Page Enam

2.5K 273 21
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Suara teriakan menggema diseluruh sudut ruangan, jarak pandang terbatas, suara tembakan kian memperburuk keadaan. Iris ametis itu bergulir menjelajahi setiap sudut yang dapat dijangkau, ia lihat hampir semua tamu undangan berhamburan keluar dari ruangan ini. Namun gadis dengan surai indigo tebal itu masih berada diposisinya, dibalik pilar besar yang menyembunyikan keseluruhan tubuhnya dari jangkauan peluru yang melesat membabi buta.

Ia tidak tau kapan dimulainya kekacauan ini, yang ia ingat hanya lampu mati tiba-tiba saat sang pembawa acara memulai acara pestanya dan suara tembakan pertama terdengar begitu memekakkan telinga siapapun.

Kemudian, berubah mencekam dengan aksi saling memburu dengan masing-masing senapan yang mereka gunakan. Sial, disaat seperti ini, kemana perginya pria sialan itu? Apa pria itu benar-benar berengsek meninggalkan istrinya begitu saja ditengah-tengah pembantaian ini? Oh, God pria itu memang luar biasa.

Cukup, ia tidak mempedulikan pria itu sekarang karena nyawanya saat ini lebih berharga daripada memikirkan betapa berengseknya pria Uchiha itu.

Dengan gerakan lincah Hinata dapat menghindari beberapa peluru yang melesat tanpa arah, tidak sia-sia latihan selama lima tahun ini berguna juga. Dengan gerakan yang terbatas, Hinata melepas sepatu haknya dan merobek gaun panjangnya hingga seperempat pahanya. Gila saja jika ia harus berpakaian seperti ini untuk keluar dari pemburuan yang sedang berlangsung, itu mempersulit geraknya.

Katakan Hinata bodoh karena melupakan barang penting yang menjadi bagian hidupnya selama lima tahun ini, kekesalan yang ia rasakan karena pria itu mampu membuatnya melupakan barang penting itu. Sial, disaat seperti ini ia justru meninggalkan revolver miliknya.

Oh, petaka.

Hinata menghindar dari bidikan pria berbadan gempal yang mengintainya dari dua menit lalu. Peluru sialan itu melesat mengenai guci besar tepat dibelakang tubuh seksinya, sial, apa ia akan terus menghindar dari hujan peluru ini? Nyawa siapa yang ia pertaruhkan sekarang? Sial!

Dengan gerakan cepat Hinata berlari memuju pilar besar, sebelum gempuran peluru mengenai tubuh indahnya. Namun sepertinya Tuhan tidak membuat ini jauh lebih mudah. Bagaimana tidak, salah satu peluru yang melesat hampir mengenai tubuhnya jika saja tubuh sintalnya itu tidak ditarik seseorang, bukan tidak mungkin jika peluru itu akan mengenai tepat dijantungnya. Oh, petaka yang sebenarnya.

"Oh, bagus kau menyelamatkan istrimu disaat dia hampir mati." Degus Hinata kesal ketika mengetahui siapa yang telah menariknya dan menggagalkan kematiannya.

Pria bajingan itu hanya menampilkan wajah datarnya, tanpa mengatakan apapun ia justru menggendong tubuh istrinya itu bagaikan sang pahlawan kesiangan dengan latar belakang ledakan layaknya film action yang beredar. Oh, romantis sekali jika saja mereka memiliki stok nyawa bagaikan kucing, maka tak masalah melakukan hal itu ditengah-tengah tembakan dan ledakan yang menyambut mereka.

Rendezvous [[End]] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang