"You could blast me and my secret, because there's probably just no need." — Rex Orange County, Pluto Projector
AKU diajak Farhan untuk ikut ke Lampung Futsal—tempat Farhan biasa main futsal setiap Selasa dan Minggu malam. Biasanya aku malas ikut ngelihatin Farhan main futsal karena teman-teman futsalnya seksi-seksi dan lakik banget sehingga aku takut nggak bisa mengontrol nafsuku ketika berada di sana hahaha. Tapi kali ini aku mau ikut karena penasaran ingin bertemu Sebastian dan Leo. Ketika aku bertanya apakah di Lampung Futsal nanti bakal ada Sebastian dan Leo, Farhan menjawab ya ada dong, mereka kan pengunjung tetap di sana. Jadi, pukul 8 malam ini Farhan akan menjemputku di rumah, dan bersama-sama kami akan berangkat ke Lampung Futsal.
Pukul setengah delapan aku sudah siap berangkat. Aku pakai pakaian santai. Kalau nonton futsal pakai celana pendek selutut dan kaus oblong biasa nggak apa-apa, kan? Ketika turun ke lantai bawah dan menunggu di teras depan rumah, kepalaku mulai terasa pening. Aku memang sudah merasa agak pening sejak tadi siang, tapi malam ini pening di kepalaku lebih terazzza. Kuabaikan pening itu, dan memutuskan untuk merahasiakan ini dari Farhan, karena kalau Farhan tahu kepalaku pening dia pasti nggak akan mengizinkanku ikut dan malah menyuruhku istirahat di kamar. Aku nggak mau istirahat. Aku suntuk karena seharian di kamar melulu, jadi aku butuh refreshing. Melihat Farhan main futsal pasti bisa mengusir rasa pening ini.
Farhan sampai pukul delapan kurang tiga menit—aku melihat jam di iPhone-ku ketika Brio hitam itu berhenti di gerbang. Aku segera berlari menghampiri mobil itu, dan Farhan sudah membukakan pintu penumpang dari dalam ketika aku sampai. Aku langsuk masuk. Setelah mengucapkan salam lalu berpelukan, Farhan menginjak gas, dan mobil melesat cepat ke Lampung Futsal.
Lampung Futsal ternyata ramai, ya? Nggak cuma cowok, tapi cewek-cewek juga ada di sini. Farhan bilang cewek-cewek itu adalah pacar dari para pemain futsal yang datang untuk menyaksikan atau menyemangati pacar mereka. Cewek-cewek itu duduk di kursi-kursi yang diletakkan di pinggir lapangan yang setiap sisinya dikelilingi jaring.
"Aku selalu berharap ada kamu di sini biar aku mainnya tambah semangat," bisik Farhan di dekat telingaku, membuatku tersenyum malu dan pipiku panas. "Lihat! Itu Chika," Farhan menunjuk ke kerumunan cewek-cewek yang duduk di pinggir lapangan, dan benar di situ ada Chika.
"Dia ikut nemenin kamu main futsal?" tanyaku, tiba-tiba agak cemburu.
"Nggak. Dia nemenin pacarnya," jawab Farhan, lalu menunjuk ke kumpulan cowok- cowok yang sudah memakai artibut futsal lengkap. "Itu pacarnya. Yang paling tinggi," katanya.
Aku melihat cowok paling tinggi di antara kumpulan cowok-cowok itu. Ganteng. Senyumnya manis. "Aku nggak tahu Chika punya pacar."
"Memang kamu nggak perlu tahu. Ayo, aku anterin kamu gabung sama Chika dan yang lain," Farhan membawaku ke kerumunan cewek-cewek yang sedang tertawa sambil ngobrol dan minum teh. Saat kami sampai di sana, Chika melihat kami.
"Dino!" pekiknya, agak terkejut melihat kedatanganku. "Akhirnya lo dateng juga," katanya, lalu membawaku duduk di kursi di tengah-tengah antara dia dan seorang perempuan berhijab. "Duduk sini aja. Kita lihat permainan futsal pacar-pacar kita di sini." Chika nggak memedulikan aku yang khawatir karena dia seenak jidatnya membeberkan rahasia bahwa Farhan adalah pacarku. "Ganti baju sana, Farhan," Chika bicara ke Farhan, "biar Dino di sini. Aman sama gue."
Farhan tersenyum, lalu mengangguk. Dia masuk ke ruang ganti.
"Jadi, akhirnya lo mau juga nemenin Farhan ke sini," kata Chika, tersenyum heboh padaku. Teman-teman wanitanya yang lain sibuk dengan urusan mereka masing-masing begitu Chika mengajakku ngobrol. "Gue selalu nungguin saat-saat kayak gini, Din. Saat gue dan lo duduk berdua di sini, ngelihatin pacar kita main futsal sambil membanggakan kehebatan mereka masing-masing." Chika senyum lebih lebar. "Lo tahu, nggak? Farhan dan Tomi kan rival terbesar di sini. Bisa dibilang, mereka sama-sama hebat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu & Aku #3
Novela JuvenilDino berusaha memperbaiki pertemanannya dengan Egy, yang ternyata susahnya minta ampun. Tapi untungnya dia nggak sendirian. Ada Bastian, Bimo, dan juga Farhan yang membantunya. Dan di rumah, keluarganya mulai mencurigai hubungannya dengan Farhan.