Pagi ini adalah pagi yang tenang bagi Tasya sebelum ponselnya bergetar. Sebenarnya, ia tidak mengerti kenapa ada pesan aneh dari ponselnya. Sejak kapan Tasya juga memiliki nomornya?
+6285××××××××
Dokter Tasya, ini Arnesh. Jika tidak keberatan, bisakah kita berangkat bersama?Oke, sungguh Tasya sangat tidak mengerti dengan pesan ini. Dari mana Arnesh yang kemarin itu mengetahui nomornya. Seingatnya ia hanya bertukar nomor dengan Klayra yang memaksanya.
Tak lama ada pesan lain membuat Tasya segera mengeceknya. Masih dari nomor yang sama.
+6285××××××××
Maaf, tadi itu Klayra. Maaf sekali menagggu waktunya.Tasya heran, mungkin benar terlihat sekali itu bukan pesan dari seorang pria. Mungkin Klayra, adik Arnesh ingin mencomblangkan ia dengan kakaknya.
Me:
Saya kira benar-benar mengajak berangkat bersama.Entah apa yang Tasya fikirkan hingga ia mengetik pesan tersebut. Aneh, rasanya jarinya bergerak dengan sendirinya.
Sebelum dibaca, Tasya harus menghapusnya. Namun, belum sampai menghapus pesan lain muncul.
Kak Anersh:
Bolehkah?Entah kenapa Tasya malah menyimpan kontak Arnesh dan ia berinama yang tidak macam-macam.
Me:
Tumpangan gratis, boleh saja.Kak Arnesh:
Baiklah, bisa langsung share saja lokasinya.
Em, terima kasih.Tasya membaca dengan geli, aneh sekali. Kenapa Arnesh yang justru berucap terima kasih. Harusnya ia yang mengatakan terima kasih.
Oh, apak Tasya baru saja tersenyum membaca pesan seorang pria? Sejak kapan? Dengan Ilham saja ia tidak pernah seperti ini. Ayolah, ia hanya baru bertemu Arnesh tiga jam dan ia sudah senyum-senyum seperti ini?
Tasya segera mengirim lokasi rumahnya.
Me:
*location
Harusnya saya yang berterima kasih. Pak?Tasya tertawa, jujur ia tak tau harus memanggil Arnesh apa. Jika langsung dengan nama kesannya tak sopan. Kalau kak, mereka juga tidak akrab. Namun, pak rasanya juga aneh.
Kak Arnesh:
Janggan panggil pak. Saya masih 27 tahun. Panggil yang lain saja.Tasya tertawa, baru kali ini ia senyaman ini bicara dengan chat. Yah walau begitu, dirinya dan Arnesh ini hanya berjarak hanya 5 tahun. Usia Tasya saat ini masih 22 tahun.
Me:
Bagai mana jika kakak? Not bad bukan?Kak Arnesh:
Itu lebih baik. Dokter.Tasya mulai kesal, tadi Arnesh tak memperbolehkannya memanggil Pak. Kini dia memanggil Tasya dokter, terkesan terlalu formal.
"Ekhem! Itu makanan dianggurin malah senyum-senyum."
Tasya menganggkat kepalanya, baru sadar ia saat ini dimeja makan. Suara barusan dari Ayahnya tentu saja.
"Apa sih Yah, kayak gak tau muda saja."
"Loh! Bun, anakmu ini! Ngejek ayahnya tidak pernah muda."
"Ngadu! Memang masa muda Ayah apa? Cuma di Akademi, terus yang dilihat cowok semua lagi. Kan gak punya masa indah."
