R E N D E Z V O U S
.
.
Suara tembakan mengisi ruangan itu, bau amunisi mengudara dimana-mana. Gadis dengan tank top hitam berbalut celana jeans pendek itu meletakan pistol revolver miliknya dan melepaskan sarung tangan yang ia pakai.
Langkah kakinya ia arahkan untuk keluar dari ruangan itu berjalan menjauh hingga telapak kakinya berhenti di depan pintu besi yang sangat ia hapal siapa yang berada didalam sana.Gadis cantik dengan surai indigo itu menghembuskan napasnya dalam. Ia raih knop pintu itu dan masuk kedalamnya. Ia dapat melihat tubuh pria itu dibalik kursi yang membelakanginya, Hinata berdehem guna menarik etensi dari pria bersurai silver itu.
"Oh, kau sudah datang?" Tanya pria itu basa-basi dan Hinata tidak memiliki banyak tenaga hanya untuk menjawab pertanyaan bodoh itu.
"Jadi apa rencanamu?"
Pria dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya itu memutar-mutarkan pena yang ada di tangan kanannya, gestur yang memperlihatkan jika pria sialan namun sangat seksi itu tengah berpikir sekarang.
"Naruto membuatnya melupakan kejadian yang ia alami sepajang tiga tahun terakhir ini. Dan tentu saja hal ini menguntungkan untuk kita. Kau bisa menjadi bagian dari mereka dan kau tau apa yang istimewa dari ini semua?" Bual Kakashi menyeringai dibalik masker yang menutupi sebagian wajahnya itu.
Hinata menatap pria itu dalam diam, ia tidak ingin berasumsi acak tentang apa yang akan pria itu katakan tentang hal ini.
Jadi biarkan pria dengan klan Hatake itu menyelesaikan apa yang akan ia sampaikan. Hinata akan mengikuti segala naskah yang pria itu buat untuk dirinya yang paling pasti adalah semua ini berhubungan dengan dendamnya.
Ya, dendam yang selama lima tahun mengakar dihatinya masih tumbuh dengan subur, api kebencian yang muncul dihatinya semakin besar, rasa sakit yang tertoreh semakin lebar dan selama itu pula ia berjanji pada mendiang sang Ayah. Apapun akan ia lakukan untuk membunuh pria itu.
Pria itu? Ya, pria yang telah tega merubah gadis polos nan lugu menjadi monster mengerikan seperti ini, pria bajingan yang telah merenggut nyawa sang Ayah dari sisi hidupnya dan Hinata tidak akan membiarkan pria itu hidup setelah apa yang ia lakukan padanya.
"Kau akan berpura-pura menjadi istrinya."
Wtf
Tunggu dulu, apa Hinata tidak salah dengan apa yang ia dengar bukan? Menjadi istrinya? Gila, rencana bajingan apa yang ada di otak sialan pria itu.
"Kau sedang tidak menggali lubangmu sendiri bukan?"
Dan pria dengan surai silver itu justru tertawa menanggapi sindiran yang jelas gadis itu layangkan untuknya.
"Bukankah ini luar biasa? Kau tidak hanya menjadi bagian dari mereka, kau akan menjadi istri dari bos mereka. Dengar Hinata kita tidak memiliki cukup kekuatan untuk meruntuhkan mereka lewat pertarungan, kau jelas tahu itu dan satu-satunya cara membuat ia hancur adalah menjadikannya lemah."
Hinata tersenyum miring, ia tentu tau bagaimana kekuatan kelompok yang pria itu miliki dan ia juga tau jika menghancurkannya dengan tangan dan senapan miliknya hanya akan sia-sia.
Ia, sudah menunggu hal ini selama lima tahun. Ia cecap segala rasa sakit hanya untuk bisa menggoreskan luka pada pria itu dan sekarang? Menjadi istrinya? Bagian mana yang Hinata tidak mengerti tentang hal ini?
"Kau tau kelemahan seorang laki-laki bukan?"
Hinata tertawa sumbang, berada di dunia gelap banyak merubah sudut padangnya terhadap dunia. Ia jelas tau bagaimana kehidupan orang-orang sepertinya, jelas pria itu tidak akan hancur hanya karena wanita.
"Kau tidak sedang melucu bukan? Jelas itu tidak akan berguna."
Pria dengan surai silver itu bangkit dari posisi duduknya, menyandarkan tubuhnya di meja dengan kedua tangan ia lipat didepan dada.
"Kau harus tau Hinata, jika pria seperti kita jauh lebih berbahaya ketika sudah jatuh cinta. Kau tidak akan menyangka apa yang akan kami lakukan karena cinta."
Gadis dengan surai indigo itu mengambil udara dari dalam lalu ia hembuskan dengan berat. Ia tidak akan menyangka jika misi balas dendamnya akan berjalan seperti ini.
"Ceritakan secara rinci maka akan aku lakukan." Putus Hinata pada akhirnya.
Kakashi tersenyum tipis dibalik masker yang ia kenakan. Ia tegakan tubuh kekarnya lalu berahli menatap keluar jendela, menimang kata yang tepat untuk menjelaskan misi kali ini pada gadis mungil itu.
"Sebagian memori miliknya selama tiga tahun terakhir ini telah dihapus, segala ingatan pria itu dari tahun itu hingga saat ini telah kami kubur dalam-dalam. Naruto tetap akan menjadi kaki tangan pria itu, ia akan mengendalikan kelompok itu dan tugasmu hanya mengontrol agar memori pria itu benar-benar hilang. Kau hanya perluh mengawasinya dua puluh empat jam dan tentu saja kau harus mencari beberapa bukti yang bisa dijadikan petunjuk siapa yang telah membunuh Ayahmu."
Hinata hanya diam, menelaah dengan sungguh-sungguh apa yang dijelaskan pria itu. Agar segalanya bisa berjalan dengan lancar.
"Pria itu masih dalam pengawasan dokter, kemungkin seminggu lagi pria itu akan sadar, dan ketika pria itu sadar Naruto akan membawamu padanya. Hanya menceritakan cerita konyol agar pria itu percaya jika kalian telah menikah. Semuanya sudah diatur kau hanya perlu membuat alasan, jika pernikahan kalian dirahasiakan dari keluarga besar, kalian bertemu ketika kau masuk dalam organisasi itu. Cinta pada pandangan pertama? Tidak buruk juga kan? Dan katakan jika pernikahan kalian dilakukan dua tahun setelahnya, tepatnya sebelum kecelakan yang pria itu alami."
Rasanya Hinata ingin memuntahkan sarapan yang ia makan tadi pagi. Mendengar segala bualan yang pria itu jelaskan membuat perutnya terasa mual dan bergejolak. Dengar ia sangat membenci pria itu, walau pada kenyataanya ia belum pernah bertemu secara langsung dengan pria itu dan satu hak lagi, belum tentu pria itu adalah dalang dibalik meninggalnya sang Ayah. Namun yang jelas, satu dari mereka adalah pelakunya. Pria itu atau bagian lain dari keluarganya pasti yang telah membunuh sang Ayah.
Jadi akan ia lakukan apapun untuk membidik kepala pria keparat yang telah merubah hidupnya.
Hinata meremas jemari lentiknya, rahangnya mengeras. Masih jelas diingatannya bagaimana sang Ayah terbujur kaku didepan matanya. Bagaimana rasa sakit itu terus menggrogoti hatinya, bagaimana rasa bersalah menghantui setiap detiknya dan bagaimana mimpi buruk itu selalu datang setiap malamnya.
Andai saja sang Ayah masih hidup mungkin ia tak akan berakhir seperti ini, andai sang Ayah masih hidup mungkin sekarang mereka sedang menikmati secangkir teh di teras rumah sembari menatap indahnya pantai. Ya, andai dan andai. Namun pada kenyataanya sekarang ia sendiri, berjuang mati-matian hanya untuk membalas apa yang telah terjadi padanya dan juga sang Ayah.
Tidak ada satupun yang tau amarahnya, tidak ada satupun yang tau dendamnya. Mereka tidak tau betapa beratnya Hinata hingga sampai ditempat menjijikan seperti ini. Mereka tidak akan tau bagaimana gadis polos nan lugu itu berjuang dengan keringat dan darah hanya untuk bisa membalas dendamnya. Dan pada akhirnya kesempatan itu datang, kesempatan untuknya dapat menyentuh dinding kokoh yang mereka bangun, dan Hinata tentu tak akan menyia-nyiakan semua ini.
Karena darah yang menetes harus dibalas dengan darah yang mengalir.
Tbc
Note : mau lanjut nulis work aku yang sebelumnya tapi udah gak tahu mau dibawah kemana. Wkwk udah kaya lagu aja 😁
Jadi bikin work baru. Tapi takut juga gak akan selesai, aku takut gak ada waktu. Semakin dewasa semakin sedikit buat nengokin dunia oyen jadi takut terbengkalai 😆 tapi aku bakal usahain buat tetep konsisten nulis. <3Hehe, sebenarnya aku gk pd deh, lama gak nulis jadi bahasa dan tulisannya amburadul begini. Kaya gak ada peningkatan gitu 😌 but enjoyy guyss....
Next or no?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rendezvous [[End]] ✓
Fanfiction- A Sasuhina Fanfiction Kematian sang Ayah membawanya ke dalam jurang kegelapan. Merubah segala hidupnya, menjadikannya seperti monster mengerikan. Apapun akan Hinata lakukan demi mencari siapa dalang kematian sang ayah. Pertemuan yang sudah direnc...