PCD #3

1K 61 0
                                    

Pagi ini, Marsha menuju rumah sakit dengan semangat. Sesuai janji yang ia buat kepada ibu Naina kemarin, orangnya akan datang nanti jam tujuh. Pagi sekali bukan? Maka dari itu Marsha juga berangkat pagi-pagi buta.

Sebelum menuju ruangannya, Marsha sedikit mengintip ruangan Denis. Mengecek apakah ada orang di sana? Ternyata anak kecil itu tengah sendirian sambil memainkan sebuah robot ditangannya.

Karena tidak ada orang, Marsha memutuskan untuk masuk.

"Selamat pagi Denis," kata Marsha memasang senyum cerianya.

Namun, kembali Marsha tidak mendapat jawaban. Wajah anak itu kembali murung.

"Kok gak dijawab sapaan dokter?" Tanya Marsha memasang wajah seolah cemberut.

"Dokter pembohong!" Ucap Denis kasar membuat Marsha terdiam.

"Pembohong? Maksudnya?" Tanya Marsha cepat.

"Dokter bilang aku bisa sembuh. Nenek bilang aku tidak akan sembuh. Dokter yang mukanya jahat itu juga aku dengar bilang aku akan meninggal!"

"Hei, bentar-bentar. Dokter tanya," kata Marsha sambil duduk santai di tepi ranjang Denis.

"Denis masih percaya pada Tuhan?" Tanya Marsha dan Denis mengangguk.

"Iyalah Dok! Walau Denis jarang ke Gereja karena di rumah sakit. Denis taat kepada Tuhan!" Balas Denis cepat.

"Nah, percaya sama Tuhan kan. Kenapa percaya sama dokter yang mukanya jahat dan nenek?" Balas Marsha.

"E..." Anak itu terlihat berfikir dan Marsha hanya tersenyum melihatnya.

"Mereka bukan Tuhan, mereka gak tau kapan hidup dan mati kita. Prediksi dokter banyak kok yang meleset. Namanya juga Manusia."

"Tapi..."

"Dokter tanya, kalau kamu percaya hidup mati kamu pada manusia. Apakah Tuhan kamu tidak marah? Sama saja kamu tidak percaya kepada-Nya. Yang kita lakukan sebagai Manusia kan hanya berusaha, urusan hidup mati itu ada sama yang di Atas."

"Tapi percuma kan?" Tanya Denis akhirnya.

"Percuma bagaimana?" Tanya balik Marsha.

"Percuma saja kalau aku sudah berusaha sembuh. Semuanyakan ada ditangan Nenek. Papa sama mama aku sudah meninggal semua. Terus, kakek yang selalu dukung aku juga sudah pergi diambil Tuhan," cerita Denis.

"Hem.... masa Denis sudah nyerah?" Tanya Marsha kembali.

"Denis! Kamu bicara dengan siapa!" Suara seorang wanita tua menyadarkan Marsha.

Saat ia berbalik, ia bisa menemukan Nenek Denis bersama dokter Farid. Hah, Apakah ia akan berdebat pagi-pagi.

"Dokter Marsha! Kita bicara di luar," kata dokter Farid yang dapat Marsha lihat aura kemarahannya sampai keluar.

"E... Permisi," suara dari luar membuat mereka semua menoleh.

"Dokter Ilham? Saya rasa ini bukan tempat anda," kata dokter Farid yang melihat Ilham mengetuk pintu.

"Iya maaf dok. Sebenarnya saya hanya ingin menemui dokter Shasha. Ada tamu," kata Ilham sambil memiringkan tubuhnya agar orang dibelakangnya terlihat.

"Sebelumnya saya mohon maaf Dokter. Tapi beliau ingin bertemu dokter Shasha secepatnya," kata Ilham sopan. "Saya permisi."

Sedangkan Marsha yang berada di belakang dokter Farid dan Nenek Denis mengacungkan jempolnya dibawah untuk Ilham.

Ilham yang mengerti kode itu hanya tersenyum kemudian meninggalkan tempat.

Love DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang