandangannya ke kompir dan menumis kembali.

"Haduh, sampai gagal fokus tuh," kata Hera membawa piring ke meja makan.

"Maaf Aunty. Saya kira, Shasha sudah mau berangkat," kata Ilham sambil menunduk.

"Ya sudah, sarapan bareng sini," kata Hera.

"Terima kasih, tadi sudah makan Aunty di rumah."

"Halah, kayak gak tau kebiasaan Auntymu. Makan saja, atau nanti gak bisa bawa Marsha," kata Adi dan Ilham hanya tersenyum.

Sebenarnya, jika ingin menjemput Marsha itu tidaklah perlu sarapan. Kecuali kalau waktu sudah mepet. Pasti akan disuruh ikut sarapan terlebih dahulu.

"Beruntung banget Ilham jemput kamu ya Sha. Nanti dad mau nganterin mom dulu ke kantor soalnya," kata Hera setelah sarapan.

"Lho, mom kan sudah jarang ke kantor. Om Jas tumben butuh bantuan," kata Marsha bingung.

"Ada yang penting," balas Hera.

Setelah sarapan, akhirnya Ilham berangkat dengan Marsha. Setengah beruntung juga Ilham mengajaknya berangkat bersama tanpa janjian. Mending seperti ini sih, dari pada janjian endingnya batal.

Sesampainya di rumah sakit mereka berpisah untuk ke bagiannya sendiri-sendiri. Marsha hari ini tidak terlalu sibuk. Yang namanya orang sakit kan tidak setiap hari juga.

Bagi Marsha mengani pasien tidaklah melelahkan. Ia sudah berkomitmen untuk itu sejak awal. Apalagi, ia akan senang jika mendapat pasien yang memiliki harapan lebih. Entah itu pasien penyakit umum, kanker, tumor, atau bahkan mental. Marsha akan membantu mereka dengan senang hati.

Seperti pasiennya yang terakhir. Seorang anak hiper aktif. Marsha sama sekali tak jengkel ketika anak tersebut terus berlari di ruangannya. Ia malah tersenyum, mengatakan kepada orang tuanya agar tak malu mendapat buah hati seperti mereka. Karena, pada dasarnya, anak-anak seperti inilah adalah anak yang pandai. Mereka hanya kurang memfokuskan minatnya kepada satu titik.

Jangan berkecil hati ketika para orang tua diberi hal seperti ini. Jadikan karunia agar kamu dapat lebih belajar memperhatikan buah hati.

****

Setelah ruangannya beres, Marsha bersiap menuju kantin. Mau makan apa ya enaknya?

"Dokter Shasha!"

Marsha menoleh, ternyata yang memanggilnya adalah Lando. Apakah kau berharap itu Ilham Marsha? Tentu saja iya.

"Dokter Lando, ada apa dok?" Tanya Marsha kembali melangkahkan kakinya. Sementara, Lando sudah menyelaraskan jalannya dengan Marsha.

"Tidak, hanya menyapa. Makan siang bersama?" Tanya Lando.

"Saya juga berniat ke kantin," balas Marsha dan keduanya jalan bersama.

Love DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang